Takdir Yg Mulai Bertemu

238 24 2
                                    

Frederick meringis menahan luka gores di lengannya yg dia buat sendiri. Dia menggoreskan luka yg sangat dalam ditempat yg sama beberapa kali agar lukanya tidak terlalu cepat sembuh. Seorang gadis berpakaian putih-putih dengan telaten merawat lukanya.

"Lukamu akan segera sembuh." kata gadis itu sembari melilitkan perban di lengan Frederick.

"Terima kasih nona." kata Frederick malu-malu.

Frederick mengamati gadis sukarelawan itu dengan intens. Kecantikan sang gadis membuatnya terpesona. Kulit si gadis kuning langsat dan tampak mengkilap. Dengan mata lebar berhias alis dan bulu mata yg tebal. Bibirnya mungil dan tebal dengan warna merah jambu seperti kelopak mawar yg merekah. Tubuh gadis itu tergolong mungil hingga Frederick yakin jika mereka berpelukan kepala gadis itu akan sangat pas di dada Frederick. Ah...apa yg pangeran muda itu pikirkan? Kini dengan jemari lentiknya sang gadis membetulkan posisi rambutnya yg menjuntai. Ingin rasanya Frederick juga menyusupkan jemarinya di antara helaian legam yg lembut itu. Tak akan pernah habis untuk Frederick berdecak kagum atas makhluk indah di depannya.

"Hei...prajurit...jangan memandangi Tuan Putri seperti itu. Kamu sungguh tidak sopan!" bentak seorang prajurit yg sepertinya adalah prajurit senior.

Tuan Putri?

Jadi gadis ini adalah Putri TheresyaMiska Franco Connexia? Adik dari Raja DerFiaz yg terkenal dengan kebaikan hatinya. Dan ternyata sang putri tak hanya baik hati, tetapi juga cantik.

"Ah...maafkan kelacangan saya Tuan Putri. Saya tidak tahu siapa yg saya hadapi karena saya prajurit baru." Frederick berlutut di hadapan sang putri.

Sang putri tersenyum dengan tulus "Bangkitlah...tak perlu terlalu kaku. Aku sedang menanggalkan atribut kebangsawananku sekarang. Saat ini kita punya kedudukan yg sama."

"Kudengar anda membenci peperangan ini?" Tanya Frederick ketika tenda pengobatan telah kosong. Prajurit senior tadi telah keluar beberapa menit diikuti seorang perawat lain. "Maaf jika saya lancang." tambah Frederick setelah merasakan keterkejutan Putri Theresya. Sang Putri menatapnya beberapa detik dengan mata biru lautnya.

"Aku memang membenci perang karena seluruh rakyatQ menderita karenanya. Tapi apa kuasaku, aku hanya anak raja terdahulu dan adik raja yg sekarang. Yg bisa kulakukan hanya menjadi sukarelawan seperti ini."

Sekali lagi Frederick terpesona. Sang putri benar-benar luar biasa.

"Saya juga tidak menyukai perang. Saya ikut berperang hanya untuk membela negara saya." kata Frederick jujur.

"Jika ada kesempatan aku ingin bertemu dengan Raja atau Pangeran Putra Mahkota Dragonalla, aku akan memohon agar mereka mau menghentikan serangan mereka. Entah apa yg ada di pikiran mereka hingga menyerang kita terlebih dahulu, tampaknya mereka ingin menguasai tanah kita. Untung saja ada penyihir Millia di pihak kita."

Frederick mengernyit bingung. "Bukan...bukan begitu cerita sebenarnya. Dragonalla tak pernah berniat menyerang Connexia atau negara manapun. Justru sebaliknya, 10 kota di perbatasan Dragonalla telah jatuh di bawah Connexia. Itulah kenyataan yg sebenarnya."

"Siapa kamu?" sentak Theresya. Dia mulai mencurigai jati diri Frederick.

"Saya Putra Mahkota Dragonalla, RaydenFrederick Ferdinand Dragonalla."

Putri Theresya tak mampu berkata-kata. Bibirnya yg sewarna mawar merah jambu menganga dan matanya terbelalak tak percaya. Dia memang mengharapkan bisa berbicara dengan para penguasa Dragonalla tapi tidak dalam keadaan seperti ini. Dia tidak siap.

Setelah memastikan sekeliling tenda mereka tak ada orang lain, tanpa basa-basi lagi Frederick menjelaskan keadaan yg sebenarnya dengan sedikit berbisik. Tentang keadaan negerinya saat ini juga tentang siapa Millia sesungguhnya. Putri Theresya mendengarkan dengan seksama, tak ada selaan atau protes yg keluar dari mulutnya.

"Jadi semua ini hanya tipu daya penyihir Millia? Beberapa bulan yg lalu salah satu kota kami diserang entah oleh siapa. Kata penyihir Millia itu perbuatan kalian yg ingin menguasai tanah kami. Lalu kami mengirimkan serangan balasan dan membalas dendam dengan menduduki kota-kota Dragonalla." Putri Theresya menimpali.

"Asal anda tahu, kami tak pernah ingin mengambil sejengkal tanah pun dari Connexia. Semua ini tipu daya Millia untuk membalas dendam kepada Ayahku." tambah Frederick.

"Lalu apa yg harus kita lakukan?"

"Izinkan aku bertemu sang Raja Connexia."

Putri Theresya mengangguk. Saat itu juga mereka berdua berkuda ke kota Expana Ibu kota Connexia. Sesekali Frederick mencuri pandang pada sang putri begitu pun sebaliknya lalu tanpa sengaja mata mereka bertemu. Ada sesuatu yg tumbuh dalam hati mereka di perjalanan yg singkat itu.

Tiba-tiba langkah kuda mereka terhenti dihadang oleh sekompi pasukan Connexia. Raja DerFiaz sendiri yg memimpin pasukan itu.

"Aku sudah menunggu kalian." kata sang raja. Yg langsung melesat ke sisi Frederick dan dengan gerakan super cepat sebuah bogem mentah berhasil didaratkan di pipi Frederick membuatnya seketika terjatuh dari kuda.

"Rambut perak, mata hijau, kau pasti pangeran RaydenFrederick. Kali ini kau tak akan lepas dariku. Sebelum kau bawa lari adikku biar aku membunuhmu terlebih dahulu."

"Tunggu Kak...kau salah paham! Pangeran Frederick tidak sedang menculikku. Aku mengantarnya padamu agar negara kita bisa berdamai dengan Dragonalla."

"Itu hanya siasat saja adikku. Penyihir Millia telah meramalkan kedatangan kalian. Dia hanya berpura-pura bersikap baik padamu."

"Yang mulia baginda raja DerFiaz anda tidak tahu seperti apa Iblis Millia yg sebenarnya." tegas Frederick yg sudah berdiri kembali.

Raja Ferdiaz menarik paksa Putri Theresia, lalu melempar tubuh gadis mungil itu ke belakang tubuhnya.

"Kutantang kau untuk duel Pangeran putra mahkota Frederick. Siapapun yg menang harus rela menyerahkan sebagian wilayah kerajaannya pada pemenang!"

"Maafkan saya, bukan wewenang saya untuk membagi wilayah kerajaan." kali ini Frederick mencoba menguasai emosinya. Menahan keinginannya untuk bersikap spontan seperti biasa.

"Jadi kau takut heh?" sarkas sang Raja.

"Tidak."

"Bukankah kau dianugrahi kekuatan penyembuh dari darah Ibumu? Aku ingin mencobamu."

Frederick mengambil nafas panjang. "Baiklah, tapi saya tidak menginginkan Connexia sebagai imbalan jika saya menang."

"Lalu...apa yg kau minta?"

"Saya menginginkan Putri TheresyaMiska." keringat dingin mulai membasahi kening Frederick. Kedua puluh jemari tangan dan kakinya mulai dingin dan gemetar. Tapi ia segera mengepalkan kesepuluh jari tangannya untuk menguatkan tekadnya bahwa ia harus memenangkan duel ini. Duel pertamanya sebagai lekaki dewasa.

***

Maaf banget y...aq apdetny luuaaaammaaaaaa.....soalny hp dculik mulu sm gadis kecilku yg comel.he76x,,
Semoga kalian tetap menikmati ceritaku.
<3

Miracles~Book 1: Clarist(a)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang