"Itu masakannya Ratih sama Senjani. Bunda tadi gak sempet masak, soalnya ada urusan diluar"
Bagi Angkarsa dunia serasa terhenti saat Bunda Dira mengucapkan yang membuat makanannya adalah Ratih dan Senjani.
Seketika Angkarsa menghentikan kegiatannya saat mengambil lauk.
"Loh kenapa di taro lagi? Kamu gak makan?"
"Enggak deh bun. Gak usah makan sekalian juga gapapa ko!"
"Yahh sayang banget. Padahal makanannya enak loh.."
Angkarsa masih enggan untuk merespon perkataan bunda Dira. Jadi Angkarsa hanya bisa melihat para wanita menikmati makanannya.
Tapi kayanya ini makanan sih enak. Mau banget, apalagi cacingcacingnya udah pada demo sekarang. Batin Angkarsa mengutuk dirinya sendiri, karena egonya mengalahkan keinginannya.
"Kenyaaanggg bangett!!!" Sesaat Senjani merbahkan tubuhnya di kursi, ini memang sudah menjadi kebiasaannya. Lai dari pihak Angkarsa yang melihat kelakuan Senjani. Sedangkan Ratih dan Bunda Dira hanya bisa geleng- geleng kepala.
"Norak dasar! Biasa aja kali!" Senjani mengalihkan pandangannya kearah Angkarsa yang baru saja mengejeknya.
"Sirik aja lo. Belum makan sih. Lo rese kalau lagi laper!" Angkarsa ridak bisa berkutik saat Senjani kembali menyemburnya dengan perkataannya.
Emang rese nih kalian, makan cepetan. Kalian pergi gue baru mau makan.
"Yaudah kakian istirahat aja sekarang. Biarin aja dia diem disini. Mau makan mau enggak terserah. Gengsian sih jadi orang!"
"Apasih bun? Enggak ko!"
"Gak salah lagi maksud kamu"
"Tau ah. Mau kekamar aja!" Angkarsa meninggalkan meja makan dan menuju kekamarnya. Walaupun sebenarnya Angkarsa lapar, ia harus mementingkan egonya saat ini. Dan hanya ada satu harapan bagi Angkarsa. Semoga makanannya masih ada sisa banyak.
-------
Sengaja memang Bunda Dira menyisakan banyak makanan untuk Angkarsa. Karena Bunda Dira sudah hafal dengan sifat Angkarsa. Sekali laper pasti bakal makan makanan yang dia mau. Namun jika dikihat prinsipnya itu dikalahkan oleh egonya. Maka dari itu, dimeja makan masih lengkap beberapa makanan.
Butuh waktu setengah jam Angkarsa susah payah menahan rasa laparnya. Ia mengintip kearah luar kamarnya, melihat situasi keadaan sekitarnya. Setelah menurutnya aman, Angkarsa beranjak meninggalkan kamarnya dan menuju dapur.
Rasa lega menjulur kepada Angkarsa, karena situasi aman. Angkarsa langsung mengambil beberapa hidangan makanan yang ada diatas meja.
Semuanya berjalan lancar sesuai dengan keinginan Angkarsa tetapi baru benerapasaat Angkarsa menyantap hidangannya ada seseorang yang mengintrupsi dirinya.
"Katanya tadi gak mau makan! Hahah gengsi sih lo!" Angkarsa hafal dengan suara itu, maka dari itu ia bangkit dan melihat orang yang memergokinya mengambil makanan.
"Elo?" Ujar Angkarsa sambil menunjuk irang tersebut.
"Jangan gengsi gengsian makanya. Enak kan makanannya?" Terdengar kekehan yang keluar dari mulut orang tersebut dan mampu membuat Angkarsa geram.
"Bodo! Awas gue mau lewat! kata siapa makanannya enak? Pede gila lo!!" Sontak Angkarsa meninggalkan daerah dapur sambil membawa piring yang berisi makanannya.
-------
Senjani bersusah payah menutup matanya untuk beristirahat, tiba- tiba rasa haus menjalar ketenggorokannya, ia berniat mengambil minum dibawah.
Saat sudah mendekati daerah dapur Senjani mendengar suara kegaduhan berasal dari dapur. Senjani mengikuti asal suara tersebut, dan ternyata itu perbuatan Angkarsa yang diam- diam mengambil makanan.
"Katanya tadi gak mau makan! Hahah gengsi sih lo!" Angkarsa membalikkan badannya, dan memasang muka yang kaget seperti kucing yang ketahuan mencuri ikan.
"Elo?" Ujar Angkarsa sambil menunjuk irang tersebut.
"Jangan gengsi gengsian makanya. Enak kan makanannya?" Senjani terus memojokkan Angkarsa yang diam- diam ketahuan mengambil makanan, yang seharusnya menjadi makan bersama tadi.
Senjani melihat perubahan ekspresi Angkarsa, Senjani terkekeh pelan melihat tingkah Angkarsa.
"Bodo! Awas gue mau lewat! kata siapa makanannya enak? Pede gila lo!!" Sontak Angkarsa meninggalkan daerah dapur sambil membawa piring yang berisi makanannya.
Bilang aja gak enak. Tapi dimakan- makan juga. Dasar labil.
-------
Gilaa! Gila gila!! Ini gila! Kenapalagi dia bisa ada di dapur kaya tadi? Angkarsa mengutuk dirinya sendiri pada saat Senjani memergokinya mengambil makanan yang berada di dapur.
Rasa malu, dan kesal yang menjulur didalam dirinya saat ini. Namun perasaan itu hilang seketika saat dilihatnya makanan di tangannya. Angkarsapun mulai melahap makanannya dengan lahap. Enak satu kata yang dapat di keluarkan dari mulut Angkarsa saat mencicipi makanannya tersebut.
"Coba aja tadi gue gak ketauan sama Senjani. Bisa nambah tau gini mah" Angkarsa masih terus menyantap makanannya dengan lahap.
-------
Gengsi aja terus Bas, yaa paling udah ketauan sama Senjani. Ujung- ujungnya kan suka gitu sama masakannya. Apa jangan- jangan suka juga sama Senjani ehhh?
Lanjut terus yuu. Liat kelanjutan cerita "SENJA". Apakabar dengan Arvi? Bagaimana kelanjutan cerita mereka? Stay terus bersama Senjani ehh maksudnya "SENJA". Jangan lupa juga untuk selalu ninggalin jejaknya.
Maaf dikit amatan updatenya saat ini. Udah mentok gak tau mau dibawa kemana lagi, jangan kaget dengan tulisan absurd dari hasil karya typonya.
Next Chapter?
TO BE CONTINUED!
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA
Teen FictionSemuanya berubah dan berbeda drastis. Itulah yang dirasakan Putri Arum Senjani saat dirinya menginjak tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Mulai dengan hidup mandiri, dan tanpa kehidupan yang glamor. Merupakan salah satu cara untuk melatih mental S...