Dia

2.5K 94 1
                                    

"Rey, kenapa lo gak ngomong ke gue kalau gue punya kakak?"

Rey kini sedang bermain dengan xbox nya, ia lalu menghentikan nya dan melihat ke arah Athena.

"Gue--gak tau. Awalnya gue mau ngomong sama lo, tapi ngeliat kondisi lo yang makin hari makin drop, gue batalin buat ngasih tau ke lo. Lagian kan nanti lo bakal ketemu sama Jani"

"Entahlah. Gue terlalu takut buat ketemu sama Kak Jani. Gue takut dia gak mau ketemu gue, Re" jawab Athena pasrah.

"Mana Athena yang periang dan ceria gue?" hibur Rey. Ia ingin Athena kembali seperti dahulu kala, saat semuanya belum runyam seperti ini.

Athena tahu kalau Rey ingin dia tak sedih lagi, karena Athena terlalu peka dengan hal sekitar tapi ia tak peka jika menyangkut 'cinta'.

"Ayoklah! Masa Athenanya gue sedih sih, Athenanya gue kan periang, ceria" bujuk Rey pada Athena.

"Apa sih, Re" jawab Athena perlahan mulai tersenyum.

"Nah gitu dong! Kan cantik kalau senyum" Rey meneruskan kembali game yang tadi sempat ia hentikan sejenak.

"Re, kemaren kan Mondy kesini. Terus dia masakin gue makanan gitu. Terus dia bilang kalau dia sayang sama gue"

Rey yang mendengar curhatan Athena hanya terkekeh.

"Terus lo jawab apa?" ujar Rey tanpa memalingkan wajahnya dari xboxnya.

"Gue bilang kalau gue gak bisa bales kebaikan lo. Argh! Kenapa dia harus perhatian sama gue?"

"Pengennya Arvel yah yang merhatiin lo" goda Rey.

"Apaan sih! Pake bawa-bawa si Arvel segala!" ujar Athena kesal dengan Rey.

"Abisnya, lo kayak gak mau deket sama Mondy. Tapi, pas ada si Arvel lo biasa aja dan lo nerima"

"Serah lo!"

"Eh gitu aja pake ngambek segala, mba. Mondy serius sama lo, Then"

"Bodo"

"Kalau lo belum move on dari Arvel gak papa wajar, tapi buka hati lo lagi buat yang lain."

Hening. Athena sibuk dengan pikirannya sementara Rey takut kalau apa yang ia ucapkan salah.

"Udah jangan terlalu dipikirin. Yang penting sekarang tuh, lo harus sembuh dan kita bareng-bareng lagi. Jujur, gue kangen sama Jani. Dulu, gue deket banget sama dia tapi sejak kejadian itu, gue ngerasa dia ngejauh sama gue."

"Gue emang gak sebaik Kak Jani. Dia seperti malaikat kata orang-orang. Gue kagum sama dia. Re, lo tau kenapa Kak Jani jadi gitu?" Athena ingin sekali tau mengapa kakaknya bisa berubah drastis seperti itu.

"Gue gak tau" Bukan itu jawaban yang ingin di dengar Athena dari mulut Rey. Ia ingin tau alasannya bukan jawaban yang tak pasti itu.

****

"Then, lo darimana? Kenapa kemaren gak masuk? Tau kan siapa yang nyariin lo." cerca Rachel begitu Athena memasuki kelas mereka.

"Gue kemaren ke Bogor, dari rumah lama gue. Dan bilangin tuh sama yang nyariin gue jangan nyariin gue lagi."

"Nyante kali, mba. Btw, lo mau ikut gak?"

"Ikut kemana?" tanya Athena pada Rachel yang berhasil mengalihkan Athena dari handphonenya.

Rachel senang karena cara ia berhasil. "Liburan nanti anak-anak mau camp gitu, ikut yuk." ajaknya.

"Camp?" Athena tak yakin ia bisa ikut acara itu. Ia takut hal yang tak ia inginkan terjadi.

"Iya! Camp nya seangkatan kita, jadi pasti seru!" jawab Rachel antusias.

"Oh. Entar deh gue pikir-pikir dulu. Takutnya gue ada acara tiba-tiba, Chel."

"Yaudah, nanti lo kabarin gue aja jadi apa enggak nya!"

Hanya dibalas anggukan oleh Athena.

"Then, lo kenapa sih? Sakit? Lemes banget dari tadi" tanya Rachel khawatir dengan Athena yang menjadi pendiam.

"Ah! Enggak kok, gue baik-baik aja. Gue baru pulang dari Bogor jadi gini, lo  tau kan kalau gue gampang kecapean" jawab Athena berbohong. Ia tak mau Rachel khawatir dengan kondisinya.

"Ada-ada sih lo, jadwalnya sekolah eh malah ke Bogor. Oh iya, balik sekolah mau anter gue gak?"

"Hehe. Anter kemana?"

"Mau beli sesuatu ke Mall." Itu bukan jawaban yang Athena harapkan.

"Beli apaan? Tumben." tanya Athena lagi.

"Beli buku."

"Gila! Tumben banget lo beli buku, biasanya lo minta anter gue beli baju atau make up. Dapet ilham darimana lo?" ujar Athena antusias.

"Sabi kali ah. Gue kan mau lanjutin kuliah ke luar, ya gue harus belajar yang bener dong. Lagian, gue pengen buktiin kalau gue juga bisa dapet beasiswa."

"Loh? Beasiswa? Bukannya bokap lo punya perusahaan minyak?"

"Iya bener. Tapi, gue pengen buktiin kalau gue gak bukan anak orang kaya yang bodoh. Gue pengen buktiin kalau gue juga bisa!" jawab Rachel semangat.

"Lo gak sakit kan, Chel? Lo sehat kan? Kesambet apaan lo jadi kayak gini?" Baru ditinggal beberapa hari tidak masuk sekolah, Rachel sudah berubah menjadi seperti ini.

"Lo tuh harusnya seneng gue berubah, jangan kek gitu!" protes Rachel saat melihat reaksi Athena.

"Iya iya, gue seneng kok. Cuman aneh aja, kenapa tiba-tiba gini?"

"Jadi semua itu karena omongan Abang gue. Lo tau kan abang gue gimana? Dia bilang kalau gue itu bodoh, bego, cuman bisa foya-foya lah apalah. Gue gak terima dikatain kayak gitu sama dia. Jadi, mulai saat ini gue bukan Rachel yang foya-foya lagi! Dan gue bakal buktiin apa yang abang gue bilang itu salah!" jawab Rachel.

"Abang lo? Dia ngomong gitu sama lo? Kok jahat banget sih."

"Dia sebenernya kayak gitu gara-gara gue buat masalah sama dia dulu dan sampai sekarang dia belum maafin gue. Padahal, Mami dan Papi udah bujuk abang gue tapi hasilnya nihil."

Sebenernya Athena baru tahu kalau mulanya seperti itu. Karena Rachel selalu bilang kalau abang nya itu gak pernah anggap dia adik lagi.

"Yaudah! Lo harus buktiin sama kita semua kalau lo bisa!" ujar Athena menyemangati Rachel.

"Nah gitu dong! Jadi, lo mau nemenin gue?"

"Ya mau lah! Orang temen gue mau berubah masa gue gak dukung dia sih" jawab Athena yang dibalas pelukan oleh Rachel.

"Tengs ya, Then. Lo emang sahabat gue!"

Enggak! Gue bukan sahabat lo, Chel. Gue bohongin lo! Gue gak pantes punya sahabat kayak lo, lo terlalu baik buat gue! Gue jahat sama lo, Chel. Bahkan gue gak jujur soal penyakit gue sama lo!

Badboy And DirectionersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang