Dunia terus berputar, seiring berjalannya waktu, hari- hari dilewati tanpa adanya beban.Hari ini Senjani siap untuk segalanya, menyiapkan dirinya dengan matang untuk dunia barunya.
"De? Bengong aja. Mikirin hal jorok ya sama Arvi!" Lamunan Senjani terkandaskan oleh Distra dengan omongannya yang frontal. Tak segan- segan Senjani menoyor kepala Kakak tercintanya. Songong? Biarin sesekali ini.
"Gue bukan elu bang! Stop buat bicara yang ngaco!"
"Ciee ngambek. Biasa aja kali de. Ehh tuh si Arsa ngeliatin lo terus!"
Senjani menyeritkan dahinya. Arsa? Siapa lagi Arsa?. Tapi Senjani mengikuti gerakkan Distra yang menunjukkan arah pintu Cafetaria.
"Tuh si Arsa ngeliatin lo. Emang lo ada apa sama dia?"
"Arsa? Banyak banget namanya. Ada Angkarsa, Bastian, Babas, Arsa. Tuh orang maunya apa sih?"
Sedangkan Distra hanya melongo mendengar celotehan Senjani.
"Ko lo tau Bastian sama Babas?" Distra menatap adiknya dengan penuh pencurigaan.
"Ya- yaa ya tau lah! Orang Ibunya sendiri waktu itu bilang ke gue"
"Ibu nya?"
"Iya ibunya!"
"Ko lo tau Ibunya? Siapa namanya?"
"Bunda Dira bang"
"Nah itu. Ehhh? Lo tinggal sama yang namanya Bunda Dira ya? Itu Bunda Dira itu Ibunya si Arsa?"
Senjani hanya mangut- mangut tanda bahwa Distra benar. Sedangkan Distra hanya ber 'Oh' ria, namun beberapa detik kemudian....
"WHAT? LO GAK BERCANDA KAN? KENAPA LO GAK BILANG DARI AWAL!!!??" Ekspresi muka Distra berubah drastis saat mengetahui bahwa Senjani tinggal bersama Distra. Ada rasa takut menyelimuti Distra saat ini.
"Ahhh Abang! Sakit kuping gue! Gak usah teriak- teriak bisa gak? Gue aja baru tau bang!" Senjani masih mengusap- usapkan kupingnya yang terasa sakit karena ulah Distra.
"Lebeh lo bang! Bodo amat lo harus tanggung jawab! Beliin gue eskrim" Senjani sudah mengganti gayanya dengan tangan yang berlipat di dadanya, dan menatap tajam kerah Distra.
"Yaudah ntar gue beliin. Sekalian sama pabriknya gue beliin. Puas?"
Senjani menatap Distra dengan nanar "Seriusan bang? Sama pabrik- pabriknya?"
"YA ENGGAK LAH!! MIKIR DONG! HAHAHHAA"
Distra puas melihat ekspresi Senjani yang kesal karena ulahnya, dan kini Distra tertawa puas atas kemenangannya mengerjai Senjani. Distra berharap dia dan Senjani akan terus seperti ini sampai kapanpun.
"Nyebelim lo ba-" ucapan Senjani terhenti saat ada seseorang yang memukul- mukul pundaknya. Saat dilihat ternyata itu Angkarsa.
Senjani menatap Angkarsa dengan Jengkel "Ngap-"
"Mana bekel gue yang tadi dititipin sama Bunda?"
Lagi dan lagi ucapan Senjani terpotong, Senjani langsung mengembungkan pipinya, tanda tidak diterima dengan perilaku Angkarsa yang menyebalkan.
"Sabar!"
"Cepetan elahh. Gue udah laper. Dari tadi lo bercanda terus sama kakak lo"
"Terus masalah buat lo? Bodo amat" Senjani langsung mengambil bekal yang tadi sudah dibuat oleh Bunda Dira. Sedangkan Distra menatap kedua makhluk itu dengan bingung.
"Gak pernah berubah ya lo kalau masalah makanan. Ckckckck" Distra mulai membuka kartu tentang Angkarsa dan mendapatkan sebuah hadiah tatapan tajam dari Angkarsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA
Teen FictionSemuanya berubah dan berbeda drastis. Itulah yang dirasakan Putri Arum Senjani saat dirinya menginjak tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Mulai dengan hidup mandiri, dan tanpa kehidupan yang glamor. Merupakan salah satu cara untuk melatih mental S...