Kesatria Terpilih

266 19 0
                                    

Sorry readers agak lama update'nya soalnya update 2 chapter sekaligus biar pada greget bacanya.
Okey...happy reading yuaaa....

Back to Clarist Pov

Frederick maju ke medan perang untuk mempertahankan benteng kota Millia. Kali ini dia berjuang penuh keyakinan akan kemenangan sebab dirinya sudah tahu kelemahan pasukan mayat hidup yg mereka hadapi. Dengan lantang Ia meneriakkan agar prajuritnya menusuk pasukan mayat hidup tepat di jantung mereka seperti yang telah di ajarkan Ibunya. Alhasil pasukan Frederick berhasil memukul mundur pasukan Connexia. Sehingga benteng kota Millia dapat mereka rebut kembali.

Tapi seperempat wilayah Dragonalla sudah terlanjur jatuh. Ditambah lagi jumlah pasukan yg berbeda jauh. Maka dari itu perjuangan kami belum berhenti. Banyak kota-kota perbatasan yg harus direbut kembali.

Pasca berhasilnya Frederick memukul mundur Connexia dari benteng kota Millia, Connexia menghentikan serangan. Tak ada tanda-tanda pergerakan dari mereka, mungkin mereka sedang menghimpun kekuatan atau menyusun strategi. Kediaman mereka jadi terasa lebih mengerikan. Untuk itu Ayah pun berencana menambah kekuatan kami.

"Ratu AikaNhea sudah setuju untuk membantu kita. Ursya akan mengirimkan 1.000 tentara untuk bertempur bersama di garis depan. Pangeran CannSeo juga bersedia terjun langsung ke medan perang. Tapi mereka memberi persyaratan khusus yaitu pertunangan Clarista dan Pangeran CannSeo harus dipercepat yaitu akan dilaksanakan 7 hari lagi. Begitu isi surat mereka." kata Ayah.

"Apa?!" jeritku dalam hati.

"Bagaimana menurutmu putriku?" tanya Ayah.

"Tak adakah cara lain Ayah?" tanyaku dengan nada sehalus mungkin.

"Bantuan dari Ursya akan menutup kekurangan pasukan kita. Kumohon putriku, bersedialah demi negeri ini dan seluruh rakyat kita."

Aku hanya bisa menunduk dan mengepalkan tangan dengan sembunyi-sembunyi untuk menahan air mata. Kenapa semua terasa tidak adil bagiku.

"Mau atau tidak CannSeo adalah jodohmu. Pertunangan tetap akan dilaksanakan, begitu juga dengan pernikahan kalian." tambah Ibu.

"Kalau begitu, saya tak perlu menjawab kesediaan saya. Apapun jawaban yg saya berikan akan percuma bagi saya."

"Clarista!" untuk pertama kalinya aku melihat kemarahan di mata sang Ratu.

* * *

"Untuk menghadapi Connexia kita tidak boleh gegabah. Jangan hanya pasukan yg banyak tetapi haruslah kuat dan cerdik karena mereka dibantu oleh dewa Darko. Aku bersedia meminjamkan kekuatanku. Tetapi sejak melawan iblis pertama 15 tahun yg lalu kekuatanku telah menurun. Iblis itu telah menghisap sebagian kekuatanku. Jadi untuk melawan iblis kedua ini harus ada seorang anak manusia yg menjadi mediaku. Dia haruslah orang yg pemberani dan cukup kuat." Tuan Dragonalla menawarkan bantuan untuk melawan kekuatan iblis kedua alias Millia, utusan dewa Darko, sang ewa kegelapan.

"Aku bersedia, Dewa." Frederick mengajukan diri. Dia benar-benar tumbuh menjadi laki-laki remaja yg pemberani. Usianya kini hampir 17 tahun.

Tuan Dragonalla mengelus-elus dagunya menimbang-nimbang tawaran Frederick.

"Tidak Pangeran. Sebagai anggota kerajaan dalam darahmu mengalir darahku leluhurmu tapi darah Ibumu yg setengah dewi juga mengalir padamu. Ini takkan berhasil, kekuatanku akan menolakmu. Lagipula Orang yg kupilih haruslah manusia biasa yg siap untuk mengorbankan nyawanya. Aku tidak mau kejadian yg menimpa Ayah dan Ibumu saat melawan iblis pertama dulu terulang lagi padamu."

"Benar anakku. kau adalah putra mahkota. Pewaris tahtaku. Penting bagimu untuk tetap hidup." tambah Ayah. Frederick kecewa.

"Lalu siapakah yg pantas membawa kekuatan anda, Dewa Dragonalla junjungan kami?" tanya Ayah pada dewa Dragonalla.

Miracles~Book 1: Clarist(a)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang