War

226 21 0
                                    

Author Pov

Kekuatan Connexia semakin menggila. Millia membangkitkan seluruh prajurit dari kedua belah pihak yg telah mati untuk menjadi pasukan zombinya. Walaupun sudah tahu kelemahan mereka zombie-zombie itu seakan tak ada habisnya. Frederick dan CannSeo yg maju di garis depan pun dibuat kewalahan. Setiap lawan yg mereka bunuh atau prajurit mereka sendiri yg terbunuh akan langsung berubah menjadi zombie baru maka dari itu Frederick berinisiatif tidak membunuh lawan, dia hanya melumpuhkan musuh. Idenya diikuti oleh CannSeo dan prajurit yg lain. Tapi para jendral Connexia yg licik tak hanya membunuh prajurit Dragonalla, mereka juga membunuh prajurit mereka yg sudah tidak mampu berperang agar segera berubah menjadi zombie. CannSeo tak kalah cerdiknya, Ia segera membakar tentara yg baru saja terbunuh. Ia juga membakar seluruh zombie yg berhadapan dengannya. Dan Ia berhasil.

Sementara itu Millia berada di barisan paling belakang bersama Raja Connexia. Ia mengendalikan pasukan zombie-nya dari jauh. Sesekali Ia melayang di angkasa di saat itulah CannSeo berusaha menembak Millia dengan apinya. Tapi tak ada yg mengenai Millia, api CannSeo menembus badan Millia begitu saja. Millia terkekeh lalu kembali berdiri dengan angkuh di tempatnya, di samping sang Raja.

Terdengar suara raungan di langit. Sosok manusia bersayap naga menukik tajam sambil menyemburkan air dari kedua tangannya. Zombie-zombie yg terkena air itu limbung seketika, dari mulut mereka keluar asap hitam lalu mereka kembali mati seperti seharusnya dan tak bisa dibangkitkan menjadi zombie lagi. Manusia naga itu mendarat tepat diantara kedua Pangeran. Sisa kain penutup matanya berkibar-kibar ditiup angin musim dingin. Saat kakinya menyentuh tanah sayap naganya mengatup dan menjadi transparan.

"Maafkan keterlambatan saya Pangeran." kata manusia naga itu seraya membungkuk.

"Kau belum terlambat sobat. Kita masih bisa bersenang-senang." balas Frederick.

Andrew tersenyum. CannSeo juga tersenyum ~sinis.

3 hari yg lalu

"Kau benar-benar datang Pria kecil." sambut Tuan Dragonalla.

"Saya merasa perlu untuk membantu negeri ini, ya Dewa." jawab Andrew.

"Atau sebagai pelarian cintamu yg baru saja kandas?"

"..."

"Yang manapun boleh. Itu akan menjadi alasan agar kau menjadi lebih kuat. Yang perlu kau ingat resiko dan dampak dari kekuatan yg akan kau terima. Kau tak hanya bisa mati, tapi tubuhmu juga bisa hancur. Kau akan selamat jika hatimu benar-benar kuat. Apa kau siap?"

"Saya siap Dewa."

"Bagus." Dewa Dragonalla mengulurkan tangan pada Andrew. Andrew yg awalnya bingung mengulurkan tangannya juga. Andrew tak merasakan apapun berubah pada dirinya, kecuali...

"Simbol naga di telapak tanganmu itu adalah simbol bahwa sekarang kau membawa kekuatanku."

Di beberapa tempat di tubuhnya ia merasakan gatal. Kulitnya memerah dan kasar seperti terkena ruam, setelah gatalnya mereda di kulitnya bermunculan sisik-sisik naga berwarna biru sebesar kuku jari telunjuk orang dewasa. Setelah itu berganti punggungnya merasakan sakit yg luar biasa, setelah rasa sakit itu reda sepasang sayap naga transparant muncul di punggungnya. Andrew penasaran ingin mencoba kedua sayapnya, ia melompat tinggi. Saat kakinya tidak menapak di tanah lagi sayapnya yg transparan telah memiliki bentuk dan warna sebiru laut. Kini Manusia naga berkekuatan air itu terbang bebas di angkasa.

Kembali ke medan perang.

Sejak kedatangan Andrew sang manusia naga, mereka telah berperang tiga hari lamanya tanpa ada yg menarik mundur pasukannya walaupun itu sekedar untuk beristirahat kala malam datang, karena zombie tidak butuh tidur. Sebisa mungkin mereka mencegah para zombie yg terus mengarah ke kota Millia.

Miracles~Book 1: Clarist(a)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang