"Nih buku lo" Olla membmberikan buku tanpa senyum ceria yang biasa ia tampilkan.
"Oh. Makasi" Dimas menerima bukunya.
Olla langsung pergi tanpa berbicara panjang lebar lagi.
Ni orang aneh si. Kenapa tiba tiba sikapnya berbah gitu si? Yampun, loe kenapa si La? Perasaan kemaren baik banget sama gue.
Dimas baru terbangun dari lamunanya. Ada yang salah nih. Dimas mengecek bukunya. Siapa tau ini yang buat Olla jadi berubah 180° gini.
"Ngga salah lagi deh. Pasti ini yang buat Olla kaya gini." Dimas mencari Olla cepat.
Di kantin
"Loe disini." Dimas mempertahankan muka juteknya walaupun dia merasa sedih dengan sikap Olla yang berubah.
"Ngapain loe nyariin gue." Olla kembali memakan baksonya.
"Ngga boleh?" Dimas tak mau kalah."Boleh si, tumbenan banget loe nyariin gue. Kesambet?" Olla juga tetap mempertahankan muka juteknya.
"Loe tuh yang kesambet. Loe kok jadi berubah gitu si? Jadi cewe kok aneh."
"Aneh? Apanya yang aneh coba? Udah deh. Urusin aja tuh cewe loe!" Ups keceplosan. Olla menutup mulutnya. Duuh kenapa gue bilang gitu ya? Gue kan bukan siapa siapa diaa!! Hati Olla bermonolog.
"Hahahaha." Dimas tertawa lepas. "Ketauan kan loe, loe suka kan sama gue" Dimas belum menyelesaikan tawanya.
"Apaan si lo? PD parah tau ga?" Olla pergi ke kelas denan pipi yang memerah. Tanpa membayar baksonya.
"Mas yang bayar kan? 10.000 mas." Kata ibu kantin.
"Loh kok jadi gue yang bayar sih? Awas aja loe La!!" Dimas mendumel. "Ni bu duitnya"
Huhh awas aja tu cewe. kzll!!Dimas mengitari sekolah mewahnya untuk mencari seseorang. "Kemana lagi tuh orang, ngga dicariin nongol, dicariin malah ngilang mulu. Apa banget tau ngga." Dimas nyerocos sepanjang perjalanan.
"Nah itu doi, eh dia deng." Dimas berjalan santai dan memasukkan tangan kirinya ke saku celana dan tangan kanannya mengacak rambutnya yang membuat kesan cool.
"Lo ngapain si digudang sendirian!" Menyunggingkan senyum sinisnya.
"Suka suka gue dong mau disini kek mau di genteng kek, bukan urusan lo banget!" Cerocos Olla.
"Jelas urusan gue lah. Lo tadi majan bakso gue yang bayar kan." Mengangkat satu alisnya ke atas.
"Trus kenapa?"
"Itu gue anggep hutang lo ke gue" terus menyunggingkan senyum sinis yang membuat Dimas semakin memancarkan aura cool dari dalam dirinya.
"Trus?"
"Lo mesti bayar itu lah!" Dimas berdecak malas.
"Trus!"
"Mati aja lo sonoh! Jadi cewe kok ngeselin parah"
"Yaudah si, berapa utang gue? Nih!" Menyodorkan uang Rp. 20.000an.
"Gue ngga butuh uang loe!"
"Trus gue mesti bayar pake apaan doong?!"melipat kedua tangannya.
"Loe harus nganterin gue pulang ke rumah dan nemenin gue kemanapun selama seminggu!" Dimas menyunggingkan senyumnya yang khas.
"Deal!" Olla mengulurkan tangannya.
"Eits, ntar dulu, loe juga harus traktir gue makan selama loe nemenin gue lah!"
"Iye dah iyee!"
"Yaudah, deal!" Dimas menjabat tangan Olla yang sedari tadi mengulurkan tangan untuknya.
Degh...
Kenapa sama gue sih? Kok aneh banget deh. hati Olla berbicara
Mereka segera melepas jabatan tangan yang terhenti beberapa menit yang membuat detak jantung mereka mengeras
*kelas*
"Teman teman bulan depan semua kelas sembilan akan menadakan pensi atau pagelaran seni kelas sembilan. Tapi bedanya di tahun kita, pensi diadakan perkelas. Jadi pensi itu diadakan selama 8 hari berturut turut. Semua diwajibkan berpartisipasi minimal satu acara. Keterangan lengkapnya silahkan tanyakan ke sekertaris kelas kita." Camelia, selaku ketua kelas mengumumkan panjang lebar ke semua siswa kelas 9g.
"Kreeeett!" Decit pintu membuyarkan keeningan ruang kelas.
"Shuutt!! Kita lanjut nanti!!" Bisik Camel yang masih dapat terdengar jelas di telinga teman temannya. Camel meluncur ke temoatnya kembali saat pintu terbuka dan sosok pak Midi tersembul keluar dari balik daun pintu tersebut.
"Selamat siang anak anak!" Sapa pak Midi selaku guru matematika
"Selamat siaang paakk guruuuu" jawa seluruh siswa kompak.
"Baiklah kita akan melanjutkan pelajaran kemarin tentang rumus pytagoras. Keluarkan kertas dan masukkan semua buku catatan yang ada di atas meja. Saya akan menguji kemampuan ingatan kalian." Jelas guru berbadan tinggi besar dan bermata elang tersebut.
"Yaah pak kenapa mendadak si?"protes Ian atau Alvian Arif Mubarok. Dia memang tukang protes dari dalam kandungan sampai sekarang sekakipun.
"Kalo ndak mau silahkan keluar dari pelajaran saya." Ucap Pak Midi santai tapi mematikan. Itulah kenapa dijuluki sebagai guru bermata elang *ngganyambungsih*
"I.. iya pak maaf." Nyali Ian menciut. Ian langsung menundukan kepalanya takut.
Satu jam pelajaran usai. Bel pergantian jam pun di bunyikan. Dan pelajaran matematika hari selasa memang hanya 1 jam pelajaran. Jadi pak Midi hanya menggunakannya untuk ulangan.
"Fiuh akhirnya selese juga" gumam Okka atau Edi Okka Prasetyo.
"Iya nih tadi pusing banget. Sekarang sembuh deh."balas Ian
"Wuu kalo sekali lagi lo berani sama pak Midi, ngga bakal berkah hidup lo."timpal Ami atau Al Azmi Rahman dan tertawa di akhirnya
"Tul banget kata Ami." Sambung Igo, Mochamed Higo.
"Brisik lo pada." Bayu Setiono nimbrung.
"Yasudahlah santai ae." Kata Ahmad Sahal Fauzi cekikikan.
"Eh Mas diem ae, kenape lo" Sono melempar remasan kertas ke arah Dimas.
Yang di timpuk cuma melamun dan melihat ke arah Olla yang sibuk bercerita dengan teman perempuannya.
"Tau lo, ngga asik dah. Liatin apaan si. Serius banget" Sambung Sahal selaku teman sebangku Dimas.
"Liatin cewe tuuhh!" Ai atau Alvian Anggit Pradana sedikit berteriak menyebabkan semua siswa laki laki 9g terbahak bahak tak kenal waktu dan tempat.
Dimas hanya menggaruk tengkuknya dan menampilkan cengiran khasnya.
Edited
Jatilawang,
Kamis 1 Des 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
JHS Love Story
Teen FictionKetika benci menjadi teman dan teman berharap menjadi sayang. Kisah anak SMP yang mengalami cinta pertamanya dan di pertemukan dengan seorang cowok tengil, karena takdir. Pemula :)