Gantara berdiri di depan sebuah bangunan bertingkat tiga. Seperti kebanyakan flat lain, bangunan ini memang tidak terlalu besar. Berkali-kali ia mengusapkan kedua tangannya mencoba menghangatkan tubuhnya di tengah hujan salju yang mulai merata. Pesan yang ia kirimkan sejak tadi tak kunjung dibalas oleh Shira, Shirapun tak kunjung keluar menghampirinya. Mungkinkah Shira sedang pergi? namun ia melihat sepeda hijau kesayangan Shira terparkir manis disana. Shira pasti ada disana.
Shira tak menyadari salju sudah mulai turun di Groningen, ia terlalu sibuk dengan upayanya mengalihkan pikiran dari seseorang bernama Gantara. Mulai dari merapikan semua tugas-tugas makalahnya, berbelanja bulanan, sampai membersihkan flat-nya. Ia tidak menghubungi Gantara lagi sejak terakhir lelali itu menghubunginya sepulang mereka dari Amsterdam. Gantara sudah menyita pikiran dan hatinya, maka dari itu ia perlu mengalihkannya. Harusnya tidak semudah ini kan ia jatuh hati dengan seseorang. Lemah sekali pertahanan hatimu Shi!
Jika Gantara memang berniat menyendiri kesini, ia akan membiarkannya. Toh memang seharusnya sejak awal tidak ada nama Shira di agenda perjalanannya. Shira hanya mampu menorehkan luka karena membuka lukanya dengan Karen. Lalu dengan bodohnya malah sok-sokan untuk berusaha memperbaiki Gantara disaat ia saja tak mampu memperbaiki dirinya sendiri. Kamu juga pergi sejauh ini hanya untuk merasakan dirindukan oleh keluargamu kan Shi, tapi kenyataannya tidak kan? Mereka tetap sedingin itu terhadapmu. Tak pernah menghubungimu atau sekedar ingin tahu soal kabarmu hari ini. Kalian berdua sama-sama sedang kabur jadi tak ada gunanya kalau kamu berusaha menghapus kekosongan Gantara. Kamu harus menghapus kekosonganmu terlebih dahulu. Kamu juga harus bahagia dulu sebelum berusaha membuat orang lain bahagia. Begitu kan seharusnya hakikatnya.
Bagian dirinya yang lain seperti terus saja menceramahinya. Shira jengah, makanya ia memilih menyibukkan dirinya saja. Toh esok lelaki yang sedang ia hindari akan pergi, ia hanya perlu menghindar sehari lagi. Gantara akan pergi dan semua akan kembali seperti semula. Shira dan kesendiriannya.
Shira mendengar ponselnya berbunyi, namun keadaan flat-nya yang sedang dalam proses pembenahan tentu saja menyulitkannya menemukan ponsel pintarnya. Terlalu banyak barang berserakan. Ah, ketemu! Ia menyingkirkan sebuah buku yang menindih ponselnya. "Iya Dan, semalem udah gue email kok. Ok beres! Sudah tenang aja, nikmatin sisa liburan lo di Paris. Ok bye." Ternyata Dania, ia mengingkatkan soal tugas kelompok mereka. Shira menatap layar ponselnya dan melihat ada beberapa notifikasi pesan, Gantara Akbar. Ada nama orang itu disana.
Setelah membaca pesan yang dikirimkan hampir satu jam yang lalu, Shira bergegas menyambar mantelnya dan turun ke bawah. Berharap si pengirim pesan masih ada disana. Dengan cepat Shira membuka pintu keluar dan mendapati Gantara berdiri disana ditemani oleh butiran salju. Salju turun hari ini? Shira tidak tahu. Sudah berapa lama ia mengendap di dalam kamarnya sampai tak tahu salju telah turun di Groningen.
"Maaf Ta. Kenapa gak telepon sih? Dan kenapa masih nungguin sih? Kenapa gak pulang aja kalau gue gak keluar-keluar. Ayo masuk diluar dingin banget gini," Shira merapatkan mantelnya. Beberapa menit saja di udara luar sudah membuat wajahnya memerah menahan dingin, bagaimana Gantara yang sudah selama satu jam disana menunggunya.
Lucunya orang ini malah tertawa, apa yang ia tertawakan? "Ngomongnya satu-satu bisa kali Shi. Gue gak lama kok. Disini aja. Cuma mau bilang terima kasih ya Shira Baskoro sudah mau menemani gue beberapa hari ini. Gue berhutang banyak hal sama lo. Gue senang punya partner jalan-jalan kayak lo. Thanks for being my healer Shi." Shira tidak mampu berkata apa-apa. Shira tersihir dengan semua kata-kata yang Gantara ucapkan. Jantungnya kembali berdetak tanpa irama, tak mampu diminta berkompromi.
"Besok gue pergi ya. Gue kesini karena takutnya besok lo gak sempet nemuin gue. Katanya lo sibuk, jadi gue aja yang kesini. Terima kasih sekali lagi ya. Gue juga minta maaf dengan kelakuan gue waktu itu," Gantara melempar seulas senyum yang membuat nafas Shira tercekat saat itu juga, "yaudah masuk sana, dingin banget. Hidung lo udah merah itu." Gantara mencubit hidung Shira gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Travelmate
Short Story"It doesn't matter where you're going, it's about who you have beside you." Shira Baskoro tak pernah menyangka akan bertemu dengan seorang Gantara Akbar -- mantan pacar sahabatnya -- di tengah perjalanan pulang dari Amsterdam menuju Groningen. Ia ha...