Kesalahan Fatal

474 56 0
                                    


Untuk kesekian kalinya hari ini aku merasa canggung. Sore ini aku kembali mendengarkan lantunan biola Tuan Andrew yg indah tapi saat ini berbeda dengan biasanya, saat ini aku adalah Nona Fionetta yg mendengar permainan biola tunanganku sambil memandanginya. Andai ini bukanlah suatu kepura-puraan.

***


Dr. Robert memeriksa mata Tuan Andrew dengan seksama menggunakan senter dan alat-alat lain yg tak kumengerti nama dan fungsinya. Aku jadi cemas.

"Bagaimana dokter? Apa masih bisa sembuh?" tanya Tuan Andrew.

Dr. Robert menghela nafas. "Sepertinya akan sedikit sulit." kami kecewa mendengar pernyataanya. Walaupun laki-laki itu bukan tunanganku aku sangat berharap dia bisa melihat kembali betapa indahnya dunia, agar Ia tidak tampak kesepian dan agar Ia bisa melihat ak...ah...apa yg aku pikirkan. Setelah Ia dapat melihat lagi bukan aku yg pertama kali akan dilihatnya tapi Nona Fionetta tunangan yg sesungguhnya.

Aku menghidangkan sepiring bolu coklat untuk Tuan Andrew yg sedang bersantai di ruang duduk sambil mendengarkan musik lembut. Kepalanya disandarkan pada sofa, matanya terpejam. Mungkin Ia sedang memikirkan kata-kata dr. Robert tadi.

"Uhug...uhug..." aku berpura-pura batuk.

"Ah...Fionetta? Maaf aku tak menyadari kehadiranmu."

"Tak apa. Makanlah bolu coklat ini agar perasaanmu jadi sedikit lebih baik." kataku.

"Darimana kau tahu perasaanku sedang buruk?"

"Entahlah...aku hanya merasa begitu. Lagipula terlihat dari sikapmu."

Tuan Andrew tersenyum. Kemudian Ia mulai melahap bolu yg kuberikan.

"hhmm...ini bolu yg sama seperti yg kau bawa saat berkunjung ke rumahku. Rasanya sangat enak. Kau pandai membuat kue."

Aku tersipu. "Kau hapal rasanya?"

"Tentu saja, sejak tidak bisa melihat indraku yg lain jadi lebih sensitif. Mm...kau tau apa yg barusan kupikirkan?"

"Ng...apa tentang perkataan dokter Robert?"

"Tidak, aku sedang teringat kejadian 12 tahun yg lalu. Andai malam itu aku tidak keluar dari villa ini untuk mencari air ajaib mungkin semua ini tidak akan terjadi. Karena itu pula kau dan Xander terancam bahaya. Untung saja ada pelayanmu itu, mmm..."

"Clarist...namanya Clarist" kataku.

"Ya, karena Clarist kita semua bia selamat. Sebelum pingsan aku sempat mendengarkan permohonannya pada monster itu agar melepaskan kita dan Ia rela menukar keselamatan kita dengan nyawanya. Apa sekarang dia masih hidup? Apa dia baik-baik saja? Aku ingin sekali berterima kasih padanya. Tapi aku tak tahu sekarang dia ada dimana."

"Dia...dia baik-baik saja. Dia sangat sehat." seperti ada benda tajam menusuk dadaku saat aku mengatakan itu.

"Syukurlah." katanya lega. "Fionetta"

"Ya?"

Tuan Andrew menyentuh punggung tanganku dan menggenggamnya.

"Setelah aku dapat melihat kembali aku berniat untuk segera menikahimu. Tapi kata dokter Robert ini akan sedikit sulit. Jadi apakah kau akan tetap mencintaiku walaupun aku akan jadi buta selamanya?" tanya Tuan Andrew penuh sendu.

"Tentu saja, aku akan selalu mencintaimu." tanpa kusadari air mata telah banjir di pipiku. Malam itu lama aku menangis di pangkuannya hingga tertidur.

Nona Fionetta, maafkan aku yg sudah bersikap lancang dengan berani mencintainya. Maafkan aku juga y Dewa Dewi, aku telah membuat kesalahan yg fatal.

***


Maaf cuma update sedikit.terima kasih yg udah mau baca.
Apa kalian berpikir perasaan cinta itu hangat?
=)

Miracles~Book 1: Clarist(a)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang