Bruuk~
Terdengar dari luar kamar Keiza seperti ada benda yang terjatuh, Keiza segera mendorong Doni dan pergi menghampiri sumber suara, namun betapa terkejutnya ia melihat ayahnya sudah ada didepan kamarnya dengan muka yang terlihat mencurigakan. Ia sangat khawatir jika ayahnya melihatnya dengan Doni tadi. Tanpa mengatakan apa-apa ayah langsung pergi dengan membawa vas bunga yang jatuh tadi.
Keiza dengan segera menghampiri Doni dan memberitahu bahwa ayah tadi ada diluar, tapi respon Doni ternyata biasa saja. Ia sama sekali tak khawatir dengan ini, bahkan ia bahkan meprediksi jika ayah tahu tentang hubungan mereka, ia hanya akan memisahkannya saja dan ia sudah terbiasa dengan itu. Mendengarnya Keiza langsung menampar Doni. Keiza sekarang khawatir dengan Doni, ia takut Doni kembali kedalam dunia gelap seperti dulu.
"Aku gak bakal jatuh ke lubang yang sama. Aku bilang kaya gini hanya ingin agar kamu jangan terlalu khawatir. Aku gak mau kita nyerah seperti dulu"
"Ini bukan soal nyerah atau apapun, Don. Kita harus tetap mikirin ayah sama bunda apalagi sekarang ada Deral"
"Tapi.."
"Untuk hari ini aku rasa cukup, besok aku yang bakal bilang ke ayah dan pulang ke bandung"
"Apa harus kamu terus pergi dari masalah ini ?"
"Kalau kamu gak ada urusan lagi sebaiknya kamu keluar, aku mau isitirahat"
***
Saat sarapan, bunda sudah menyiapkan makanan. Semua tampak saling diam menjadikan meja makan yang biasanya ramai sekarang menjadi sepi. Keiza yang merasa ayahnya masih marah berencana membicarakannya namun ia takut jika membahasnya saat ini kemarahan ayahnya akan semakin menjadi-jadi. Sedangkan Doni, ia hanya makan dengan terus menatap ke ponselnya.
Setelah selesai sarapan, Keiza memutuskan untuk menemui ayahnya di ruang kerjanya. Ia ingin menyelesaikan masalahnya sebelum ia pulang ke Bandung.
"Yah ? Keiza boleh masuk ?" tanya Keiza dari daun pintu menatap ke arah ayahnya yang sedang duduk di mejanya yang terus menatap pada layar laptopnya.
"Yah ?" tanya Keiza lagi karena ia tak mendapat jawaban apapun, ia memutuskan untuk masuk dan menutup pintunya. Ia ingin semuanya menjadi jelas dan tak ada yang harus dikhawatirkan.
"sebenernya..." belum ia menyelesaikan ucapannya ayah sudah berdiri dan menatap Keiza dengan tatapan seperti akan menerkam.
"Ayah sudah tahu, ayah tahu dari buku diary kamu yang kamu tinggalin di meja sejak kamu pindah ke Bandung"
"Tapi... kenapa ayah gak bilang ke Keiza ?"
"Ayah tahu, dalam hal ini Ayah yang salah. Tapi melihat kalian kemarin dilihat dari sisi manapun perbuatan kalian salah"
"Keiza tahu, Yah. Yang kemarin Doni sama Keiza salah, sebenarnya Keiza dan Doni udah gak ada hubungan apa-apa lagi. Kita sekarang hanya saudara. Dia kakak dan Keiza adalah adiknya, jadi gak ada yang harus ayah khawatirkan"
"Ayah tahu itu sulit untuk melewatinya sampai saat ini tapi untuk mencegah perbuatan kalian kemarin, ayah berencana untuk menerima lamaran Reza kemarin"
Keiza hanya diam, lalu menganggukan kepalanya perlahan ia terpaksa menyetujuinya karena ia yakin keputusan ayahnyalah yang terbaik untuknya, ia pergi meninggalkan ruang kerja ayahnya menuju kamar Deral. Saat ini hanya Deral yang bisa menghiburnya, adik laki-laki yang selalu tersenyum menghibur kakak perempuannya. Ia langsung menggendong Deral yang masih dipangku oleh Bunda disana.
"Bun, Deral boleh aku bawa gak ke Bandung. Lumayan buat hiburan, soalnya lucu kaya boneka"
"Emang kamu kuat ngurusinnya ? belum harus begadang dan kerja ?"

KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother, My X
Teen FictionMantan pacar berubah jadi saudara tiri Langsung aja baca kalo penasaran, kalo gak penasaran harus penasaran!