Akhir Perjalanan

364 43 0
                                    

     Sehari semalam Felice menggendongku di punggungnya. Benar kata nenek Naturya ~begitu aku memanggil nenekku~ Felice adalah pelari cepat dan petarung hebat. Felice berlari tanpa henti, menerobos semak, menghindari pohon-pohon yg berbaris tak beraturan, berenang menyeberangi sungai bahkan melompati jurang. Felice hanya berhenti jika langkah kami dihadang oleh para siluman yg telah tahu bahwa aku adalah anak Ibu plus sedang membawa kristal hati. Dengan mudahnya. Felice mengalahkan mereka, mencabik tubuh siluman-siluman itu tanpa menurunkan aku. Felice terus berlari mengikuti arah matahari terbenam.

     Sebelum senja kami telah sampai di bukit gua lumpur kota Seika. Dibawah bukit ini ada villa keluarga Alexanova, ada Tuan Andrew disana. Sedang apa dia sekarang. Ah...sayup-sayup aku bisa mendengar suara biola. Melodinya begitu lembut bahkan terdengar sedih, tenang sayang kamu akan segera sembuh.

     Felice menghentikan langkahnya di depan gua. Kami mencium bau yg sangat menyengat antara bau lumpur bercampur dengan bau bangkai-bangkai kerbau. Aku segera turun dari punggung Felice. Tempat ini mengingatkan aku pada kejadian mengerikan 12 tahun yg lalu. Ya...disinilah kami saat itu.

     " Dewa Dragonalla...Dewa Dragonalla..." panggil Felice. Walaupun diluar 'RUMAH' dewi Naturya, Felice masih bisa berbicara bahasa manusia, karena nenek Naturya telah memberinya anugerah.

     Dari dalam gua beliau menggeram. Sosok yg sering muncul di mimpi buruk kami berempat itu masih sama seperti dulu. Ia berjalan keluar gua mendekati kami. Aku gemetar, kusembunyikan tubuhku di balik bulu-bulu lebat Felice.

     "Felice?" tanyanya heran. "Ada apa kamu mengunjungiku? Apa istriku yg mengirimmu?"

     "Iya Tuan. Dewi Naturya mengirim saya kemari untuk mengantarkan seorang gadis yg ingin menemui anda." terang Felice. Aku mulai berani menampakkan diri.

     Dewa Dragonalla menyipitkan mata. " Hhmmm...bukankah kamu gadis kecil yg dulu?" ternyata beliau masih mengingat aku.

     "Be...benar D...Dewa. Tapi kali ini sayalah yg ingin meminta air ajaib anda untuk kesembuhan tunangan majikan saya." kataku terus terang.

     "Apakah untuk pria kecil itu?"
 
     "Ehm...betul Tuan."

     "Hhmmm...rupanya kamu telah jatuh hati ya pada si pria kecil." Dewa Dragonalla tertawa.  Tebakannya tepat sasaran. Aku menunduk tak berani menjawab. "Oh...gadis kecil yg malang...bagus...bagus...menarik sekali. Tapi kamu tahu khan tidak ada yg gratis, apa imbalanku?"

     Aku mngeluarkan kristal hati dari dalam tas. "Saya membawakan kristal hati yg selama ini anda tunggu Dewa." Aku menyerahkan kristal itu pada dewa Dragonalla. Setelah menerima kristal dariku Dragonalla menenggelamkan kristal itu ke dalam dadanya. Kristal hati segera tertutup oleh lumpur lalu tubuh Dewa Dragonalla mulai bersinar, sesaat kemudian lumpur-lumpur di tubuhnya meleleh seperti coklat yg dipanaskan.

     Wujud Dewa Dragonalla telah berubah sebagaimana beliau seharusnya. Persis seperti lukisan-lukisan karya seniman-seniman jalanan di pinggir sungai Dornia. Perawakannya tinggi besar dan tegap sehingga terlihat berwibawa. Kulitnya kecoklatan dengan rambut hitam berpotongan cepak yg rapi. Wajahnya memiliki garis-garis tegas tp tetap terlihat charming. Matanya berwarna tosca dengan semburat ungu, tatapannya tajam seperti mata elang dengan alis tebal yg rapi, hidungnya mancung dan lurus sedangkan bibirnya tebal. Dari pelipis sampai atas tulang pipi kanan terdapat sisik-sisik mengkilap berwarna seperti bola matanya begitu juga di lengan dan beberapa bagian tubuhnya. Sisik-sisik itu menyiratkan bahwa dia adalah jelmaan naga. Dan aku sudah tidak mencium lagi bau lumpur yg menyengat.

     Seperti kata orang-orang, dewa Dragonalla memiliki 2 wujud yaitu wujud manusia seperti sekarang ini dan naga. Keduanya sama-sama kuat dan dipuja oleh seluruh rakyat Dragonalla karena beliaulah pendiri kerajaan ini, karena beliau negeri kami ada. Wujud naganya dijadikan simbol kerajaan. Beliau selalu muncul jika negeri kami terancam bahaya. Tapi semua orang tidak tahu kalau selama ini sang dewa yg mereka puja terkurung oleh tubuh monster lumpur. Mereka menyegel sang dewa di gua dan menyebut beliau sebagai monster lumpur atau monster kedua. Yg semua orang tahu adalah negeri mereka sedang 'aman' itulah sebabnya dewa mereka menghilang setelah berhasil membunuh monster pertama dan melumpuhkan monster kedua bertahun-tahun yg lalu.

Miracles~Book 1: Clarist(a)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang