Panik, Ratih panik karena sedari tadi Senjani tidak bisa dihubungi. Ratih terus berusaha menghubungi Senjani mati aja gue ngurusin Senjani ribet. Mendingan ngurusin anak bebek deh bener.Ratih masih berusaha mengubungi Senjani, tiba- tiba Ratih memdengar pintu rumah terbuka. Ratih langsung berangsur menuju depan.
"Senjani!!!!!! Lo dari mana aja sih? Taugak sih dari tadi gue hubungin gak bisa terus, tadi izinnya cuma sebentar tapi sekarang udah malem. Lo kemana aja sih? Bunda Dira juga dari tadi nanyain lo terus! Bikin panik orang aja sih lo jadi o- ehh ka Arvi? Ko ada di sini ka?" Ekspresi muka Ratih berubah drastis saat dilihatnya ada Arvi bersama Senjani.
"Udah marah- marahnya? Uhhhh perhatiannya, makasih rat. Maaf hp gue low, jadi tadi tuh ditoko buku ketemu ka Arvi, terus makan. Terus ketukan Martabrak dulu, nih gue beliin Martabrak buat lo juga. Tapi makannya bareng- barang ya"
"Martabrak?" Ratih heran saat Senjani bilang Martabrak.
"Maksudnya Martabak rat. Udahlah diemin aja dia kalai ngomongnya ngaco" Arvi membenarkan kata- kata Senjani yang tidak benar.
"Terserah deh, Bunda Dira dimana ?"
"Tadi pergi keluar, sekarang disini kita berdua aja. Makanya gue panik kalau lo gak pulang"
"De, gue pulang ya. Udah malem juga lagian, gak enak. Oh iya hati- hati ya kalian, kalau ada apa- apa hubungin gue aja"
"Ohh iya ka makasih ya udah nganterin Senjani juga. Nyusahin emang nih orang!"
"Gapapa ko sama Pacar sendiri ini ko" Selaras Arvi mengacak Rambut Senjani, Senjani tersenyum puas.
"Makanya Abi suruh kesini. Wleee" Senjani mulai memojokan Ratih dengan membawa nama Abi.
"Sialan lo!"
"Yaudah, gue pulang yaa. Hati- hati ya"
"See you ka"
Arvi melenggang pergi saat berpamitan dengan Senjani dan Ratih.
"Mana sini martabaknya. Gue laper"
"Hahah. Iya nih makan bareng- bareng yaa"
-------
Ratih, ratih dan ratih. Senjani kesal karena ulah Ratih pagi ini, mereka akan terlambat pada saat kelas pertamanya.
Senjani tidak ingin meninggalkan kelas pertama disaat ia mulai sekolah barunya.
"Rat, gue duluan yaa. Udah telat" Senjani berlari menuju kelas pertamanya, namun tiba- tiba.
Brukkk
"Maaf, saya gak sengaja. Saya buru- buru" ucap Senjani yang masih membereskan buku- bukunya yang jatuh.
"Boleh juga nih, kalau suasana kaya gini lo sopan juga ya" Senjani kenal dengan suara itu, lantas Senjani mendengakkan kepalanya untuk melihat pemilih suara tersebut.
"Lo?" Senjani membelalakan matanya, ternyata yang ia tabrak adalah anaknya bunda Dira.
"Kenal sama gue? Gak usah pura- pura gak kenal!"
"Maaf, gue lagi buru- buru" namun Jalan Senjani dihalangi Angkarsa.
"Minggir!, jangan ngalangin jalan gue!" Senjani dengan susah payah mengatur emosinya dan membentak Angkarsa, karena Angkarsa menghalangi jalan Senjani untuk ke kelas pertamanya.
"Sopan dikit bisa kali?. Gue senior lo disini!" Tak mau kalah Angkarsapun ikut membentak Senjani, dan Senjani memilih untuk mengalah dan mencari jalan lain untuk menuju kelas pertamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA
Teen FictionSemuanya berubah dan berbeda drastis. Itulah yang dirasakan Putri Arum Senjani saat dirinya menginjak tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Mulai dengan hidup mandiri, dan tanpa kehidupan yang glamor. Merupakan salah satu cara untuk melatih mental S...