Mas Bagus berdiri dan mengibas ngibaskan tangannya yang memar. Mas Bagus memegang pipi Kinsa dengan kedua tangannya lalu menolehkan wajah Kinsa pada karyawan-karyawannya.
"Mulai sekarang jangan berlaku kurang ajar padanya! Dia ini calon istri saya!," teriak Mas Bagus lantang membuat Kinsa membelalakan matanya.
Para karyawan tadi jadi panic dan berusaha meminta maaf pada Kinsa dan Mas bagus. Segera setelah ambulan datang Mas Bagus diantarkan oleh Kinsa pergi kerumah sakit. Sekarang Kinsa jadi merasa bersalah pada Mas Bagus.
"Kenapa Lo nolongin Gue?," tanya Kinsa.
"Ya soalnya dek Kinsa itu masih tanggung jawab saya. Mamanya dek Kinsa nitipin dek Kinsa ke saya. Saya sudah dapat amanah dari Mamanya dek Kinsa buat jagain dek Kinsa," tutur Mas Bagus.
"Lagi-lagi gara-gara amanah," jawab Kinsa berlaga cuek. Padahal aslinya sekarang ini Kinsa sedang sangat mengkhawatirkan Mas Bagus.
Kinsa duduk diruang tunggu menunggu Mas Bagus yang sedang di gips tangannya. Ternyata benar dugaan Kinsa tadi jika tangan Mas Bagus mengalami keretakan. Kinsa memutar-mutar ponselnya. Jika saja Mas Bagus tahu niat Kinsa kekantor Mas Bagus hanya untuk menyelidiki skandal Mas Bagus demi membatalkan perjodohan mereka, apa Mas Bagus masih ingin menolongnya tadi?.
"Mbak! Mbak!," teriak anak kecil yang duduk disamping Kinsa.
"Apa dek?," jawab Kinsa pada anak yang sepertinya masih berumuran kurang lebih lima tahunan itu.
"Pesen ayam krispy satu sama teh botol satu," ucap anak itu membuat Kinsa kebingungan.
"Maaf dek, tapi saya nggak jualan," jawab Kinsa.
"Masa? Mbaknya lagi cuti ya?," tanya anak itu lagi.
"Cuti? Enggak mbak nggak cuti kok," jawab Kinsa masih bingung.
"Kalo gitu mbaknya bohong ke aku ya! Mama! Aku dibohongin sama mbak ini! Masak mbak ini nggak mau dipesenin sih ma!," rengek anak itu kepada ibunya.
"Waduh! Lah gue kan kagak jualan! Mana tuh anak pake ngaduin kenyokapnya segala lagi! Lah nanti gue dikira apa-apain anak orang lagi!," gumam Kinsa. Ibu dari anak itu mendekati Kinsa dengan wajah galak siap buat marah-marah.
"Eh mbak! Nggak usah marah marah keanak orang dong!," omel ibu itu.
"Siapa yang marah marah bu, saya nggak marah kok!," bela Kinsa.
"Lain kali kalo nggak mau diganggu pas bukan jam kerja, seragamnya nggak usah dipake dong mbak! Cuma tukang anter makanan aja belagu!," ucap ibu ibu yang terlihat masih muda itu.
Kinsa melihat bajunya. Benar juga, dia masih pakai seragam yang dipinjamnya dari Rini. Tapi meskipun begitu seharusnya ibu ibu tadi tidak berkata seperti itu padanya kan?.
"Eh jangan sembarangan ya bu! Meski kelihatan dekil begini saya juga punya harga diri! Jangan ngatain orang sembarangan!," maki Kinsa yang sudah tidak bisa menahan emosinya.
"Jaman sekarang gengsi nggak bikin sukses mbak!," jawab ibu itu membuat Kinsa semakin naik darah.
Kinsa melihat tas yang dibawa ibu itu. Merk Steven! Itu perusahaan milik ayah Mas Bagus. Perusahaan yang nantinya akan jadi milik Mas Bagus juga. Dan sekarang Mas Bagus bekerja sebagai presiden diektur disana.
"Eh bu! Denger ya! Tas ibu ini merk Steven! Saya calon istri presiden direktur disana! Benjamin Stevenson!," jelas Kinsa.
Ibu tadi baru mau membuka mulut untuk menjawab pembelaan Kinsa tadi sampai seseorang memotongnya berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bule Ningrat [COMPLETED]
RomanceDijodohin sama bule? Ini dia hari hari Kinsa berusaha lepas dari perjodohannya dengan bule yang masih keturunan keraton itu