Archangel Alley : Kekuatan Hitam RavenRon part. 2

207 24 0
                                    

Untuk pertama kalinya, entah bagaimana bisa Caspian kehilangan katanya-katanya seolah-olah dia baru saja lupa ingatan dan semua kalimat pujian menumpuk tidak tertata rapi pada bagian otaknya, berhamburan kesana kemari karena panik, tidak percaya dengan adanya sosok yang lebih tinggi dari sosok sebelumnya, berdiri menghadapnya, dengan rambut hitam tergerai panjang dengan sayap yang melebihi megahnya milik malaikat-malaikat lain walaupun terlihat menguncup dan nampak layu di belakang punggungnya. Dia Michael, tertua di Archangel, pimpinan semua pasukkan makhluk langit.

Michael berjalan ke arah Caspian, tidak ada siapapun yang berkutik ketika menyadari kedatangan tertua mereka. Lalu Michael menatap Caspian sebentar, sekilas namun dia sudah tahu siapa sebenarnya anak itu. Kemudian dia pergi diikuti dengan Gabriel yang membuntut di belakangnya. Hanya beberapa detik saja, Michael menawan, bagaimana nanti ketika semua manusia melihat bahwa sesungguhnya ada makhluk yang di ciptakan sesempurna itu oleh Tuhan dan membuatnya semakin hidup karena cahaya-cahaya kebiruan yang terbaik dari cahaya rembulan. Ini keajaiban, begitu pikir Caspian.

Dengan enggan Caspian menarik wajahnya dari punggung-punggung yang menghilang, kelompok Dominions sibuk menarik perhatiannya dengan bertanya atau mengajaknya untuk berkeliling. Namun saat itu Gabriel dan Michael sedang dalam ruang lingkup yang akan membakar tubuh mereka.

Pada saat membicarakan tentang RavenRon, keduanya nampak tidak ingin lagi menjadi tertua dan penghulu. Bukan apa-apa, rasanya mereka ingin langsung turun saja menemui RavenRon dan memeranginya habis-habisan hingga dia akan terbuang begitu saja.

"Dia pikir dengan mengandalkan janjinya dia terbebas darimu, dan dia benar sekali." Gabriel mendengus kasar seperti hewan buas kelaparan.

"Apa pantas aku menjadi tertua kalau begini?"

Belum sempat Gabriel membalas, raungan kecil dari mulut Uriel membuat keduanya menoleh ke arah yang sama. Kedatangan Uriel di sana cukup mengejutkan bagi Gabriel karena dia datang tidak sendirian. Dia bersama salah satu kelompok Dominions.

"Aku sudah menduganya, dia tak tahan menyembunyikannya." Uriel mengajak Aghora agar lebih dekat dengan kedua Archangel di depannya.

"Maafkan aku." Mula-mula Aghora agak takut untuk menatap enam pasang mata yang sedang menatapnya, sejak ikut Uriel, dia menunduk. "Ini tentang RavenRon." Katanya lagi. Dia masih menunduk dengan helaan napas yang terdengar menakutkan.

"Apa yang kau tahu tentang RavenRon?" Tanya Michael tiba-tiba.

Terdengar kembali suara helaan napasnya, dia mengangkat kepalanya tegak namun matanya dalam keadaan tertutup, alisnya berkerut dan kemudian dia membuka matanya perlahan, alih-alih ketakutan.

"Waktu itu, tepat pada saat terakhir dia, RavenRon, berada di sini. Aku tahu sesuatu yang tidak siapapun tahu, terkecuali Tuhan." Mata Aghora menatap bergantian wajah-wajah para Archangel. "Aku dan RavenRon memutuskan untuk berjalan-jalan di wilayah Nether, Bhuvaloka waktu itu, memahami perilaku-perilaku manusia, dan kami sering kali menertawai pola tingkah laku mereka. Kami berdua sangat menyukai manusia dan itu mungkin karna Dominions adalah kelompok terendah yang mirip manusia, walaupun ada kelompok Cherubim yang lebih rendah dari kami. Dan seiring berjalannya waktu ketika kami di tugasi untuk mengawasi mereka para manusia, RavenRon tiba-tiba mengatakan satu hal yang sulit ku percaya." Tiba-tiba ceritanya berhenti. Aghora merasa kesulitan untuk bernapas.

Ini bukan karena dia harus mengingatkan hal itu lagi, tapi hatinya tetaplah hatinya. Dia mencintai RavenRon dan entah bagaimana dia membiarkan perasaan itu semakin membuatnya ingin bunuh diri. Aghora dan RavenRon sangat-sangat kelompok Dominions yang istimewa, mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang cocok dalam melakukan tugas dan entah bagaimana walau hanya diam-diam, perasaan itu dinikmatinya setiap kali berdua saja bersama RavenRon.

Archangel AlleyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang