Part 47

15.4K 1K 106
                                    


"(Namakamu)..." panggil seseorang yang berdiri tak jauh di belakang punggung (Namakamu).

(Namakamu) mengenali suara itu. Itu adalah suara milik Iqbaal. Oh, sepertinya (Namakamu) sangat tidak rela jika Iqbaal pergi. Maka dari itu dia sampai berhalusinasi mendengar suara Iqbaal yang memanggil namanya.

Namun, ketika panggilan itu terdengar lagi. Dia yakin bahwa dia sedang tidak berhalusinasi.

"(Namakamu),"

Dengan mata sembab karena menangis, (Namakamu) membalikan badannya. Dan di depan sana, lelaki yang dari tadi ia harapkan berdiri sambil tersenyum kepadanya.

Iqbaal belum pergi. Lelaki itu ada di sini. Dihadapannya.

"Ri, bilang sama gue kalau ini bukan mimpi." (Namakamu) menatap Ari yang berdiri di sampingnya.

Ari memutar kedua bola matanya dan mencubit lengan (Namakamu) dengan kencang, sehingga membuat (Namakamu) meringis kesakitan. "Aish, sakit ege!"

"Sakit kan? Berarti lo nggak mimpi."

(Namakamu) mengerucutkan bibirnya dan menarik tangan Ari untuk membantunya bangun. Ari yang mendapatkan tarikan tiba-tiba itu langsung kehilangan keseimbangan dan terjatuh di lantai. "Eh, si anjing." Kesal Ari.

(Namakamu) tidak memperdulikan Ari yang terjatuh karena tangannya ia tarik. Fokus matanya kini hanya pada satu titik, yaitu Iqbaal.

"Mau sampai kapan kamu berdiri diam aja disitu?" Iqbaal menaikan alisnya sebelas. "C'mon princess, come to daddy." lanjutnya sambil merentangkan kedua tangan, mengisyaratkan (Namakamu) untuk memeluk dirinya.

(Namakamu) tersenyum dan segera berjalan ke arah Iqbaal. Saat sudah berada di hadapan kekasihnya, tanpa ragu lagi, (Namakamu) langsung melompat ke dalam pelukan Iqbaal.

Iqbaal hampir terjengkang ke belakang jika saja tidak ada yang menahan tubuhnya dari belakang. Dia menoleh dan melihat Bang Kiki yang sedang tersenyum geli menatap (Namakamu) yang kini berada di dalam pelukan Iqbaal.

"Iqbaal..." panggil (Namakamu) yang masih berada di dalam dekapan Iqbaal. Iqbaal hanya berdehem untuk menjawab panggilan kekasihnya.

"Iqbaal..." panggil (Namakamu) lagi.

"Yes, my girl."

(Namakamu) melepaskan pelukannya dan mendongakkan kepala untuk menatap Iqbaal yang jauh lebih tinggi dari dirinya. "Aku kira kamu udah pergi." ucapnya. Mata gadis itu kembali terlihat berkaca-kaca.

Iqbaal tersenyum dan membingkai wajah (Namakamu) dengan kedua tangannya. "Mana mungkin aku pergi tanpa pamitan sama kamu."

"Maaf," Lirih (Namakamu). "Maaf, karena aku udah marah nggak jelas sama kamu. Aku-"

"Sttt..." Iqbaal menempelkan jari telunjuknya pada bibir (Namakamu). "Aku yang seharusnya minta maaf. Aku udah nggak jujur sama kamu. Seharusnya, waktu itu aku terus terang aja, kalau aku mau ketemuan sama Steffi."

"Nggak, nggak. Aku seharusnya-"

"Udah," Iqbaal memotong ucapan (Namakamu). Lelaki itu tersenyum saat kekasihnya diam tidak melanjutkan ucapannya. "Jangan di bahas lagi. Yang penting sekarang, udah nggak ada salah paham lagi kan diantara kita?"

(Namakamu) mengangguk dan tersenyum.

"Ale..." Iqbaal menoleh saat seseorang memanggilnya. Dibelakang sana Teh Ody sedang berdiri sambil bersedekap dada. "Lima belas menit lagi kamu take off ya. Teteh harap kamu nggak bakal nunda waktu keberangkatannya lagi." ucapnya memberikan sedikit takanan pada kata 'nunda'.

My GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang