Part 33

13.3K 1.1K 60
                                    

Hai 😂

Selamat membaca!

"I miss you." Kalimat itu terdengar seperti bisikan. Namun, (Namakamu) mampu mendengarnya dengan jelas.

"I miss you too, Baal" Balas (Namakamu). Jujur, dia pun sangat merindukan Iqbaal. Munafik jika dia mengatakan bahwa dia tidak merindukan lelaki itu.

(Namakamu) melepaskan pelukan Iqbaal saat matanya tak sengaja melihat seorang lelaki yang sedang menatap dia dan Iqbaal dengan tatapan yang sulit diartikan. Lelaki itu Ari. Kekasihnya.

"Sorry, Baal. Aku mau ke toilet." Ucap (Namakamu) berlari menuruni panggung. Semua pasang mata memperhatikannya dengan tatapan bingung.

***

"Hhh..." (Namakamu) menghembuskan nafasnya. Saat ini gadis itu sedang berada di toilet.

Dia memperhatikan dirinya di cermin. "Huh, lihat sekarang. Ari pasti bakal mikir yang nggak-nggak tentang lo." ucapnya pada diri sendiri.

(Namakamu) kembali membasuh wajahnya. Setelah mengeringkan wajahnya dengan tissue, dia pun berjalan keluar dari toilet tersebut. Dia memberhentikan langkahnya saat melihat siapa yang berada di hadapannya. Ari. Ya! Lelaki itu menyusulnya kemari.

(Namakamu) menundukan kepala sambil menatap lantai. Dia tidak berani menatap lelaki yang berada dihadapannya saat ini.

"(Namakamu)..." Panggil Ari.

"Maafin gue, Ri. Gue nggak bisa jaga perasaan lo." Ucap (Namakamu) masih menundukkan kepalanya.

Ari hanya diam. Dengan perlahan dia mendongakkan kepala (Namakamu) agar gadis itu menatapnya. Dia dapat melihat dengan jelas mata gadisnya yang terlihat berkaca-kaca.

"Lo kenapa nangis kayak gini sih? Lagian, cuma sebuah pelukan kayaknya nggak terlalu buruk kan." Ucap Ari diakhiri dengan kekehan.

"Maaf, Ri. Gue nggak bisa jadi pacar yang baik buat lo. Gue emang-"

Ari meletakan jari telunjuknya dibibir (Namakamu). "Lo tetap yang terbaik buat gue. Ya, walaupun gue nggak tahu, gue ini yang terbaik atau nggak buat lo."

(Namakamu) terdiam, lalu berkata. "Gue sama Iqbaal cuma sebatas temen. Serius."

"Yes. I know." Ari terkekeh, "Kalo emang lo masih cinta sama dia. Kejar."

(Namakamu) menatap Ari dengan bingung. Bagaimana lelaki itu bisa berbicara seperti itu, jika dia dan (Namakamu) masih berpacaran?

"Gimana bisa gue ngejar cowok lain, disaat gue punya pacar?"

"Gue emang pacar lo, tapi hati lo bukan buat gue kan?" Ari tersenyum miris.

(Namakamu) terdiam. Perasaan bersalah kembali menerpanya.

"Jujur aja ya, gue iri sama Iqbaal. Gue iri karena dia beruntung bisa dicintai sama cewek kayak lo. Kadang gue mikir, apa sih yang gue nggak punya dari Iqbaal? Gue udah berusaha buat jadi yang terbaik buat lo, tapi kenyataannya? Usaha gue sia-sia. Lo tetep aja nggak bisa berpaling dari dia."

"Ri, maaf."

Ari memejamkan matanya. Mengapa cinta harus sesakit ini? "Lo nggak sayang sama gue. Lo sayang sama orang lain. Gue bilang itu sama diri gue berulang kali, tapi gue tetep aja milih buat pertahanin lo."

"Hiks, Ri..." (Namakamu) terisak pelan di bahu Ari.

Ari tertawa hambar. "Gue akui, gue emang egois karena maksain lo jadi milik gue. Gue tahu alasan lo nerima gue, nggak lain hanya karena perasaan kasihan aja kan? Haha, seharusnya gue sadar itu dari awal."

My GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang