Chapter 12

179 21 0
                                    

Hujan datang mengusik ketenangan tidur Adeeva. Adeeva menerjapkan mata secara perlahan. Rasa kantuk masih menyelimuti dirinya. Adeeva menarik selimut nya kembali untuk menutup seluruh tubuhnya.

"Eca," ucap mama Fanya yang membuka pintu kamar Adeeva secara perlahan.

"Kak, bangun. Mau berangkat jam berapa?" tanya mama Fanya sambil menggoyangkan tubuh Adeeva.

"Hmm," ucap Adeeva dengan suara serak orang bangun tidur.

"Kamu mau berangkat sekolah jam berapa?" tanya mama Fanya.
"Woy, bangun!" seru Rendra mengagetkan Adeeva yang masih berada di dalam selimut.

"Masih ngantuk Bang, Ma. Ini lagi hujan, enggak ada orang juga di sekolah tuh, mereka pada boci (bobok cantik)."

"Bangun gak lo!" ucap Rendra sambil menarik selimut yang berada di tubuh Adeeva.

"Ih, pada bawel. Iya, gue bangun," ucap Adeeva sambil turun dari ranjang nya.

"Cepat! Kalau kagak cepat lo naik angkot!"

"Bawel!" Adeeva berlari menuju kamar mandi.

Setelah siap dengan seragam nya. Adeeva melangkahkan kakinya menuruni tangga.

"Gue udah siap! Ayok berangkat!" ucap Adeeva.

"Enggak makan, Kak?" tanya mama Fanya.

"Di sekolah aja Ma. Assalamu'alaikum," ucap Adeeva sembari mencium punggung tangan Fanya.

***

Sesampainya Adeeva dan Rendra di sekolah. Adeeva segera melangkahkan kakinya menuju kantin.

Adeeva membawa pesanan nya ke meja di dekat jendela. Adeeva mengeratkan jaket nya. Cuaca hari sangat tidak mendukung. Hujan yang terus berjatuhan ke bumi membasahi rumput di sekitaran sekolah.

Adeeva tersontak kaget meja yang di duduki sedikit bergoyang. Adeeva mendongakan kepala nya melihat siapa yang duduk di depan nya.

"Ngapain lo disini?" tanya Adeeva kepada Raka. Yang duduk di hadapan Adeeva yaitu Raka. 

Raka tak menjawab pertanyaan yang terucap dari mulut Adeeva. Raka terus menatap Adeeva dengan diam.

Adeeva menautkan kedua alis nya melihat orang yang berada di hadapan nya.

"Gue, enggak tau kenapa bisa berada disini. Hati gue menuntut gue kesini," ucap Raka. Adeeva bingung dengan ucapan yang barusan terlontar dari mulut Raka.

"Gue duluan," ucap Adeeva sembari berdiri dari bangku yang di duduki nya.

Tapi, pergelangan Adeeva di cekal oleh Raka. Adeeva menoleh ke arah Raka.

"Barengan." dibalas anggukan cepat Adeeva.

Selama perjalanan di koridor sekolah. Tak ada percakapan satupun terlontar dari mulut mereka berdua. Suasana begitu hening, hanya suara dentik hujan yang terdengar.

"Ca."

"Ka."

Mereka berdua saling menoleh dan membuat mereka berdua gugup. Mereka mengucapkan nama lawan ngobrol secara barengan.

"Lo aja duluan mau ngomong apa?" tanya Adeeva.

"Gu- gue sayang sama lo."

ADEEVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang