"Ta," Shira mencengkeram tangan Gantara erat," Perut gue kram Ta."
Keduanya yang tadinya memang sedang asyik bermain seluncur dan saling menggoda dikagetkan dengan ucapan Shira. "Ya sudah kita udahan aja mainnya. Mungkin karena kedingin Shi. Kita makan yang hangat-hangat aja yuk terus abis ini pulang. Kayaknya lo butuh istirahat."
Shira hanya mengangguk, Gantara menuntunnya untuk keluar dari arena seluncur. Kesakitan yang teramat sangat membuat Shira kesulitan untuk berjalan. Saat ia berusaha menegakkan badannya untuk melangkah, rasa sakit menyerang. Ia hampir saja tergelincir kalau tangan kokoh Gantara tidak dengan sigap memeganginya. "Shi, are you okay?" Dengan cepat Gantara menuntun Shira seraya setengah memeluknya agar ia sanggup menopang setengah tubuh Shira yang terlihat kesakitan.
"Lo duduk disini dulu. Gue beliin air mineral." Shira memegangi perutnya yang kesakitan. Kenapa tiba-tiba begini ? Ini bukan kram karena kedinginan. Shira tau itu. Shira mengingat-ngingat sekarang memang tanggal berapa. Lalu ia merutuki dirinya sendiri, bodoh sekali. Ini sudah masa datang bulannya, kenapa ia bisa sampai lupa. Shira menyesali kebodohannya, pantas saja mood-nya kacau balau hari ini.
Shira tidak seharusnya keluar jika sedang mengalami datang bulan. Bukannya apa-apa. Ia penganut 'Si hari pertama bagai neraka'. Biasanya Shira tak sanggup melakukan apa-apa jika sudah begini, ia hanya sanggup berbaring sampai sakitnya mereda. Meringkuk di balik selimut, tak mau makan dan hanya minum air putih. Bagaimana ini? Ia tidak mungkin sanggup menempuh perjalanan pulang ke Groningen. Bagaimana dengan Gantara? Ah, Shira malu sekali mengatakannya.
"Ini minum dulu?" Gantara datang dan menyodorkan sebotol air mineral. Terlihat Gantara mulai kelihatan panik melihat wajah Shira yang mulai pucat menahan kesakitan, "cari klinik deket sini ya Shi? Udah bisa berdiri."
"Ta," Shira memanggil Gantara lirih.
"Iya sakit banget ya? Perlu gue gendong?" Kali ini Gantara benar-benar panik. Ada yang salah dengan Shira, ia tau itu.
"Ta," Shira kembali memanggil Gantara berusah menghentikan kepanikannya. Ia meminta wajah Gantara mendekat, lalu ia membisikkan sesuatu di telinga Gantara.
-:-:
Gantara Akbar
Apa? Yang begini nih yang bikin gue gak ngerti mau ngapain lagi. Kalau udah masa-masa begini gue jadi berpikir perjuangan banget ya menjalankan kehidupan sebagai wanita. Kalau dulu Karen selalu mengunci dirinya di kamar jika masa datang bulan menghampiri. Ia tidak mau kemana-mana dan meminta banyak dibawakan makanan manis. Gue sudah hafal betul jika harus dimaki-maki karena hanya salah membelikan rasa es krim yang Karen pesan. Dan jika kebetulan gue memang sedang menemani Karen di apartemennya, Karen akan mencengkeram lengan gue kuat-kuat sampai jejak kukunya berbekas di sekujur lengan gue.
Lalu sekarang Shira mengatakan kalau sepertinya ini memang waktu datang bulannya. Gue gak tau apa-apa soal Shira, tapi kalau mengingat pengalaman gue dengan Karen, gue yakin wanita ini akan tersiksa setengah mati. Gue mana tega ngeliatnya. Dan bawa pulang Shira ke Groningen namanya sama aja bunuh diri. Berdiri aja dia gak sanggup apalagi disuruh menempuh perjalanan berjam-jam. Asli deh gue pasti gak akan tega.
Cukup deh dulu gue ngeliat Karen hampir pingsan hanya karena kesakitan di hari pertamanya. Gue pikir cuma Karen aja yang begitu. Masalahnya Arlin, sahabat gue di kantor, gak pernah begini. Eh sekarang gue malah menemukan seorang lagi yang kayak Karen. Masalahnya lagi sekarang gue lagi di tengah kota yang dingin, lagi sok-sokan jadi turis, dan gak tau harus ngapain. I'm feeling hopeless.
"Kita cari penginapan deket sini aja ya Shi. Besok pagi kalau udah enakan kita baru pulang." Gue mencoba mencarikan solusi terbaik.
"Gak mau ah Ta, gue sanggup kok pulang."
"Lo kesakitan gitu Shi."
"Pulang aja ya Ta."
Shi, keras kepala banget sih. Ampun deh. "Lo berdiri aja gak bisa Shi, muka lo pucat gitu. Gue gak mau tanggung lo pingsan di jalan. Gue gak mau dituduh menyiksa anak orang. Pokoknya kita nginep disini dan besok pagi kita pulang." Gue berkata gak mau dibantah. Yang terpenting sekarang adalah keselamatannya Shira. Buru-buru gue ambil ponsel gue dan mencari penginapan terdekat, gak peduli sama harga dan fasilitas. Yang penting Shira bisa istirahat sekarang.
Bisa-bisanya ini cewek masih ngeyel untuk pulang setelah bikin orang panik setengah mati begini. Ampun deh Shi, gak ngerti gue sama lo.
-:-:
Dilihat dari penginapannya yang bukan sekedar hostel yang biasa Shira tinggali ketika menjadi backpacker, sepertinya harganya mahal. Pastilah sulit mencari hostel murah, sekarang kan sudah musim liburan. Dimana-mana penginapan ramai terisi. Shira kembali merasa bersalah dan merutuki keteledorannya yang tidak mengingat waktu-waktu penting seperti sekarang. Membuatnya menyusahkan Gantara sejauh ini. Gantara bahkan terpaksa harus membopongnya kesini karena ia yang benar-benar tak sanggup berdiri tadi.
"Lo butuh obat atau apa gak? gue mau keluar sebentar beli makanan. Lo kan belum makan malam nanti lo tambah sakit." Shira hanya menggeleng lemah dari atas kasur sembari meringkuk.
"Jangan lama-lama ya Ta." Shira menunjukkan sikap manjanya jika sudah kesakitan begini. Jika ia di rumah biasanya Mas Nino akan membuatkan jahe hangat dan mengusap-usap punggungnya. Iya Mas Nino, meskipun orang tuanya tak pernah begitu memperhatikannya namun mas Nino sangat menyayanginya. Hanya dari Mas Nino-lah ia bisa merasakan sebuah kehangatan keluarga. Makanya meskipun orang tuanya selalu lebih memperhatikan mas Nino, namun ia tak pernah sanggup marah kepada mas Nino. Mas Nino terlalu baik, biarkanlah Shira yang menyimpan semua ini sendiri.
Dua puluh menit berlalu, Shira sudah terlelap ketika Gantara datang. Gantara melepaskan jaketnya dan menyelimuti tubuh Shira, lalu menutupinya dengan selimut. "Cepat baikan ya Shi." Gantara menatapi Shira agak lama. Perasaan ini lagi, perasaan yang sama yang hadir ketika melihat Shira tertidur di kereta kala itu. Perasaan nyaman yang tak mampu Gantara ungkapkan.
Tanpa sadar Gantara sudah mengusap-usap punggung Shira, semoga ia tidak terbangun. Shira tertidur seperti seekor anak kucing yang meringkuk di pelukan sang induk. "Dulu kalau gue demam, papa selalu ngelus-ngelus punggung gue Shi," Gantara berbisik halus, Suaranya tak sanggup membuat Shira terjaga. Shira terlihat begitu lelah.
"Biasanya sih selalu berhasil. Gue pasti langsung tertidur dengan nyenyak. Sekarang udah gak ada yang begitu lagi ke gue Shi. Gue kangen sama papa Shi." Gantara seperti menikmati meluapkan kesedihannya pada Shira yang sedang tertidur."Saat papa pergi gue gak bisa terima, bagaimana bisa tuhan mengambil orang yang paling gue sayangi dari sisi gue lagi untuk kedua kalinya. Pertama Karen lalu kedua papa. Memang Karen tak sepenuhnya diambil, tapi dia pergi dan gak mungkin lagi kembali ke gue kan Shi?"
"Maafkan gue ya Shi, harus membawa lo ke dalam perjalanan ini. Perjalanan yang seharusnya memang gue jalani untuk mengikhlaskan kekosongan hati gue. Perjalanan yang seharusnya gak melibatkan orang lain di dalamnya. Maaf membuat lo jadi lelah begini. Lo benar, gue memang gak baik-baik saja Shi. Gue sedang mencoba memperbaiki diri gue sendiri. Soal papa, soal Karen, dan persoalan diri gue sendiri. Dan sudah seharusnya gue membuat lo untuk ikut menyelesaikan itu semua. Sorry." Gantara memuntahkan semua isi hatinya. Ia begitu lancar bercerita sambil terus mengelus punggung Shira yang masih terpejam. Gantara merasakan sebuah kelegaan bisa menceritakan semua ini, meskipun Shira yang ada di hadapannya tak mampu menanggapi.
Gantara menatapi kembali wajah Shira yang begitu tenang, mengingat kembali senyuman dan secuil kebahagiaan yang hadir dari wajah di hadapannya ini yang mampu menutup semua ruang hampa di hati Gantara. Mungkin tuhan memang mepertemukan Shira untuk membantu usahanya kali ini. Agar ia tak berusaha sendirian. Mungkin bantuan tuhan memang dihadirkan dalam sosok seorang Shira. Gantara tersenyum menikmati. "Selamat malam Shira."
Shira membuka matanya perlahan ketika mengetahui Gantara sudah terlelap sambil terduduk di hadapannya,"Lo akan kembali baik-baik saja Gantara. Papa lo pasti sudah bahagia di surga, dan lo juga harus bahagia disini. Lo juga pasti akan menemukan cinta selain Karen yang akan menerima lo jauh lebih baik lagi. Mencintai lo tanpa perlu menyakiti lo seperti sekarang. Karena lo orang baik Gantara, dan tuhan selalu bersama orang-orang yang baik. Selamat malam Gantara."
-:-:-:
KAMU SEDANG MEMBACA
Travelmate
Short Story"It doesn't matter where you're going, it's about who you have beside you." Shira Baskoro tak pernah menyangka akan bertemu dengan seorang Gantara Akbar -- mantan pacar sahabatnya -- di tengah perjalanan pulang dari Amsterdam menuju Groningen. Ia ha...