Bahasa Bunga

60.2K 2.7K 53
                                    


"Mas Bagus!" panggil Kinsa.

"Iya dek?" jawab Mas Bagus.

"Tentang yang Lo omongin beberapa waktu yang lalu. Lo bakalan pulang ke Indonesia kan?" tanya Kinsa.

"Ya, saya akan pulang. Tapi mungkin hanya satu minggu di Indonesia."

"Kenapa?" tanya Kinsa lagi.

"Itu... dek Kinsa mau menikah dengan saya?" tanya Mas Bagus.

Kinsa terdiam tidak menjawab. Mas Bagus tersenyum kecut.

"Saya nggak akan maksa dek Kinsa untuk menikahi saya, nantinya jika saya pulang dari Jerman dan dek Kinsa masih nggak memberi saya jawaban, saya akan anggap itu sebagai penolakan lalu saya akan mundur dan melepaskan dek Kinsa. Tapi saya pengen dek Kinsa tahu kalo perasaan saya itu benar. Saya benar benar mencintai dek Kinsa sepenuh hati saya. Tapi jika bahagianya dek Kinsa itu tidak dengan saya, saya pasti nggak akan maksa. Terimakasih untuk beberapa waktu terakhir ini dek Kinsa sudah mau menerima saya. Ya sudah, saya pamit dulu,"

****

Kinsa berdiri memegang satu cup kopi didepan salah satu stand.

"Kak Brian!" panggil Kinsa sambil melambai kearah Brian.

"Kin?" Brian menghampiri Kinsa ketika sadar jika Kinsa memanggilnya.

"Mau kopi?" tawar Kinsa sambil memberikan kopi pada Brian.

"Kamu nggak jadi pulang?" tanya Brian sambil mengambil kopi yang diberikan Kinsa.

"Udah tadi, tapi dirumah nggak ada kerjaan jadi kesini lagi," Kinsa berlalu pergi tanpa menghiraukan pertanyaan Brian yang lainnya.

~

Bukan menyesalkan? Yang dia rasakan ini bukan menyesalkan? Kenapa rasanya mengganjal sekali. Nafasnya terasa sangat berat. Tapi kenapa? Kinsa menghela nafas panjang dan menepuk nepuk dadanya. Bukan seperti ini yang dia bayangkan ketika Mas Bagus pulang! Bukan helaan nafas yang terasa sesak!

Kinsa menatap jam tangannya. Mas Bagus sudah terbang. Dia sudah pergi.

-00-

Angin malam menghembus menerbangkan helaian rambut Kinsa yang terurai. Acara dikampusnya baru saja ditutup, hiruk pikuk memenuhi tempat itu.

"Hari ini kamu kelihatan murung banget. Kamu nggak sakit kan?" tanya Brian

"Enggak kok kak," jawab Kinsa sambil mencoba tersenyum.

Brian terdiam memandangi langit. Kinsa juga melakukan hal yang sama, saat ini apa yang ada dipikiran mereka masing-masing? Kegelisahan apa yang sedang mereka pendam.

"Karena besok hari terakhir kita cuti gimana kalo kita jalan jalan lagi?" tanya Brian.

Kinsa mengangguk pelan. Tidak ada salahnya juga menerima tawaran Brian, siapa tahu dia akan merasa baikan setelah pergi bersama Brian.

-00-

Kinsa menarik selimutnya menutupi seluruh bagian wajahnya. Tidak ada Mas Bagus ternyata membuat apartemen itu terasa seppi. Sudahlah! Kenapa Mas Bagus lagi sih? Dia harus segera bersiap-siap untuk kencan dengan Brian, kemarin dia sudah berjanji.

Kinsa duduk menunggu Brian menjemputnya, dia duduk di café yang ada didepan apartemen. Biasanya Mas Bagus akan minum kopi disini. Tidak perlu menunggu lama, beberapa menit kemudian bel café berbunyi dan Brian masuk kedalamnya.

Kinsa berdiri melambai kepada Brian. Brian menatapnya dan menghampirinya.

"Hari ini kita akan pergi kemana?" tanya Brian.

Bule Ningrat [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang