Nama yang nggak sinkron

193K 5.5K 161
                                    


"Apa!!!!" teriak Kinsa tidak percaya mendengar penjelasan dari Papanya.

"Jadi, Raden Mas Bagus ini ya calon suamimu, calon mantunya papa," lanjut papanya.

"Pa! ya nggak bisa gitu dong. Itu udah janji puluhan tahun yang lalu. Yang bahkan Cuma diomongin lewat mulut! Nggak ada buktinya juga!" bantah Kinsa.

"Ya ini buktinya, Papamu ini kan masih hidup. Papa yang bikin janji itu, mau bukti yang gimana lagi? Mamamu juga masih hidup. Om Benni calon mertuamu juga masih hidup," ucap Papa Kinsa lagi.

"Siapa yang calon mertuanya siapa? Kinsa ini masih kuliah Pa! masih muda banget! Masih dua puluh tahun. Kinsa nggak mau nikah!"

Kinsa berlari meninggalkan Papa, Mama, Om Benni dan calon suaminya. Mas Bagus.

Rasanya masih seperti mimpi, beberapa jam yang lalu Kinsa masih duduk manis di kantin dengan Ajeng sahabatnya sampai tiba-tiba ada bule yang datang entah darimana dan bilang kalau dia ini calon suaminya Kinsa. Entah ketiban durian runtuh karena dilamar bule ganteng atau malah Ketimpa tangga karena dilamar orang yang bahkan nggak dikenal sama sekali.

Raden Mas Bagus Harya Kusuma, pria itulah yang melamar Kinsa tadi siang. Bule yang memiliki nama lahir Benjamin Stevenson ini lebih suka dipanggil Mas Bagus, nama pemberian almarhum ibunya yang masih keturunan Keraton. Pria blasteran Jerman yang tujuh tahun lebih tua dari Kinsa, matang dan berpendidikan tinggi.

Demi apa orang seperti itu mau menikahi Kinsa yang pecicilan dan ugal-ugalan?. Kinsa menarik nafas panjang, seumur hidupnya ini adalah hal tergila yang pernah dia alami. Lagian aneh juga memanggil bule itu dengan nama Mas Bagus, kan nggak sinkron sama wajahnya yang ala-ala western itu.

Mas Bagus itu punya pembawaan yang tenang, kalem dan sopan. Tapi justru itu yang bikin Kinsa sebel, bener-bener bertolak belakang dengan kepribadian Kinsa.
Semua ini gara-gara Papanya yang asal ucap janji ceplos ceplos. Sepertinya sekarang Kinsa tahu darimana bakat ngomong ceplos ceplos nya itu berasal.
Jadi, menurut cerita yang Kinsa dengar dari Papanya. Ketika Papanya dulu kuliah di Jerman, dia berteman dengan Bennedict Stevenson atau Om Benni. Suatu hari Papanya ambil cuti kuliah untuk pulang ke Indonesia dan saking dekatnya Om Benni sama Papanya, Papanya memutuskan untuk mengajak Om Benni Liburan ke Indonesia. Nah, di Indonesia ini Om Benni bercerita pada Papanya jika dia jatuh cinta pada gadis Indonesia. Tapi ternyata gadis itu adalah calon istri Papa Kinsa. Wanita yang sekarang menjadi mama Kinsa.

Om Benni sempat putus asa karena Mama Kinsa juga lebih memilih Papa Kinsa. Papa Kinsa tidak tega melihat Om Benni terus terusan bersedih dan dengan ceroboh mengucapkan sebuah janji untuk menikahkan anak mereka nantinya. Dan diluar perkiraan Papa Kinsa, ternyata Om Benni menyetujui janji yang diucapkan oleh Papa Kinsa. Jadilah sekarang Papanya harus menepati janjinya itu pada Om Benni.

-00-

"Kin!" Panggil Ajeng menggema memenuhi ruang kelas.

"Jeng! Lo kemana aja sih dari tadi Gue cariin tahu!" omel Kinsa.

"Sorry, sorry Kin. Haus jadi ke kantin dulu," jawab Ajeng cengengesan.

"Gue nggak nyaman banget dari tadi pada lihatin Gue mulu. Emang Gue ada salah pake baju ya?" tanya Kinsa.

"Jadi Lo masih nggak sadar? Kejadian dramatis Lo di kantin kemarin udah nyebar kemana-mana dan Lo sekarang lagi jadi bahan omongan," tutur Ajeng.

"Waduh? Kok bisa gitu? Kemaren dikantin kan sepi," lanjut Kinsa.

"Nggak menjamin mulut mbak-mbak rumpi yang ngeliat kejadian itu kan?. Lagian kenapa sih? Menurut Gue itu bagus loh. Orang kaya Lo tuh langka dan perlu dilestarika," canda Ajeng.

"Jeng! Nggak lucu tahu! Sekarang mending Lo bantu gue mikir deh," pinta Kinsa.

"Mikir apaan?" tanya Ajeng.

"Gue mau dijodohin sama Mas Bagus!" sahut Kinsa.

"Mas Bagus?"

Ajeng menatap Kinsa bertanya-tanya.

"Iya, Mas Bagus! Bule yang kemarin ngelamar Gue itu!" jelas Kinsa.

"Mas Bagus? Bule itu namanya Mas Bagus? Hahaha! Nggak sinkron banget sama wajahnya!" ucap Ajeng sambil tertawa lepas yang langsung menyita perhatian anak sekelas.

"Sssst!"

Dengan sigap Kinsa menutup mulut sahabatnya itu biar berhenti tertawa.

Kinsa memberi kode dengan tatapannya jika disini banyak yang memperhatikan mereka. Kinsa baru melepas bekapannya dari mulut Ajeng setelah Ajeng mengangguk dan membuat symbol damai (Peace) dengan jarinya.

"Sebenernya namanya itu Benjamin Stevenson," lanjut Kinsa setengah berbisik.

"Terus kenapa bisa Mas Bagus?" tanya Ajeng penasaran.

"Nama pemberian almarhum ibunya yang masih keturunan Keraton. Namanya tuh panjang banget deh, kalo nggak salah Raden Mas Bagus siapa gitu Gue lupa deh," tutur Kinsa panjang lebar.

"Wow, jadi kapan?" tanya Ajeng.

"Kapan apanya?" tanya Kinsa balik.

"Ya tanggal pernikahannyalah!" teriak Ajeng yang lagi lagi membuat semua orang dikelas menatap mereka. Kinsa mencubit lengan Ajeng kesal.

"Santai dikit ngapa ngomongnya?," umpat Kinsa yang hanya dibalas tatapan jahil dari Ajeng.

"Jelasnya Gue nggak mau dinikahin sama orang yang Gue bahkan nggak kenal. ini udah bukan jaman Siti Nur Baya Jeng. Dan lagi, hari gini dipaksa Nikah? Emang nggak ada pemaksaan yang lebih baik lagi kaya dipaksa belajar atau dipaksa pergi ibadah git," Keluh Kinsa.

"Yakin Lo Kin? Tapi tuh bule kelihatannya baik kok," tanya Ajeng.

"Seratus persen yakin! Lagipula dia tujuh tahun lebih tua dari Gue. Itu kaya... dia SD kelas satu dan Gue baru lahir," jawab Kinsa.

"Tapi dia kelihatan mapan dan kayaknya orangnya sopan banget kok. Ngeliat cara dia ngomong sama Lo kemarin 'permisi dek Kinsa, saya calon suaminya dek Kinsa' gitu," ucap Ajeng menirukan kata kata Mas Bagus kemarin.

Kinsa menonjok pelan lengan Ajeng. Mas Bagus memang orang yang sopan dan bertanggung jawab.

"Tapi, Gue masih muda Jeng. Masa depan Gue masih panjang!" ucap Kinsa.

"Emang siapa yang bilang kalo Lo nikah Lo jadi nggak punya masa depan?" tanya Ajeng memastikan.

"Ya, bukan gitu. Maksud Gue... pasti Gue bakal terkekang sama masalah rumah tangga Gue dan jadi kehilangan masa muda Gue," keluh Kinsa.

"Yaudahlah. Lo tadi bilang nggak mau nikah sama orang yang nggak Lo kenal kan? Jadi yang perlu Lo lakuin Cuma mencoba buat kenal sama si Mas Bagus atau apalah namanya itu. Seenggaknya Lo nggak dijodohin sama Om Om duda beranak satukan?" canda Ajeng yang tentu saja membuat Kinsa langsung memberi Ajeng pukulan penuh dan dengan sigap di tangkis oleh Ajeng.

"Jeng. Jangan gitu lah! Jijik Gue bayanginnya," omel Kinsa.

"Syukur syukur deh Lo dijodohin sama si bule yang kemarin coba kalo Lo dijodohinnya sama bapaknya tuh Bule. Pasti kemarin bulenya bakal ganti jadi ngomong gini "permisi dek Kinsa, saya calon anak tirinya dek Kinsa' gitu," canda Ajeng.

"Amit amit Jeng!" jawab Kinsa disusul tawa geli keduanya.

-00-

Kinsa menata bukunya diloker dan bergegas keluar. Dari tadi Kinsa mencari sahabatnya yang suka ngilang ngilang sendiri itu, baru juga keluar gedung kampusnya Kinsa langsung menemukan kerumunan gadis gadis dan Mas Bagus yang menunggunya didepan kampus dengan mobil sport keren yang pasti bikin para gadis ini klepek-klepek. Tapi jangankan klepek-klepek, setelah tahu itu Mas Bagus, Kinsa langsung balik badan mau kabur.

"Dek Kinsa?" ucap Mas Bagus dengan suaranya yang kedengeran Khas karena perpaduan logat jawa dan lidah Jerman itu.

"Waduh mati Gue."

****

Bule Ningrat [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang