chapter 41

69.8K 3.8K 105
                                    

Ali mengendarai mobil nya dengan kecepatan tinggi, kali ini ia benar2 merasa takut Prilly meninggalkan nya. Ali benci diri nya sendiri, kenapa ia tega melakukan nya pada wanita yg sangat ia cintai. Bukankah ia yg berjanji untuk selalu membahagiakan nya?

"Li, pelan2. Kalau gini cara nya kita bisa mati" ucap Kevin.

"Gue takut Prilly pergi Kev" ucap Ali lirih. Kevin mengusap wajah nya kasar, pasal nya sikap sepupu nya kali ini sudah sangat keterlaluan. Bukan tidak mungkin apa yg Ali takut kan akan terjadi.

Sesampainya di rumah, Ali langsung berlari menuju kamar nya di ikuti Kevin di belakang nya. Tubuh Ali melemah saat melihat kamar mereka kosong..

"Bi... bibiiiii....." teriak Ali sambil berlari menuruni anak tangga.

"Kenapa den?"

"Prilly mana?"

"Nyonya pergi tadi bawa anak2 sambil nangis. Tadi bibi tanya mau kemana, tapi nyonya ngga jawab den" Ali menggelengkan kepala nya, ketakutan nya benar2 terjadi. Kesalahan yg sama bahkan lebih fatal ini akan mengakibatkan ia kehilangan Prilly, wanita yg sangat ia cintai.

"Li, lu tenang dulu. Kita cari Prilly ya, dia pasti belum jauh dari sini" ucap Kevin sambil menepuk pelan bahu Ali.

"Gue salah Kev, gue ngga bisa kehilangan dia. Dia ngga akan ninggalin gue kan Kev? Bilang sama gue kalau dia ngga akan ninggalin gue Kev!!" Ucap Ali emosi namun sangat terlihat jelas ketakutandi dalam nya. Kevin bingung harus menjawab apa, pasal nya ia juga tak yakin kalau Prilly tak akan meninggalkan Ali.

Ali menjatuhkan tubuh nya di atas sofa, memejamkan mata nya sejenak. Berharap ketika ia membuka mata nya ini semua hanya mimpi. Namun nihil, sesak di dada nya menandakan bahwa ini kenyataan.

Terbayang wajah Prilly saat ia mendaratkan satu tamparan di pipi mulus nya, air mata Prilly yg mengalir untuk kesekian kali nya karena ulah nya membuat Ali semakin merasakan sesak di dada nya.

***

"Li, lu mau sampe kapan kayak gini?" tanya Kevin pada Ali yg masih terus meneguk minuman2 keras ke dalam mulut nya. Seminggu ini Prilly benar2 hilang tanpa ada kabar sedikitpun, dan seminggu itu pula Ali berusaha mencari nya. Setiap Hari ia menanyakan keberadaan Prilly pada mama dan mertua nya, namun mereka menutup rapat2 keberadaan Prilly. Hal itu membuat Ali sangat frustasi dan seperti ini lah kondisi Ali saat ini, sangat berantakan dan selalu mabuk2an setiap malam.

Kevin benar2 tak menyangka, Ali akan sehancur ini. Ali yg dulu sangat anti pada minum2an keras, kini justru meneguknya setiap malam.

"Ali! Lu mau sampe kapan kayak gini?! Lu ngga bisa gini terus! kalau lu ngga mau bener2 kehilangan Prilly, Lu harus usaha cari dia!!" Bentak Kevin yg sudah merasa geram dengan sepupu nya yg masih saja setia dengan minuman2nya.

"Gue sayang Prilly Kev, gue ngga mau kehilangan dia Kev" racau Ali tak jelas. Kevin menggelengkan kepala nya, ia tak bisa membiarkan Ali seperti ini terus menerus. Kevin pun mengambil kunci mobil Ali kemudian berlalu meninggalkan Ali yg masih meracau tak jelas.

***

Prilly menatap kosong langit2 malam dari balkon apartemen nya sambil sesekali menyeka air mata nya yg mengalir di pipi nya. Seminggu lalu memang Prilly memutuskan untuk tinggal di apartemen yg di belikan oleh papa Rizal. Sebenarnya papa Rizal, mama Uly dan mama Resi bingung pada sikap Prilly yg tiba2 ingin tinggal di apartemen karena Prilly memang tak menceritakan masalah nya pada keluarga nya. Namun karena Prilly meyakinkan orang tua dan mertua nya kalau dia sedang baik2 saja, akhirnya papa Rizal pun membelikan apartemen untuk Prilly tempati.

Prilly tak percaya Ali akan melakukan ini semua, kesabaran nya kini sudah sampai pada titik terendah nya. Masih pantaskah Ali mendapatkan maaf dari nya?
Prilly rasa, kesabaran yg ia berikan pada Ali sudah cukup besar. Kesempatan yg selalu ia berikan tak benar2 Ali gunakan untuk merubah sikap nya yg emosional. Apa Ali merasa sangat mudah mendapatkan maaf dari Prilly, sehingga ia melakukan kesalahan nya berulang kali?

My Doctor (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang