Chapter 19 : Student Regiment!

1.7K 70 0
                                    

Di Magelang . . . . .

Hari ini mereka sudah berada di Magelang dan bersiap untuk mengikuti Diksar Menwa selama 14 hari. Panas terik matahari tak membuat mereka surut semangatnya ketika berlari mengelilingi lapangan Rindam sambil menyanyikan lagu. Setelah lari mereka kembali berbaris sambil menunggu dari yang lainnya.

Hari pertama adalah upacara pembukaan dan orientasi medan. Sebanyak 600an siswa dididik di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam IV Diponegoro. Mereka melakukan long march sejauh 20 km di kota Magelang. Zelado tampak semangat menjalani hari pertama Diksar. Di sini para siswa seluruhnya dibawah kendali dari para TNI sehingga senior tidak memiliki hak untuk mengendalikan.

"Tanda – tanda.......... bukit berduri

Bukit tinggi langit yang biru......

Rumput hijau, penuh berduri

Di sana ada bukit yang menanti......

Lapangan hitam, gagah dan seram

Berdiri tegak perkasa.......

Baret Ungu, semangatnya

Resimen pembela bangsa.......

Pantang menyerah walau badan lelah

Pantang mundur walau badan hancur lebur

Namun semangatnya tetaplah membara

Itulah dia si Resimen Mahasiswa

Resimen pembela bangsa..........."

Suara nyanyian dari Zelado yang merupakan lagu dari satuannya diikuti oleh Jalil, Timur, Billy, dan Rio walaupun mereka berbeda kelas. Zelado, Jalil, Timur, dan Billy berada di satu peleton yaitu peleton 1 kompi 1 batalyon A. Seperti halnya pendidikan militer, bangun pukul 04.00 hingga tidur pukul 22.00 semua kegiatan sudah terjadwal baik ruangan maupun diluar ruangan. Dan yang paling dinantikan dari Diksar ini adalah kegiatan menembak yang akan dilaksanakan di lapangan tembak Markas Batalyon Artileri Medan 3 / Naga Packa, Magelang.

"Lil." Panggil Zelado.

"Apa Do?" tanya Jalil.

"Kita kumpul di mana?" tanya Zelado.

"Di lapangan tentara 1." Jawab Jalil.

Pagi ini seluruh siswa dikumpulkan dilapangan tentara 1 untuk pembagian senjata. Dan senjata yang digunakan adalah M16 yang merupakan senapan serbu yang digunakan oleh TNI namun yang digunakan oleh para siswa tidak menggunakan amunisi alias magasin kosong. Zelado merasa sangat senang menggunakan senjata asli serasa seperti menjadi tentara.

"Keren! Kita bisa bawa senjata beneran." Kata Zelado senang.

"Kira – kira ini masih bisa dipakai nggak ya?" tanya Jalil.

"Bisalah." Kata Zelado.

"Kamu ini gimana tho Ndul?" Tanya Timur kepada Jalil.

"Aku pingin tahu aja Nyong." Jawab Jalil yang masih mengecek senjata yang dipegangnya.

"Owalah gundul – gundul......." Ejek Timur.

"Dasar Monyong!" Balas Jalil.

"Gundul – gundul pacul ditambah monyong!" Sela Zelado.

"Halah, ini orang malah ribut sendiri! Diam!" protes Billy.

Diksar tak jauh berbeda dengan Pra Diksar bahkan lebih keras dan juga pelatihnya pun tidak main – main karena saat ini sedang digalakannya kembali bela negara bahkan ada wacana akan diadakannya wajib militer yang jadi sasaran adalah para pemuda termasuk Zelado. Belum lagi situasi di dunia ini sedang panas – panasnya mengingat sedang ada perpecahan di PBB dan konflik yang baru saja terjadi di Eropa. Konflik tersebut dipicu oleh perseteruan antara Amerika dengan Russia sejak tahun 2010 lalu. Belum lama juga Indonesia sedang bersitegang dengan negara tetangganya mengenai perbatasan dan adanya pembangunan mercusuar di perbatasan laut Indonesia oleh negara tetangga. Kabar ini membuat pemerintah menyerukan adanya sistem pertahanan semesta dengan melatih warganya dalam hal pertahanan dan bela negara apalagi Menwa yang dikabarkan akan kembali menjadi komponen cadangan. Di waktu istirahat setelah apel malam, Zelado bersama dengan Jalil, Timur dan Billy menuju ke kantin membicarakan berita ini menikmati makanan ringan di sana.

World At WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang