Red String

50.2K 2.1K 26
                                    



" Permisi, Kinsanya ada?,"

"Kamu siapa?," tanya Eyang heran.

Mas Bagus panik ketika menyadari siapa yangs ekarang sedang berdiri di depan pintu apartemennya. Seorang pemuda yang menggendong tas ransel dan membawa beberapa gulungan kertas itu membuka mulutnya hendak menjawab pertanyaan Eyang. Dengan sigap Mas Bagus berdiri dan dengan sengaja menjatuhkan cangkir the milik Eyang.

"Eh? Kenapa itu kok bisa jatuh?," Eyang mengalihkan perhatiannya pada Mas Bagus.

"Maaf Eyang, tadi tangan saya licin," jawab Mas Bagus yang tentu saja berbohong.

Kinsa yang mendengar suara sesuatu pecah langsung terbangun. Dia membuka pintu kamar dan mengintip ke ruang tamu, kinsa terkejut ketika melihat Brian berdiri didepan pintu da nada Eyangnya disana.

"Kak Brian? Tu.. tunggu bentar aku siap-siap dulu!," teriak Kinsa sambil berlari ke kamarnya.

Eyang duduk dikursi setelah mempersilahkan Brian masuk. Mas Bagus pergi kedapur untuk membuang pecahan cangkir porselen yang sebenarnya memiliki harga juta-an itu.

"Jadi kamu itu kakak kelasnya Kinsa?," tanya Eyang uti.

"Iya Eyang," jawab Brian ragu.

"Ngapain kesini?," tanya Eyang lagi yang semakin membuat Brian gugup.

"Saya jemput Kinsa soalnya ada tugas sie acara yang harus dikerjain pagi-pagi banget."

"Sie apa?," tanya Eyang tidak mengerti.

"Sie acara Eyang. Selain itu saya jemput Kinsa juga soalnya dia itu.."

"Kak brian!," Kinsa berteriak memotong ucapan Brian.

"Sudah mau berangkat? Kamu nggak nunggu sua.."

"Enggak Eyang! Kinsa ada urusan jadi Kinsa pamit dulu dada!," Kinsa berlari menarik Brian setelah menyalami tangan Eyang.

"Eh! Itu.."

Brakk

Kinsa menutup pintu apartemen kencang sebelum Eyang-nya menyelesaikan ucapannya karena takut jika Eyang mengatakan hal-hal yang diluar dugaan. Mas Bagus keluar dari dapur membawa nampan berisi minuman.

"Loh? Tadi temennya dek Kinsa dimana Eyang?," tanya Mas Bagus.

Eyang melipat Koran yang barusan dibacanya dan berdiri mengambil minuman yang dibawa Mas Bagus. Sambil melirik kearah pintu Eyang menyeruput teh buatan Mas Bagus itu.

"Istrimu itu lari sama laki-laki lain, masih pakai roll rambut lagi. Ini minumnya buat Eyang aja," jawab Eyang sambil berlalu meninggalkan Mas bagus.

Mas Bagus menggaru tengkuknya yang tidak gatal, lalu sebentar kemudian dia menahan tawanya.

-00-

"Berhenti-berhenti huuhhh capek," ucap Brian sambil menyeka keringat yang mengalir dipelipisnya.

Kinsa menyingkap helaian rambutnya kebelakang dan mengipasi wajahnya dengan tangan. Kinsa tidak banyak berkeringat, tapi wajahnya terasa panas sekali.

"Maaf kak, jadi ngajakin kak Brian lari-lari segala," sesal Kinsa.

Kinsa menengok kekanan dan kekiri mencari penjual air minum, tenggorokannya serasa seperti sedang dilanda kemarau panjang. Pupil matanya membulat seketika setelah seorang penjual es buah keliling lewat didekat mereka berhenti.

"Kak Brian aku haus mau beli itu, kak Brian mau juga?," tawar Kinsa.

"Boleh deh, pesenin juga," jawab Brian yang masih mencoba untuk mengatur nafasnya.

Bule Ningrat [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang