"Gue cuma mau nanya soal rumor yang nyebar soal Lo, emang bener Lo mau nikah sama bule ya? Katanya udah dilamar juga," tanya Brian.
Kinsa membulatkan matanya. Brian nggak boleh tahu tentang masalah perjodohan ini. Lagipula belum tentu juga kalau nantinya Kinsa bakalan nikah sama Mas Bagus.
"Ehm... Ahaaha ahahahaha kak Brian ada ada aja. Akukan masih muda mana mungkin mau nikah semuda itu kan?. Bule itu juga... dia cuma, temen. Dia anak temen Papaku," jawab Kinsa berbohong.
"Jadi itu Cuma kabar burung doang kan?" tanya Brian meyakinkan.
"Iya lah. Ahahaha," sahut Kinsa gugup.
"Yes!" ucap Brian reflek menarik kepalan tangannya.
Eh? Apa itu tadi? Yes katanya?
"Yes?"
Kinsa mengulang kata-kata Brian dengan nada bertanya. Brian langsung salah tingkah dibuatnya.
"Enggak maksud Gue, Es! Iya es! Es jeruk Gue mau nraktir Lo es karena Lo udah bantuin Gue!" jawab Brian.
"Boleh kak," sahut Kinsa.
Brian langsung berjalan mendahului Kinsa dan membukakan pintu perpustakaan lalu mempersilahkan Kinsa untuk keluar. Kinsa keluar dengan perasaan anehnya pada Brian. Setelah Kinsa keluar Brian berjalan disamping Kinsa.
-00-
"Hah? Brian yang senior itu kan yang Lo maksud?" tanya Ajeng tidak percaya.
"Ya iya, emang Brian yang mana lagi?" jawab Kinsa senang.
"Dia nggak kesambet kan? Kok bisa gitu?" lanjut Ajeng.
"Gue juga nggak tahu. Gue rasa dia mulai punya rasa deh ke Gue," jawab Kinsa tersenyum.
"Kin, tapi kenapa baru sekarang?" tanya Ajeng lagi.
"Mungkin dia baru nyadar kalo Gue naksir dia," jawab Kinsa.
"Tapi si bule gimana?" tambah Ajeng.
Kinsa terdiam, sekarang situasinya memang tidak sama seperti dulu. Kalau saja Brian memperlakukannya seperti itu sebelum Mas Bagus datang di kehidupannya sekarang pasti sedang jadi saat saat bersejarah dikehidupan Kinsa.
Tapi sekarang Kinsa juga harus memikirkan tentang Mas Bagus. Tidak bisa hanya bilang kalau dia mencintai Brian saja lalu semuanya selesai. Atau dia harus kawin lari sama Brian? Kinsa menggeleng gelengkan kepalanya. Kenapa dia berpikir sampai kesitu? Belum tentu juga kalau Brian beneran suka sama dia.
"Gue nggak tahu deh Jeng. Bingung juga jadinya," jawab Kinsa lemas.
-00-
Papa Kinsa memutar mutar cangkir didepannya. Sudah dua hari sejak kedatangan Om Benni dan Mas Bagus, tapi Kinsa sama sekali tidak menunjukan sedikitpun ketertarikan. Om Benni memang tidak memaksa jika Kinsa tidak ingin menikahi Mas Bagus, namun Papa Kinsa lah yang sudah membuat janji itu. Dia pasti akan merasa semakin bersalah jika tidak bisa menepatinya.
Mama Kinsa berjalan membawa piring berisikan pisang goreng.
"Pa? kok kopinya Cuma dimainin gitu sih?" tanya Mama Kinsa.
"Ini loh Ma, si Kinsa ini gimana?. Mama tahu kan kalo dia bener bener menolak lamarannya Mas Bagus?" keluh Papa Kinsa.
"Oh, masalah itu to. Kalo gitu kita tinggal buat Kinsa mau nerima lamarannya saja kan?"
"Iya, Justru itu Ma yang jadi masalahnya. Kinsa itu nggak mau," sahut Papa Kinsa.
"Yasudah. Tinggal dibikin supaya mau," jawab Mama Kinsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bule Ningrat [COMPLETED]
RomanceDijodohin sama bule? Ini dia hari hari Kinsa berusaha lepas dari perjodohannya dengan bule yang masih keturunan keraton itu