HIDEAWAY

49.8K 2.3K 59
                                    



"Tindakan ekstrim benang merah apapun itu ujung uj..."

Kinsa menghentikan ucapannya.

Badannya terasa kaku

Dia membelalakan matanya

Kedua lengan Mas Bagus sekarang berada dibahunya.

Kinsa merasakannya, sentuhan lembut seperti kapas menyentuh pelan bibirnya. Suara nafas itu dia juga bisa mendengar iramanya.

Mas Bagus menarik wajahnya menjauh. Menunduk dengan tetap memegang bahu Kinsa.

"Maaf! Saya.." Mas Bagus berbalik membuka pintu mobil dan keluar.

Kinsa masih dalam batas kesadarannya mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.

-00-

Suara kicauan burung terdengar begitu merdu, derum suara mobil juga sayup terdengar. Kinsa membuka matanya perlahan. Sudah pagi, dia melongok keluar jendela mobil.

"Dek Kinsa sudah bangun?" tanya Mas Bagus sambil menoleh kearah Kinsa.

Kinsa terdiam. Bagaimana bisa Mas Bagus bersikap biasa saja setelah apa yang dilakukannya kemarin! Kalau Mas Bagus saja tidak bereaksi apa-apa seharusnya Kinsa juga iya kan?

"Lo ngga lihat mata Gue melek gini? Atau Lo pikir Gue lagi ngigau?" jawab Kinsa ketus.

Mas Bagus hanya menatapnya dengan tatapan kecut. Ya, Kinsa memang seperti itu kan? Kinsa menyisir rambutnya dan menatap Mas Bagus dari dalam mobil. Mas Bagus semalam tidur dimana? dia tidak kembali ke dalam mobil semalam setelah keluar tiba-tiba.

Kinsa menyunggingkan senyum tipis. Entahlah, kenapa dia tidak marah setelah Mas Bagus dengan seenaknya mencuri ciuman pertamanya. Mas Bagus sedang sibuk berbicara dengan Montir yang datang dan memperbaiki mobilnya. Sepertinya tadi pagi Mas Bagus mencegat kendaraan yang lewat dan meminta tolong untuk mengantar ke bengkel.

Kinsa melipat selimut kesayangan Mas Bagus dan mengambil rakun, boneka kelinci miliknya. Lucu juga ketika dia mengejek Mas Bagus karena selalu membawa selimut kemana-mana sedangkan Kinsa sendiri selalu membawa boneka kelinci yang dia namai rakun kemana-mana.

Mas Bagus masuk kemobil segera setelah memberi upah kepada montir tadi. Kemeja yang dipakainya kotor dan lusuh. Mas Bagus menyalakan mobilnya dan segera berjalan pulang. Diam benar-benar sedang menyelimuti mereka berdua sekarang.

Jika ditanya sebenarnya banyak hal yang ingin Kinsa tanyakan pada Mas Bagus. Begitu juga sebaliknya, Mas Bagus memiliki banyak hal yang ingin dikatakannya kepada Kinsa.

"Semalem Lo tidur dimana?"

"Ehm? Saya dek?"

"Lo pikir Gue lagi ngomong sama siapa? Sama rakun?" jawab Kinsa sambil menggoyang-goyangkan boneka kelincinya itu.

"Diluar, didepan pintu mobil. Saya senderan disana,"

"Kenapa? Nggak dingin apa?"

"Dingin tentu saja. Rasanya seperti berada didalam lemari es, kalau disuruh melakukannya lagi saya bisa jadi daging beku,"

Kinsa terdiam mendengar jawaban Mas Bagus. Berarti bukan Mas Bagus tidak bereaksi apa-apa melainkan dia berusaha untuk menyembunyikannya.

"Tapi jika saya tetap didalam mobil. Sudahlah, dek Kinsa laper kan? Tadi saya beli roti. Lumayan buat mengganjal perut,"

-00-

"Dari semalem Kinsa nggak bisa dihubungi. Gue takut terjadi apa-apa sama dia,"

"Yang santai-lah Yan," jawab Bimo sambil menata beberapa lembar kertas.

Bule Ningrat [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang