Part 41

13.5K 1K 15
                                    

(Namakamu) mengambil ponselnya dan menekan tombol call pada kontak Iqbaal.

"Hall-"

"Aku sayang kamu, Baal." Pekik (Namakamu) begitu Iqbaal mengangkat teleponnya.

Iqbaal di seberang sana terkekeh. "Ya, aku tau itu sayang. Em, kamu udah terima kiriman dari aku?"

"Udah kok. Thank you somuch, Baal. Sebenarnya kamu nggak perlu repot-repot kayak gini loh."

"Your wellcome, babe. Hehe, udah makan dulu sana."

"Seandainya kamu ada disini, kita makan pizza, ice cream dan cokelat bareng. Karena aku nggak bakal sanggup ngabisin ini semua sendirian." Ucap (Namakamu) sambil terkekeh.

"10 menit."

"Apanya yang 10 menit?" tanya (Namakamu) bingung.

"Aku bakal ada disana dalam waktu 10 menit. Cukup duduk manis dan tunggu aku."

Mata (Namakamu) melotot. Apa Iqbaal bercanda?

"Baal-"

"See you. Aku sayang kamu."

Tut tut tut

(Namakamu) melongo. Iqbaal akan datang ke rumahnya? Oh God! Padahal dia hanya bercanda tadi.

Ternyata Iqbaal tidak main-main dengan ucapannya yang 'akan tiba dalam waktu 10 menit', benar saja, lelaki itu sekarang sudah ada di depan rumah (Namakamu) dengan cengirang khas-nya.

"Iqbaal, kamu kok beneran kesini sih?!" Omel (Namakamu) sambil bersidekap dada, "Udah mana pakai motor lagi. Kamu nggak ngebutkan di jalan?"

"Hehe, aku kan sekarang udah jago naik motornya. Jadi, kamu nggak usah takut." Ucap Iqbaal dengan songong.

(Namakamu) memutar kedua bola matanya. "Iqbaal, kamu nggak inget apa waktu kamu jatoh dari motor pas itu? Aku nggak mau ya kalau kamu sampai jatoh lagi." cerocosnya.

Iqbaal hanya memperlihatkan cengirannya membuat (Namakamu) mendengus [sok] kesal. Nggak tahu apa, kalau lagi nyengir gitu bikin (Namakamu) gemas melihatnya.

"Tamu dateng bukannya di suruh masuk, ini malah di omelin." Ucap Iqbaal mengerucutkan bibirnya.

Kan, makin gemesin.

"Yaudah, ayo masuk." (Namakamu) menggeser tubuhnya sedikit, agar Iqbaal dapat masuk ke dalam rumahnya.

"Assalamu'alaikum, Tante." Sapa Iqbaal menyalimi punggung tangan Tante Linda-Mama (Namakamu), yang sedang asyik menonton televisi.

"Wa'alaikumsalam. Loh, Iqbaal?" Balas Tante Linda terkejut, namun sedetik kemudian ia tersenyum, "tumben banget nih kamu main sore-sore gini."

"Hehe, iya, Tan. Biasa, anak Tante yang cantik itu kangen katanya sama saya." Ucap Iqbaal seraya mengedipkan sebelah matanya kepada (Namakamu) yang duduk di sofa dengan wajah sok cemberut. Padahal mah di hatinya seneng, disamperin sama doi. 😏

"Haha, hati-hati loh, Baal. Dia lagi badmood gitu. Padahal tadi sebelum kamu dateng, dia senyum-senyum nggak jelas sambil bolak balik ngintip ke jendela terus, nunggu kamu dateng." Tante Linda menatap puterinya dengan jahil. Begitu pun dengan Iqbaal.

"Oh, jadi ada yang nungguin aku nih ceritanya?" Goda Iqbaal, "Ini mas udah sini neng, nggak mau meluk apa?"

(Namakamu) menundukkan kepalanya, dia malu karena ketahuan menunggu Iqbaal. Sial. Bisa di ledek habis-habisan ini mah sama Iqbaal, Pikirnya.

My GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang