Monster lumpur, Pria kecil dan pengorbanan sang pelayan

509 62 0
                                    


     Geraman sang monster tidak membuat Tuan Andrew gentar. Bahkan Ia mengeluarkan sebilah belati kecil dari saku celananya.

     "Aku menginginkan air ajaib untuk menyembuhkan penyakit kakekku." Ulang Tuan Andrew dengan lantang.
Sang monster tertawa sangat keras, menggema di dalam gua.  "Apa yang bisa kamu berikan padaku sebagai gantinya?"
Tuan Andrew terdiam.

     "Kamu tidak membawakan oleh-oleh untukku pria kecil?" Ia keluar dari gua menunjukkan gigi-giginya yg runcing dalam seringaian.

     Tuan Andrew masih terdiam.

     "Baiklah...kalau begitu apa yg kamu punya?"

     "Aku tak punya apa-apa, aku hanya punya diriku." Jawabnya penuh keberanian.

     "Aku suka sorot matamu yang menyala-nyala itu pria kecil." Jemarinya yang sebesar buah pisang menyentuh kepala Tuan Andrew.

     Dengan reflex Tuan Andrew menebaskan belatiny pada tangan monster bertubuh lumpur itu. "Singkirkan tanganmu yg berlumpur dariku!"

     "Ho...ho...ho...menarik sekali. Aku memang terbuat dari lumpur itulah sebabnya belatimu tak mempan padaku." lumpur di sekitar luka bergerak menutupi lukanya. "Karena air ajaib adalah air yg sangat berharga maka aku akan menukarnya dengan 2 dari 3 orang paling ketakutan yg sedang bersmbunyi di balik semak." Dengan kasar Ia mengangkat Nona Fionetta dan Tuan Xander dengan tangan kanannya yg besar dan berlumpur.

     "Lepaskan aku makhluk bau! Lepaskan!" Nona Fionetta meronta dengan sekuat tenaga sementara Tuan Xander menangis meraung-raung.

     "Turunkan Nonaku!" pintaku pada sang monster lumpur.

     "Kalau berani menyakiti mereka kubunuh kamu!" Tuan Andrew mengancam.

     "Ow...Pria kecil, aku benar-benar suka mlelihat sorot matamu itu. Tenanglah pria kecil, aku punya apa yang kamu inginkan." Dari tangan kiri monster muncullah air, mula-mula berbentuk air mancur kecil kemudian perlahan berubah menjadi sebuah bola air yg tenang berwarna biru kehijauan seperti warna air laut di perairan dangkal.

     "Berikan air itu padaku!" Tuan Andrew dengan sigap melompat meraih tangan kiri monster lalu Ia menggoreskan lagi belatinya,kali ini sangat dalam. Sang monster yg kesakitan mengibaskan tangan kirinya membuat tubuh Tuan Andrew terhempas beradu dengan tanah berlumpur.

     "Kamu menginginkan air ajaib ini kan? Terimalah ini pria kecil!" Monster itu kemudian melempar air ajaib ke muka Tuan Andrew sesaat kemudian bangsawan kecil itu berteriak kesakitan, Ia mengucek matanya yg mulai mengeluarkan darah. Aku yg panik berlari menghampiri Tuan Andrew.

     "Tuan...Tuan...ada apa dengan anda?" tanyaku khawatir.

     "Mataku...mataku...aaaarrrrggghhh....ssaaaakkkiiiiittt....aaarrrggghhh...." Semakin Ia menggosok matanya semakin banyak pula darah yg mengalir.

     Aku tak tahu harus berbuat apa, aku semakin panik. Tanpa kusadari aku menangis. Seharusnya tadi aku kembali saja ke villa dan membangunkan org dewasa agar mencegah mereka. Bodohnya aku.

     "Jadi apa yg akan kamu lakukan gadis kecil?" Tanya monster itu padaku dengan seringainya yg licik.

     "Tolong biarkan kami pulang." rengekku.

     "Aku bisa membiarkanmu dan pria kecil yg sombong ini pulang tapi tidak dengan yg sudah ada di genggamanku." Mata monster itu menatap garang pada dua anak kecil yg sedari tadi Ia genggam. Kulihat Nona Fionetta sama paniknya denganku sementara Tuan Xander masih saja menangis.

     "Apakah anda akan memakan mereka?seperti kerbau-kerbau korban itu." tanyaku hati-hati.

     Sang monster tertawa. "kalau iya kenapa?"

     "Biar saya saja Tuan yg menggantikan mereka. Saya sebatang kara, tak akan ada yg mencari saya tidak seperti mereka yg masih punya keluarga. Anda boleh memakan saya."

     Sang monster tertawa lagi. "Aku hanya bercanda, aku tak suka memakan manusia. Aku hanya suka mempermainkan mereka agar tidak menggangguku seperti kalian!!"

     "Ma...maafkan kami Tuan monster."

     "Hhmm...begini saja." Monster itu menyeringai lagi. "Aku akan melepaskan mereka tapi sebagai gantinya berikan wajahmu padaku. Bagaimana?"

     "Baiklah...asalkan mereka selamat."

     Sang Monster meletakkan kedua sanderanya di tanah perlahan-lahan. Nona Fionetta segera berlari terbirit-birit menuruni bukit. Tuan Xander yg masih menangis menghampiri kakaknya yg telah pingsan.

     "Begitukah sikap majikanmu yg telah kamu tolong? Ia meninggalkanmu dengan 2 orang tak berguna ini. Kalau kamu mau aku masih bisa menangkapnya agar kamu tidak perlu berkorban." bujuk sang monster. Aku menggeleng.

     Sang Monster kini telah berdiri di hadapanku, sangat dekat sehingga aku bisa mencium aroma tanah dari tubuh lumpurnya. Ia mulai menyentuh wajahku perlahan lalu Ia menggoreskan kuku-kuku tajamnya di wajahku mulai dari dahi kiri kemudian turun ke pipi dan dagu.

     "Seandainya orang-orang yang kamu tolong ini mengkhianatimu di kemudian hari bagaimana?Apa kamu yakin sudah melakukan hal yg benar?"

     Aku mengangguk. Butir-butir air mataku mulai tumpah seiring dengan rasa terbakar di wajahku. Tak apa, asal Nona selamat

***

 
Aku menunggu mereka mengobrol di samping gazebo agar mudah bila nona Fionetta membutuhkan sesuatu.

     "Pelayaaaan, ambilkan bolu coklatku!" betul kan...dia memerintah aku lagi.

     "Baik Nona." kuantarkan pada mereka sekotak bolu yg kubuat tadi.

     "Sini Andrew aku suapi!" tawar Nona. "Bagaimana? Enak kan?" mata nona penuh binar.

     "Bolu coklat paling enak yg pernah kumakan." pujian Tuan Andrew membuatku tersipu.

     "Aku membuatnya tadi pagi-pagi sekali loh. Khusus untuk tunanganku tercinta."

     Apa? Itu bohong! Akulah pembuatnya! Tapi aku bisa apa? Ah...sudahlah.

                         * * *

Tolong kasih vote y klo suka ceritaQ.makasih sdh pilih Clarist(a) untuk jd bacaan km. Smoga km smakin jatuh hati sm Clarist.

Miracles~Book 1: Clarist(a)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang