'Rumah' Yang Penuh Keajaiban

481 41 0
                                    


Sudah setengah hari kami menjelajah hutan. Setiap 1 jam berjalan kami berhenti untuk istirahat beberapa menit karena Skyla tidak terbiasa dan tidak kuat berjalan kaki. Wajahnya jadi merah seperti udang rebus.

"Inilah sebabnya aku tidak suka jalan kaki, melelahkan! Andai saja hutan ini tidak serimbun ini dan tanahnya tidak berbukit-bukit pohon Ibu pasti terlihat dari atas. Hhuuuuffft..." Skyla kini memakai bulu merak sebagai kostumnya, karena merak tidak terbang. Sayap Skyla menghilang berganti dengan ekor indah khas burung merak.

"Kenapa tidak pakai kostum burung unta saja? Atau ayam? Mereka punya kaki yg kuat untuk berjalan." aku setengah mengejeknya.

"Tidak, terima kasih sarannya. Aku merasa lebih cocok dengan merak."

'Ya...ya...ya...kamu memang cantik dengan bulu-bulu merak. Coba saja berubah jadi ayam pasti lucu' hihihi...aku menahan tawa membayangkan Skyla penuh dengan bulu ayam betina.

"Claaarrriiiiisst..." Skyla tampak kesal.

"Maaf...maaf...aku bercanda." senangnya aku bisa mengenal Skyla. Selama ini aku tak pernah punya teman yg seumuran. Aku tak pernah bercanda tawa seperti ini.

"Jadi Dewi Naturya itu Ibumu?" tanyaku untuk mengalihkan kekesalan Skyla.

"Ya. Walaupun elemen kami berbeda. Kami terpisah sejak aku lahir. Ibu selalu berpijak di tanah, sedangkan aku sebaliknya."

"Berarti kita sama?"

"Tidak. Kamu lebih beruntung Clarist. Bianca masih mengasuhmu sampai umurmu 8 tahun, sedangkan Frederick 1 tahun."

"Benarkah? Dari mana kamu tahu? Apa kamu mengenal Ibuku?" Tanyaku lagi. Skyla hanya menjawab dengan senyuman lalu setelahnya kami hanya terdiam selama sisa perjalanan.

"Ah, kita sudah sampai. Pohon besar itu adalah rumah Ibuku." kata skyla terengah-engah.

Aku memandangi pohon yg ditunjuk Skyla. Akar-akarnya banyak dan sangat besar. Batang pohonnya juga sangat besar dan kokoh sepertinya butuh sepuluh pasang tangan untuk bisa merangkul pohon ini. Aku menengadah, pucuk pohonnya menjulang ke atas sampai aku tak bisa melihatnya.

"Clarist, boleh aku memelukmu?"

Aku mengangguk. Skyla memelukku dengan hangat.

"Biancha adalah sahabat terbaikku. Sekaligus saudara sedarahku. Mungkin kamu merasa aneh tapi begitulah kenyataannya."

Apa?! Aku menjerit dalam hati.

"Sudah,berhentilah melotot. Maaf ya Clarist. Aku tak bisa menemanimu. Belum waktunya aku menemui Ibu. Jika kamu ingin menemuiku kapanpun aku akan datang."

"Tapi banyak hal yg masih ingin kutanyakan."

"Ibu akan menjawab semua pertanyaanmu."

Skyla merubah penampilannya menjadi burung kenari dengan bulu-bulu kuning yg cantik. Mungkin agar tubuhnya bisa melewati celah pepohonan yg sempit. Skyla meninggalkan aku dengan berbagai pertanyaan di kepalaku. Ya sudahlah...bukankah kata Skyla dewi Naturya-lah yg akan menjawab semua pertanyaanku?

Aku berjalan ragu ke pohon yg tadi di tunjuk Skyla. Bagaimana caranya aku masuk? Aku mengitari pohon. Seekor kucing hutan berjalan mendahuluiku. Dia berhenti tepat di depan pohon dewi Naturya. Dia menoleh kepadaku sambil mengerjap beberapa kali. Setelah menguap dia mulai menjilati kaki depannya lalu mengusap-usap mukanya dengan menggemaskan. Kemudian dia mengeong panjang. Beberapa saat setelah dia berhenti mengeong sebuah lubang kecil terbuka, dia menoleh padaku. Apa cuma perasaanku saja atau dia memang menatap mataku hingga kami saling berpandangan. Dia lalu masuk ke lubang itu. Apa itu jalan masuknya?

Miracles~Book 1: Clarist(a)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang