Archangel Alley : Kisah Caspian

292 27 19
                                    

Helaan napasnya terdengar memenuhi mobil, deruan mobil berhenti beriringan dengan hembusan napas Carrie yang terakhir. Jemari-jemarinya bergertar di atas kulit setir yang masih di genggamnya, jantungnya bahkan tak bisa mengontrol kerjanya. Sebagian dirinya terlalu lelah untuk tetap menegakkan kepalanya hingga dia menaruh kepalanya di atas kedua punggung tangannya yang menempal di setir mobil. Apapun yang baru saja membuatnya kehilangan akal adalah cara portal tersebut bekerja. Carrie di tempatkan di dua sisi dunia yang membuatnya bingung, ketika akan memijak pedal gas lebih kencang dan ingin masuk lebih dalam ke portal, sesuatu membuat ban mobil terasa tersangkut pada akar pohon yang sangat besar, di dapat melihatnya dari balik kaca spion mobil, dan dia tidak ingin kalah dengan kekuatan akar tersebut. Di depannya sudah tergambar sketsa mirip pegunungan, hijau dan terang sekali. Tapi akar tersebut kembali menariknya ke dalam portal, entah kenapa portal ini sulit sekali untuk di lewati di tambah jalannya tidak semulus aspal di pusat Hades, jalannya mirip jalanan berlubang, penuh dengan jebakkan aneh di dalamnya.

Carrie berhasil melewatinya karena akar tersebut melepas sangkutan pada ban mobil, entah mungkin karena kelelahan menahan ban yang terus-terusan bergerak dan memaksa untuk maju ke depan. Carrie masih tidak percaya dia berada di atas sebuah halaman yang luas, hijau dan terang sekali. Dia sangat rindu cahaya matahari dan ingin merasakan sengatannya menggigit kulit-kulit pucatnya.

"Ini berakhir?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

Lalu dia menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

Karena mengingat Caspian masih terkulai di kursi belakangnya.. tidak! Dimana Caspian?! Jeritnya dalam hati.

Carrie panik di tempatnya, mulai sibuk mencari kesana kemari, matanya tidak berhenti melirik ke setiap sudut mobil dan akhirnya memutuskan untuk keluar. Bahkan dia tidak ingat apakah sepotong sayap Caspian masih ada di dalam sana atau tidak.

"Caspian?" Panggilnya ketika melihat sosok yang mirip Caspian sedang berdiri membelakanginya.

Hidungnya mencium bau darah, semacam bau besi karat namun baunya lebih pekat dari itu. Dia mengira itu pastilah dari Caspian, karena disana memang ada dirinya dengan Caspian seorang. Ketika sosok itu berbalik untuk melihatnya, wajah yang di temukannya sumringah, begitu lebar senyumnya hingga Carrie tidak dapat mengatakan apa-apa kecuali berjalan ke arahnya, mendekat.

"Aku sudah mematahkan yang sebagiannya."

Carrie terbelalak, dia persis tahu apa maksud Caspian, hingga dia harus benar-benar merasakan punggung Caspian. Merabanya lagi dan lagi.

"Tapi kenapa?" Jawabnya tak percaya ketika menemukan tonjolan tajam yang keluar dari tulang punggung Caspian.

Caspian tersenyum miring, "tidak akan berguna, Carrie." Balasnya. "Jadi kau ingin mendengarkan sesuatu? Ku rasa kau harus tahu ini sebelum waktunya kau harus melupakan aku."

Carrie agak sedih dengan kenyataan bahwa 'tidak akan berguna', walau bagaiman pun, walau hanya sebagian, sayap itu sudah membantu mereka dalam hal apapun. Bahkan mungkin lebih dari sekadar membantu saja. Kini Caspian nampak seperti orang yang baru saja tertabrak atau lebih tepatnya menabrakkan diri ke kaca mobil yang melintas hingga mmebuat kpecahan kaca tersebut menyobek kulit punggungnya yang penuh dengan darah, bekas baju Carrie sudah tidak ada lagi disana. Caspian memang sudah seperti manusia biasa, tanpa sayap, wajahnya pucat pasi dan rambutnya yang acak-acakkan. Carrie merinding mengingat sayap itu terjatuh dari punggungnya, memang tergeletak tidak berguna. Dia juga masih bisa mendengar suara rintihan dari mulut Caspian karena sayap tersebut.

"Sudahlah, sepertinya itu akan lebih sakit dari apapun." Balasnya. "Kau pasti akan kembali, aku tahu itu. Jadi biarkan aku terbiasa tanpamu, Caspian." Matanya berbinar. Carrie benci harus berpura-pura begini.

Archangel AlleyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang