Avo's POV
Menatap bayangan di cermin, atas paksaan Mom aku mengenakan kemeja, jas dan dasi. Cuma untuk menghadiri acara ulang tahun sepupu!
"Halllooo...!"
Bahuku melompat sedikit mendengar teriakan gajah yang nyaringnya memecahkan gendang telinga. Adna. Tokoh utama acara malam ini.
"Hihihi... Kaget, kan? Kaget kan??"
"Berisik, lo, Adn. Centil," sindirku sambil mengusap rambut dengan gel pengeras agar tidak jatuh ke depan wajah. "Udah punya pacar juga, lo. Jangan coba-coba godain gue, dong."
Adna tertawa kecil sambil ikutan nongol di depan cermin.
Risih. Tapi masih bersyukur ini cuma Adna. Daripada lima putri (sok) cantik adik-adiknya yang jelas lebih parah darinya. Pacarnya aja direbutin. Geli, gue."Sono lu. Jauh dari gue," usirku sadis sambil mendorong bahunya.
Adna mundur sedikit sambil tetap tersenyum.
"Dandan yang ganteng, ya, di acara gue... Bye bye..." lambainya centil sambil berlalu begitu saja.***
DOR!
Suara letusan balon membuatku tersedak saat meminum soda kalengan. Aku melempar kaleng soda itu asal lalu masuk ke arena pesta.
Yang pertama menyambutku adalah... Aroma hidangan. Selembar kain bertuliskan Happy Birthday Padna Lucia Larasmitha terbentang di langit-langit dan sukses membuatku tertawa membayangkan bagaimana nasibnya bila seandainya nama itu ada typo sedikit... Huruf D dan N pada kata Padna tertukar. Jadi Panda, deh. Haha.
Baik, jauhkan fantasi itu dari kepalaku.
Yang perlu kupikirkan sekarang adalah... jumlah mata berbinar yang menatapku sekarang. Sial. Kurasa ini alasanku tidak menyukai keramaian. Aku tidak suka tatapan memuja para gadis. Aku cuma suka tatapan nya.
Aku memilih untuk menyepi ke sudut ruang pesta dan meraih iPhone di sakuku.
Aku akan menelepon Azroy.
"Halo?" jawabnya di seberang sana. Aku menghela napas.
"Roy, Lo jadi datang ke pesta ultahnya Adna, nggak?"
"Jadi, ini lagi otew..."
"Hah? Otew?"
"Otewe, otewe. Tunggu aja~ hah? Udah, bunga apa aja."
Dahiku otomatis mengkerut mendengar ucapannya.
"Bunga?"
"Hah?"
"Kampret, lu lagi ngapain?"
"Ada urusan, Av. Bentar lagi beres. Bentar lagi nyampe~Kembang 7 rupa juga ga ap~Adaww! Nyantai aja kali bang!"
"Azroy..." aku mulai merasa nggak sabaran. Ekor mataku menangkap adanya dua orang gadis tengah berbisik-bisik sambil melirik ke arahku.
"Av, urusan ini urgent. Udah dulu ya. Bentar lagi gue nyampe sama Anna!" seru Azroy di seberang telepon.
"Urgent? Lo lagi sama Doub~ akh. Udah dimatiin."
Dengan hati setengah dongkol aku memasukkan iPhone kembali ke saku jas.
"Ekhm, lo, cowok," panggil salah seorang gadis yang tadi berbisik-bisik tetangga dengan temannya. Aku menoleh.
"Emmm... itu.. celana lo..." cewek itu melirik ke arah celanaku.
"Kenapa?" tanyaku tanpa memeriksa celanaku sama sekali.
"Resletingnya..."
Hah?!
Sontak aku melihat ke arah resleting celanaku.
Eh, buset. Buru-buru aku menaikkan resleting jahanam itu ke atas. Rusak udah image gue. Apalagi begitu melihat kedua cewek itu cekikikan melihat responku.
"Ehm," aku berdeham untuk menetralisir rasa malu-ku. Sepertinya lebih baik aku pergi dari tempat itu.
"Edgar? Apa? Kamu nggak bisa dateng? Kenapa...?"
Aku menoleh dan mendapati Adna sedang bicara di teleponnya dengan raut wajah kecewa.
"Ooh... kamu sibuk, ya? Oke~Iya makasih~Iya gak apa-apa kok... Bye..." Adna mematikan teleponnya dan menatapnya dengan kecewa. Ah, aku tau penyebabnya. Pasti pacarnya nggak bisa datang ke pesta ini karena kesibukan yang bejibun. Kasihan, cewek malang...
***
Adna kini telah berdiri di atas panggung yang dihiasi bunga-bunga dengan nuansa natural. Sesuai tema pesta. Oh, ia mau menyampaikan pidato sambutannya.
"Hai semuanya, selamat malam..."
Ngiiiiiiing......
"Umm, mic nya agak... berisik, ya? Hm, oke. Pertama-tama, terimaksih kepada semua hadirin yang menyempatkan waktunya kesini, juga buat mom and dad yang udah berbaik hati nyiapin segalanya buat aku, tapi yah... ada satu hal yang bikin aku kecewa sekarang..." Adna menggantungkan kalimatnya. "Bukan konsep pesta yang bikin aku kecewa, tapi... malam ini pacarku nggak bisa datang. Padahal aku berharap dia datang..."
Langsung terdengar sorakan riuh. Terutama dari remaja-remaja cewek yang ada di situ. Kulihat kelima adiknya, para tuan puteri sok cantik bersorak sambil mengacungkan jempol dalam posisi terbalik.
Jep!
Mendadak saja lampu padam. Keriuhan yang tadi sempat terjadi langsung berubah hening sebelum sedetik kemudian jadi lebih ricuh dari yang tadi.
Sesaat kemudian, dua buah lampu sorot menyala. Yang satu menyala tepat mengarah ke pintu masuk. Satu lampu sorot lagi mengarah ke panggung tempat Adna berdiri.
I'm only one call away,
I'll be there to save the day,
Superman's got nothing on me...
I'm only one call away.
Seseorang di belakang Adna menyanyikan lagu one call away sementara pintu terbuka perlahan.
Azroy berdiri sambil memegang handle pintu dan membungkuk mempersilahkan seorang pria yang memegang buket bunga di belakangnya melangkah masuk. Di belakang pria itu, Anna, adik Azroy, berlari-lari sembari menyebar kelopak bunga mawar.
Dari gelagat Adna yang tampak terkejut sekaligus terharu, aku tau itu pasti pacar Adna. Edgar.
Edgar melangkah naik ke panggung dan berlutut di hadapan Adna seraya menyerahkan buket bunga kepadanya.
"EDGAAAR!!!!! KYAAA!!!!"
Uh, orang itu dalam bahaya. Lima puteri sok cantik mulai menjerit memanggilnya. Adna mendelik ke arah adik-adiknya, namun sambil tetap terharu menerima bunga dari tangan Edgar dengan wajah gembira bagai menang lotere 5 milyar diiringi lagu one call away yang masih dinyanyikan orang di balik tirai.
Avo's POV End
KAMU SEDANG MEMBACA
(TS) 1 : Princess In Glasses [Slow Update]
Teen FictionDzakiya si kacamata ditantang untuk menjadi mak comblang bagi Tania dengan cowok kece Avo dalam waktu sebulan! Gimana caranya? Dibantu Fathan dan Azroy, Dzakiya berhasil melakukannya. Namun ada seseorang yang "menerornya" dengan surat yang menyebutn...