"Dan lo harus bayar mahal bikin gue jadi tour guide lo ya Ta." Shira sudah meminta imbalannya sejak awal. bertemu karena pertemuan yang tidak disengaja ini ternyata menjadi awal perjalanan Gantara dengan Shira. Gantara bahkan tak berniat mencari rekan untuk perjalannya karena niat awalnya memang ia hanya ingin menyendiri di Groningen saja, tapi yang ia lakukan semalam rasanya memang mengubah semua rencananya. Total. Gantara juga tidak mengerti keajaiban apa yang menggerakkannya berbuat seperti ini.
Lagi-lagi manusia hanya bisa berencana bukan? Tidak tau apa yang akan terjadi di tengah-tengah usaha kita mewujudkan rencana itu. Tuhan mungkin menghendaki yang lainnya. Memberikan teman perjalanan untuk Gantara misalnya.
-:-:
Gantara dan Shira akhirnya sampai juga di Groningen Station. Stasiun Groningen merupakan stasiun tua Belanda yang sudah direnovasi menjadi lebih modern tanpa mengubah gaya arsitekturnya. Statiun dengan arsitektur perpaduan gaya Neo-Renaisssance dan Neo-Gothic ini terlihat sangat megah dan anggun meskipun ukurannya tak terlalu besar. Berdiri di tengah aulanya membuat kita merasa kecil memandangi atap dengan ukiran yang begitu mewah. Pintu-pintu kayu yang menghiasi setiap titik sudah diubah menjadi otomatis dan modern namun tanpa menghilangkan karakteristik awalnya.
Gantara belum pernah menginjakkan kakinya disini sama sekali, wajar saja jika ia merasa terpana dengan keindahan arsitektur bangunan tua ini. Shira ingin sekali menertawakan ekspresi kekaguman Gantara, manik matanya melebar dan mulutnya sedikit menganga karena melihat sekeliling bangunan stasiun. "Biasa aja bisa kali mas ngeliatinnya."
Gantara tersenyum canggung karena tertangkap basah terlihat seperti turis norak, "Menurut gue ini lebih keren daripada Amsterdam Shi." tapi Shira akui ia pun pernah berekspresi seperti Gantara saat pertama tiba disini.
"So, kalau lo sekarang harus nunggu temen lo berarti kita pisah disini ya. Lagipula tempat temen lo berlawanan arah sama flat gue Ta."
"Gak mau bareng aja? Katanya Naren bawa kendaraan kok. Biar nanti kita antar, udah malam loh Shi, dingin banget pula anginnya."
Shira tertawa namun juga merasa tersanjung dengan kekhawatiran Gantara padanya,"Gue bawa sepeda kok, tenang aja gue udah biasa. I live here Ta. I'll be okay."
"Okay then, kabarin gue kalau udah di flat ya." Sebelumnya mereka sudah bertukar ID Line mengingat Gantara mungkin nantinya akan butuh bantuan Shira.
"Bye Gantara, see you around." Shira sudah berlalu dari pandangan Gantara menuju tempat parkir sepedanya. Namun sebuah panggilan menghentikannya untuk melangkahkan kaki, "Kenapa Ta?"
Dengan ragu-ragu Gantara berucap, "Jadi tour guide gue di Belanda ya Shi?" Shira terdiam sejenak, masih sedikit kaget dengan ajakan Gantara. Ia memang tadi bercerita kalau ia tidak ada rencana liburan tahun baru ini, tak disangka kalau Gantara malah berpikiran akan mengajaknya. Gantara terlihat sedang ingin bepergian sendiri saja. Mungkin ia salah.
Shira tersenyum dan menjawab,"Ketemu besok pagi ya!" Sambil melambaikan tangannya, Shira melanjutkan langkah kakinya. Shira pun tidak tahu kenapa iya mengiyakan permintaan Gantara, mungkin karena sejak obrolannya di kereta tadi Shira melihat sisi Gantara yang lain. Bukan Gantara kekasih Karen yang dewasa dan tenang pembawaannya, namun Gantara teman Shira yang hangat, menyenangkan, dan mungkin sedikit konyol. Meskipun ada sedikit kekosongan yang Shira rasakan di mata Gantara. Mungkin karena Karen.
-:-:
Di musim dingin, matahari bahkan belum menampakkan wujudnya meskipun waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Dengan langit yang masih gelap juga cuaca berangin dengan suhu mencapai 9 derajat celcius, bukanlah waktu yang tepat untuk bepergian. Namun disinilah Shira sekarang berada di depan flat mahasiswa di Nieuwe Ebbingestraat yang jaraknya tidak jauh dari kampusnya namun berjarak tiga kali lipat dari flatnya yang berada di Huygensstraat. Gantara turun tepat disaat Shira tiba dengan sepeda hijau kesayangannya yang sudah menemaninya berkeliling Groningen.Warga kebanyakan kota di Belanda memang lebih suka mengendarai sepeda. Pertama sepeda adalah transportasi paling murah, kedua sepeda tentunya tidak menimbulkan polusi udara, dan ketiga sepeda bisa sekaligus membuat betis kaki menjadi kencang, seperti milik Shira sekarang. Tolong jangan menertawakannya. Shira sudah cukup sadar untuk hal yang satu itu.
"Jadi gue harus sewa sepeda atau . . . ." Gantara menghentikan ucapnnya karena Shira sudah mengarahkan sepedanya kepada Gantara. " Udah boncengan aja, gue tinggal duduk manis. Lo bisa naik sepeda kan Ta?"
"Hahaha ... ngejek abis. Anak BMX gini-gini gue Shi. Lo mau dengan kecepatan berapa?" Gantara membusungkan dadanya bangga.
"Terserah abang aja lah, neng ngikut." Gantara terkikik mendengar candaan Shira. "Ayo, sebelum tempat sarapannya ngantri. Gue udah pegel banget nih ngegenjot kesini."
"Emang flat lo jauh banget dari sini ya? Maaf ya Shi jadi bikin repot." Gantara menundukkan wajahnya merasa bersalah karena menyusahkan wanita ini.
"Hmm...lumayan sih. Emang cari yang tempatnya enak sih gue. Mahal dikit sama jauh dikit gak apa-apa lah yang penting nyaman. Nyantai sih Ta, lagian kan gue dibayar jadi tour guide-nya juga." Shira mengeluarkan cengiran dengan menampakkan giginya yang berjajar rapi. "Udah gausah jadi diem gitu."
"Yah salah deh basa-basi gue. Yaudah yuk jalan."
Sepanjang perjalanan, tak lupa Shira mengenalkan beberapa tempat pada pria yang memboncenginya ini layaknya tour guide sesungguhnya. Gantara pun dengan semangat mendengarkan sekaligus berkomentar. Jika dilihat-lihat mereka layaknya sepasang kekasih yang sedang berkencan. Obrolan hangat diselingi tawa berkeliling kota dengan sepeda. Tak ada yang mengira kalau mereka baru saja bertemu lagi kemarin malam setelah setahun lebih tak bertemu.
"Di depan belok kiri ya Ta. Terus lurus aja nanti restonya gak jauh dari situ kok." Shira menunjukkan arah ke tempat yang ia janjikan untuk membeli sarapan mereka pagi ini. "Eh Ta awas!"
Dari arah yang berlawanan ternyata ada sepeda lain yang bergerak dengan kecepatan tinggi dan menyenggol setang sepeda yang sedang dikendarai oleh Gantara. Shira berpegangan erat pada mantel Gantara karena sepeda mulai oleng dan mereka hampir saja terjatuh.
"Lo gak apa-apa Shi?" Gantara menghentikan laju sepedanya dan menepi sejenak. Sedangkan si pengendara yang menyenggolnya sudah lenyap entah kemana. Untung saja ia memiliki keseimbangan yang baik sehingga tak membuat dirinya juga Shira terjatuh.
"Gak apa-apa cuma kaget doang kok. Lo gak apa-apa kan?"
"Gak. Yaudah ayo jalan lagi. Pegangan ke gue deh Shi ah, serem jadinya ntar kalo lo jatoh gimana." Wanita yang masih kaget dengan apa yang terjadi barusan malah menanggapinya dengan diam. Gantara yang tak sabar menarik lengan Shira agar berpegangan pada dirinya. Dengan takut-takut Shira akhirnya melingkarkan lengannya di pinggang Gantara.
Kok jadi aneh gini rasanya. Duh jangan malah jadi baper kali Shi. Udah lama gak deket-deket cowok ya?
-:-:
KAMU SEDANG MEMBACA
Travelmate
Kort verhaal"It doesn't matter where you're going, it's about who you have beside you." Shira Baskoro tak pernah menyangka akan bertemu dengan seorang Gantara Akbar -- mantan pacar sahabatnya -- di tengah perjalanan pulang dari Amsterdam menuju Groningen. Ia ha...