Jodoh Ditangan Tuhan

96.7K 3.8K 57
                                    


"Dek Kinsa?" panggil Mas Bagus.

"Waduh mati Gue!" gerutu Kinsa pelan.

Mas Bagus berlari kecil menghampiri Kinsa. Kinsa masih tidak menoleh sambil berjalan cepat pura pura nggak dengar.

"Dek Kinsa. Saya disuruh Papanya dek Kinsa buat jemput dek Kinsa. Katanya mobil dek Kinsa lagi di service," ucap Mas Bagus menghentikan Kinsa.

"Jadi ini alasan kenapa tiba-tiba Papa bermurah hati mau bayarin service mobil Gue?. Udah ya Mas, Gue jalan kaki aja. Lagian Gue nggak pulang kerumah Papa, Gue ngekos disini!" ucap Kinsa ketus.

"Iya, saya tahu. Tapi Papanya dek Kinsa bilang..."

"Tolong ya. Gue udah gede bukan anak kecil lagi!. Nggak perlu deh pake dianter anter segala," kata Kinsa sembari berjalan meninggalkan Mas Bagus.

Mas Bagus mencegat Kinsa dan memegang lengan Kinsa membuat Kinsa terkejut. Kinsa meronta ingin melepaskan diri tapi Mas Bagus mempererat pegangannya.

"Tapi maaf dek, saya sudah menerima amanah yang dikasih sama Papanya dek Kinsa buat anterin dek Kinsa selamat sampai tujuan. Kalau saya membiarkan dek Kinsa pergi, itu artinya saya nggak menjaga amanah dengan baik," jelas Mas Bagus

Kinsa berhenti meronta dan sedikit termenung. Sebenarnya orang seperti apa Mas Bagus ini? Kenapa bisa memiliki perilaku sesopan ini? Benar benar mencerminkan pemuda Keraton sekali. Tapi Mas Bagus tidak pernah tinggal di Keraton. Dia lahir dan tumbuh di jerman dan hanya sekali atau dua kali dalam setahun pulang ke Indonesia.

Kinsa jadi semakin penasaran dengan laki-laki ini. Lagipula jaman sekarang orang kalo dikasih amanah kan kadang suka seenaknya aja dan nggak ngelakuin apa yang diamanahkan itu dengan bener. Lah? Ini si Mas Bagus ini segitunya mau ngelaksanain amanah dari Papanya Kinsa.

"Oke deh, karena Loe udah dikasih amanah sama Papa, Loe boleh anter Gue pulang. Tapi lain kali jangan mau dikasih amanah lagi! Ngerepotin tahu nggak!" omel Kinsa sambil berjalan masuk kedalam mobil.

Mas Bagus tersenyum senang karena berhasil menjaga amanah yang sudah diberikan padanya. Mas Bagus segera menyusul masuk kedalam mobil dan menjalankan mobilnya. Didalam mobil itu Mas Bagus dan Kinsa saling diam, mereka mungkin masih merasa kaku karena belum saling mengenal. Keheningan itu akhirnya pecah setelah Mas Bagus mengawali pembicaraan.

"Dek Kinsa sudah semester berapa?" tanya Mas Bagus.

"Gue?" tanya Kinsa meyakinkan.

"Ya iya, dek Kinsa. Disini kan Cuma ada saya sama dek Kinsa," lanjut Mas Bagus.

"Semester tiga," jawab Kinsa singkat.

"Dek Kinsa masih marah ya sama saya gara-gara saya maksa dek Kinsa ikut mobil saya?" tanya Mas Bagus.

"Ya iyalah! Loe mikir dikit dong. Kita baru juga kemarin kenal, itu juga baru ketemu satu-dua jam. Terus tiba-tiba Loe jemput Gue dikampus terus pake maksa segala lagi! Siapa aja juga pasti bakal marah kalo digituin!" omel Kinsa.

"Maaf ya dek, lain kali saya nggak akan sembarangan nerima amanah deh. Tapi dek Kinsa jangan marah. Nanti kan jadi nggak enak sama ibu kosnya dek Kinsa. Nanti dikira saya udah apa apain dek Kinsa lagi," sahut Mas Bagus.

"Oh! Ya bagus tuh! Biar sekalian Gue panggilin warga! Biar digebukin sekalian!" tambah Kinsa.

"Waduh jangan dek, masa saya mau digebukin. Saya kan bukan maling ayam," timpal Mas Bagus sambil tersenyum.

Kinsa cemberut dan melirik kearah Mas Bagus. Mas Bagus yang sedang tersenyum... manis juga?. Sejenak mereka kembali terdiam kehilangan bahan pembicaraan. Dan kali ini gantian Kinsa yang memulai pembicaraan.

Bule Ningrat [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang