Shira memasukkan kedua tangannya yang sudah terbalut rapi dengan sarung tangan wol burgundy ke dalam saku jaketnya. Hembusan nafasnya menguar perlahan, menghambur bersama udara dingin kota Amsterdam. Angin kencang di pertengahan musim dingin seperti ini membuatnya ingin cepat-cepat kembali ke apartemen, menyalakan mesin penghangat dan membaca novel fantasi kesukaannya sembari menikmati segelas cokelat panas. Keinginannya sebenarnya begitu sederhana, namun rasanya mengapa sangat sulit untuk diwujudkan. Lihat saja sekarang, dirinya masih terdampar di Amsterdam Centraal Station bersama beberapa penumpang lainnya yang menantikan kereta menuju Groningen.
Groningen adalah kota kecil di ujung utara Belanda, kebanyakan orang menyebutnya terletak di daerah pelosok karena letaknya yang memang bisa dibilang sangat jauh dari kota-kota utama di Belanda seperti Amsterdam, Den Haag, Utrech, ataupun Volendam. Shira harus menempuh perjalanan selama lebih kurang dua setengah jam untuk mencapai Groningen, tempat dimana ia tinggal sekarang dan mengenyam pendidikan pasca sarjananya.
Hari ini Shira memang sengaja bertandang ke Amsterdam, bukan untuk tujuan khusus, murni hanya ingin berjalan-jalan menikmati hari liburnya. Liburan musim dingin yang cukup panjang ini tidak dimanfaatkannya seperti kebanyakan pelajar Indonesia lain yang memilih liburan keliling Eropa ataupun kembali ke tanah kelahiran untuk menikmati malam tahun baru bersama keluarga.
Untuk apa kembali ke tanah air? Shira saja baru mulai tinggal disini 5 bulan yang lalu. Terlalu dini untuk pulang kampung, pikirnya. Shira lebih memilih tetap tinggal di Groningen saja, ia sama sekali tidak berniat berlibur. Rasanya ia memang sudah lupa bagaimana caranya menikmati liburan semenjak harus menjadi cung-pret ; sebutan dirinya dan teman-teman kantornya di Jakarta dulu untuk karyawan-karyawan macam mereka yang harus selalu mengikuti kemauan atasan.
Shira paling hanya berniat untuk berkeliling Belanda saja selama liburan ini, namun rasa malasnya yang jauh lebih kuat sudah membuat dirinya terkurung selama beberapa hari di dalam apartemennya. Rencana jalan-jalannya belum ada yang terealisasi satupun. Tapi tidak dengan hari ini. Hari ini ia memutuskan untuk keluar dari singgasananya, ia tidak boleh menyia-nyiakan liburannya. Kapan lagi bisa terbebas dari setumpuk tugas makalah dan presentasi dari profesornya? Kesempatan langka.
-.-.
Sejak awal pagi menjelang, ia sudah berada disini. Niatan awal Shira hanya untuk berjalan-jalan santai saja, mungkin kalau ia beruntung ia akan mendapatkan sarung tangan baru yang sangat ia butuhkan di musim dingin seperti ini. Ia sengaja pergi sendiri kali ini, lagipula tidak banyak juga teman-temannya yang masih tinggal di Belanda pada liburan ini. Kebanyakan sudah melanglang buana entah kemana. Jadi ia pikir solo travelling adalah pilihan yang paling tepat untuknya saat ini.
Shira sendiri selalu menikmati ketika ia harus menjadi 'solo traveller'. Kali ini ia bahkan hanya sekedar berjalan-jalan melewati Damrak, lalu menikmati kanal-kanal di sekeliling kota Amsterdam yang belum sampai membeku ditemani hembusan angin dingin, lalu menikmati keramaian menuju Dam Square. Mendekati perayaan natal seperti ini, kota Amsterdam mungkin bisa dibilang sedang cantik-cantiknya. Jika beruntung, mungkin akan ada salju turun. Sayangnya hal ini jarang sekali terjadi di Amsterdam. Amsterdam memang cenderung berangin di saat musim dingin tiba. Salju hanya turun di beberapa kota kecil di bagian utara.
Menjelang natal, berbagai pernak-pernik natal sudah terpasang di sekeliling kota, tak sedikit pula yang menjualnya. Dan tidak lupa pohon natal paling megah yang berada di depan Amsterdam Royal Palace. Ketika malam datang, kota ini akan terlihat lebih cantik lagi ditambah sedang ada perayaan tahunan Amsterdam Light Festival sampai tahun baru menjelang, namun sayangnya Shira tak berniat untuk bertahan sampai malam tiba.
Seharian tadi ia memang hanya menikmati waktu sendirinya sambil melakukan kegiatan favoritnya selain membaca novel, mengamati orang-orang di sekelilingnya. Shira sudah ketiga kalinya menjejakkan kaki di kota Amsterdam, namun ia tak pernah bosan untuk sekedar menikmati interaksi orang-orang dan berkeliling di sekitar Dam Square. Dam Square yang tak pernah sepi dari kumpulan para turis yang sedang berlibur. Cuaca dingin tak pernah menjadikan Dam Square sepi. Maklum saja banyak landmark terkenal disana salah satunya Madame Tussaud Museum. Hal ini malah dijadikan Shira sebagai nilai tambah untuk mengamati berbagai macam orang yang berbeda gaya dan budaya berada di satu tempat untuk tujuan yang sama, bahagia.
Seperti siang tadi, sambil menikmati Oliebollen yang hanya muncul setahun sekali yaitu di musim dingin seperti sekarang, Shira mengamati seorang ayah yang sedang menemani anaknya memberikan makanan ke sekumpulan burung-burung merpati disana. Sesekali si anak terlihat bertanya kepada si ayah, mungkin pertanyaan-pertanyaan sederhana yang dilontarkan anak kecil hanya karena rasa keingintahuannya yang begitu besar. Si ayah pun dengan sabar dan senyum selalu berusaha menjawab pertanyaan si bocah laki-laki yang kira-kira masih berumur 4 tahun itu. Lalu dilihatnya si ayah menggumamkan,"I'm proud of you." Dan tak lama si anak tersenyum mencium pipi sang ayah, mengucapkan,"I love you Dad," lalu memeluknya erat.
Sebuah tontonan sederhana yang membuat perasaan bahagia menjalar hangat di tubuh Shira. Semua orang disini bahagia, penjual balon yang menjajakan dagangannya kepada gadis kecil, pasangan yang sedang berfoto di depan air mancur, sekumpulan turis yang sedang digiring oleh tour guide-nya, bahkan Shira yang hanya seorang diri disini tetap merasa bahagia. Inilah yang tak pernah ingin Shira lewatkan dalam perjalanannya, baginya inilah esensi dari sebuah perjalanan, kemanapun itu. Bukan hanya sekedar memamerkan foto di media sosial. Bukan maksud Shira untuk menyindir, ia juga senang mengambil gambar. Seperti sekarang ini, ia juga banyak mengambil gambar, namun baginya itu adalah bagian dari usahanya menciptakan kenangan untuk dirinya sendiri. Menciptakan ingatan yang indah untuk dikenang tanpa perlu disebarluaskan.
Pengumuman penanda keretanya akan segera tiba membangunkan Shira dari lamunan panjang soal perjalanannya hari ini, akhirnya ia bisa segera istirahat. Meskipun ia sangat senang dengan perjalananannya kali ini, apalagi sarung tangan barunya yang ia dapatkan di Amsterdam Winter Market tadi, namun ia juga butuh istirahat karena lelah yang sudah melanda.
"Sorry," ujar Shira ketika melewati seorang penumpang di gerbong keretanya yang sedang menaruh sebuah koper di bagasi atas. Si penumpang tersenyum dan sedikit menggeser tubuhnya agar Shira bisa lewat. Gerbong kereta terisi penuh, maklum sekarang sedang musim liburan akhir tahun dan juga yang ditunggu-tunggu diskon akhir tahun tentunya. Sale besara-besaran selalu menarik banyak orang berkunjung ke ibukota negeri Belanda ini. Jadi tidak aneh jika terjadi kepadatan di akhir minggu seperti ini.
Shira berniat untuk tidur saja selama menempuh perjalanan dua setengah jam ini dan karena kelelahan yang mendera tak perlu menunggu lama untuk dirinya dapat terlelap, bahkan ia tidak sempat tahu siapa penumpang yang duduk di sebelahnya.
-:-:-:-
Keterangan :
Untuk yang mau cari tau namanama tempat, acara, ataupun sebutan yg kebanyakan soal negeri belanda bisa searching kok. Ini umum banget, meskipun detailnya memang harus research dulu *kayak saya*.Jika ada yang salah mengenai penggambarannya bolehlah diinfo-info. Dengan senang hati menerima.
Selamat membaca 😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Travelmate
Short Story"It doesn't matter where you're going, it's about who you have beside you." Shira Baskoro tak pernah menyangka akan bertemu dengan seorang Gantara Akbar -- mantan pacar sahabatnya -- di tengah perjalanan pulang dari Amsterdam menuju Groningen. Ia ha...