D-Day

95 6 3
                                    


Ayah sudah rapi dengan tuxedo berwarna hitam dipadukan dengan kemeja berwarna putih dan dasi kupu-kupu dengan warna senada. Dia memakainya karena hari ini adalah hari yang sudah ditunggunya, hari dimana semuanya akan segera berubah total, hari dimana pria yang sangat kucintai akan menjadi saudara tiriku. Ya, hari ini adalah hari pernikahan mereka.

Aku pun sudah bersiap dengan mengenakan kebaya modern putih yang kemarin sempat aku kenakan dengan rambut yang sudah dinaikan dengan rapi ditambah make up tipis. Entah aku harus senang atau sedih aku harus tetap tersenyum, karena semua orang pasti akan bahagia.

"Mobil untuk menjemputnya apakah sudah diperbaiki ?" tanya ayah kepada asistennya

Orang itu mengangguk

"baguslah, semoga semua berjalan lancar"

Ayah sedang bersiap-siap sedangkan aku sedang merenung dikamarku, rasanya aku tak ingin menghadiri acaranya ini tetapi aku tak bisa melakukannya. Mau tidak mau aku harus menghadirinya dan mengucapkan selamat atas pernikahannya pada mereka.

"Kei ! ayo kita segera pergi" panggil ayah dari balik pintu kamarku

Aku segera membukanya dan memberi senyum padanya. Segera aku menarik tangan ayahku seolah aku pun tidak sabar dengan pernikahan ini, tetapi hatiku berkata lain.

"Ayah harus mengatakannya yang lantang dan satu kali nafas. Jangan gugup, dan harus tenang ! ayo sekarang latihan lagi"

"Ah, sudahlah Kei. Semalaman Ayah sudah mengucapkannya beribu-ribu kali dan hari ini ayah pasti sudah bisa menghapalnya. Jangan khawatir tugasmu hanya menyemangati ayah"

Aku hanya tersenyum padanya, menatap nya sejenak terlihat aura kegembiraan dalam dirinya. Aku senang jika ayah merasa bahagia.

Ruangan itu terlihat sudah ramai dengan orang-orang yang sedang berbahagia, begitu juga Ayah dan Bunda. Mereka tampak berseri karena sekarang mereka sudah resmi menjadi pasangan suami dan istri, begitu juga aku dan Doni kita sudah resmi menjadi saudara. Dan hidup baruku akan segera dimulai.

Disaat mereka berbahagia aku berdiri mematung diluar. Berusaha untuk menerima, tetapi sungguh sulit dilakukan. Aku sudah memilih pilihan yang tepat tapi pilihan ini sulit untuk sulit untuk ku terima, tiba-tiba ada yang memberikanku sapu tangannya. Aku melihat wajahnya, dia adalah Doni. Rupanya dia tahu aku sedang diluar, aku menolak sapu tangannya dan pergi meninggalkannya tetapi Doni menahanku.

"untuk sementara waktu, jangan pergi" ucapnya, aku tak membalikan badanku. Aku berusaha memberi jarak padanya karena aku takut perasaanku padanya tidak mampu untukku lepas

"tolong, jangan pergi" ucapnya dengan lirih, dan aku mencium bau alkohol. Sejak kapan Doni minum minuman itu, bahkan merokok pun tidak pernah. Apa dia berubah gara-gara aku ? aku sungguh merasa bersalah padanya karena sudah menyebabkan luka yang dalam untuknya tetapi aku pun merasakan luka yang teramat sakit karenanya.

"Don ! kamu harus kembali ke Doni yang dulu. Jangan kaya gini, aku ga mau punya kakak seperti ini. Aku mau kakak aku nanti seperti pacar aku dulu yang selalu ngelidungin aku, yang selalu ngedukung aku"

Doni yang sekarang duduk disebelahku termanggut-manggut mendengar ucapanku tadi.

"tapi aku gak akan bisa seperti pacar kamu kaya dulu, aku gak akan bisa balik ke yang dulu. Semuanya udah hancur, masa depanku udah hancur. Tapi aku gak bisa menyalahkan siapa-siapa, yang aku bisa Cuma ngerusak diri buat melampiaskan kemarahan yang gak tau untuk siapa"

"Don ! jangan jadi kaya gini ! kamu pikir aku gak ngerasain apa yang kamu rasain. Aku juga sama kaya gitu, tapi aku berpikir waktu itu terus berjalan, dan kita harus melewati waktu itu dengan baik karena waktu itu gak bisa diulang. Jadi tolong, jangan sia-siain masa muda kamu. Life must go on, aku gak bisa ngeliat hidup kakak aku hancur"

Doni terdiam dia menundukkan kepalanya, terlihat wajahnya yang jauh dari kebahagiaan. Dia sangat tertekan, dan tugasku adalah membangkitkan semangatnya lagi seperti dulu saat dia sedang down tetapi tentu dengan statusku sebagai adiknya.

"jadi aku mohon tolong kembalilah ke Doni yang dulu, demi aku dan mama kamu. aku akan selalu ada di samping kamu kok walaupun dengan status yang berbeda. Tolong temukan motivasi hidup untuk membangkitkan semangat kamu lagi. Ayo ! kita bahagiakan mereka" ucapku sambil beranjak pergi meninggalkan Doni, sejenak aku berpikir perkataanku tadi benar adanya. Aku pun harus mempunyai motivasiku untuk tetap semangat dan aku sudah mengatakannya.

Motivasiku sekarang adalah HIDUP DENGAN BAHAGIA, sebuah kata yang sangat simple tetapi sering dilupakan oleh kebanyakan orang, mereka terlalu sibuk mencari atau mengincar sesuatu untuk mencapai kebahagiaan tetapi mereka terkadang salah mengartikan apa arti bahagia sebenarnya. Yang bisa membuatku bahagia adalah melihat orang-orang yang aku sayang bahagia, dan itu terletak pada Ayah dan Bunda Dewi. Mereka sudah bahagia, dan tugasku adalah membuat mereka tetap bahagia.

�������(2qAI�

My Brother, My XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang