Gantara tak mampu menyembunyikan keterkejutannya. Shira ternyata sedang mengobrol bersama Fika, Marisya, dan Karen lewat video call. Iya, Karen ada disana dan ada seseorang lagi disana yang membuat Gantara awas. Lelaki itu memeluk pinggang Karen, meskipun samar Gantara bisa melihatnya dengan jelas. Hatinya berkecamuk hebat. Mengapa harus seperti ini?
Sejak awal berusaha melepaskan Karen, Gantara tahu ini tak akan mudah. Terlebih ketika Gantara tahu Karen sudah menemukan lelaki lain sebagai penggantinya. Gantara tidak mengerti mengapa sesulit ini melepaskan dan kenapa ia harus dihadapkan dengan dua kehilangan yang terlampau dekat. Jika Karen bisa secepat itu melangkah, mengapa ia tidak bisa? Mengapa ia kini malah harus dihadapkan dengan perasaan yang lebih buruk dari kecemburuan?
Shira merasakan ada yang berbeda dengan tatapan mata Gantara dan Karen. Mungkin Fika dan Marisya juga menyadarinya karena itu mereka berdua yang berusah mengalihkan kecanggungan ini. "Hei Ta! Long time no see loh." Fika yang pertama bersuara.
"Lo gak disasarin sama Shira kan? Dia kan suka error kalau baca google map. Amazing aja tadi denger itu anak jadi tour guide." Marisya mencoba memecahkan keheningan disana.
"Haha ... gak kok Sya. I can count on her. She's really good guide. Udah liburan aja ya kalian."
"Iya dong! Mumpung Karen lagi ajak Martin liburan kesini, iya gak Kar?" Marisya menyadari dirinya salah bicara. Harusnya ia tak menyinggung perihal Martin. Dalam hatinya ia merutuki kebodohannya.
"Iya. Hai Ta, ini Martin. Martin, he's Gantara, my friend too." Karen sudah mampu menguasai dirinya. Ia sebenarnya tak merasa canggung, hanya saja ia memang begitu kaget melihat mantan kekasihnya ada disana.
"Hi Gantara."
"Hi Martin." Suara Gantara terdengar begitu dingin. Shira disana jadi merasa tidak enak melihatnya, seharusnya sejak awal ia sudah menceritakan perihal pertemuannya dengan Gantara. Shira adalah orang yang mudah merasa bersalah dan kejadian ini membuat hatinya sangat tidak nyaman. Aura kebahagiaan yang Shira lihat dari Gantara sejak tadipun seperti menguap entah kemana.
Shira tau kalau Karen hanya terkejut saja tadi karena sekarang ia sudah bersikap biasa saja dan masih melanjutkan obrolan dengan sesekali menjelaskan kepada Martin mengenai obrolan mereka. Mereka terlihat mesra dan bahagia. Namun sayangnya tak ada lagi suara yang terdengar dari mulut Gantara sampai sesi video call mereka berakhir. Gantara memilih membiarkannya untuk melanjutkan tanpa dirinya ikut di dalam percakapan itu.
Kini Shira merasa sangat bersalah pada Gantara. Sebenarnya apa yang sedang ia lakukan? Ia hanya membantu dan menemani Gantara, itupun atas permintaan Gantara. Namun kenapa rasanya ini semua menjadi begitu salah?
"Maafin gue ya Ta. I didn't mean to. Gue minta maaf." Shira sebenarnya tahu ini tak sepenuhnya salahnya. Tapi ia benar-benar merasa bersalah. Seharusnya ia tadi menjauh agar Gantara tidak tahu kalau dirinya sedang menghubungi Fika, Marisya, dan Karen. Seharusnya Shira tidak mempertemukan Gantara dengan Karen yang sedang bersama Martin. Meskipun hanya sebatas video.
"Minta maaf kenapa Shi? Udah angetan belom badannya? jadi main ice skate? Sekarang aja yuk biar gak kemaleman." Gantara sudah ingin menarik tangan Shira, namun Shira menolaknya.
"Are you really okay about Karen and Martin? Gue minta maaf kalau tadi lo gak nyaman Ta."
"Ngomong apa sih Shi? I'm okay. Udah yuk." Terlihat sekali kalau Gantara berusaha menyembunyikan semua kegusarannya.
I know you're not okay Ta. Can I see you smile again like before Ta?
:-:-
Shira dan Gantara tak banyak bicara ketika mereka akhirnya memutuskan untuk menuju ring es yang berada di Leidsplein. Area ini memang khusus dihadirkan ketika musim dingin tiba dan biasanya berakhir sampai awal tahun baru. Selain ring es, terdapat juga pasar khusus yang memang hanya hadir ketika musim dingin dan menjelang natal seperti ini, semacam christmast market. Berjalan kaki ke sana hanya sekitar 10 menit jika ditempuh dari tempat mereka berada sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Travelmate
Short Story"It doesn't matter where you're going, it's about who you have beside you." Shira Baskoro tak pernah menyangka akan bertemu dengan seorang Gantara Akbar -- mantan pacar sahabatnya -- di tengah perjalanan pulang dari Amsterdam menuju Groningen. Ia ha...