Chapter 1

430 19 2
                                    

Pict: Nam Woohyun (INFINITE)
♡♡♡



Anio, eomma! Aku tidak mau kembali ke Korea. Aku lebih suka tinggal di Indonesia!”

Lagi, eomma masih saja bersih keras untuk memintaku kembali tinggal di Korea. Apa enaknya tinggal di sana? Toh aku sudah terbiasa hidup di Indonesia. Appa-ku asli orang Indonesia, sedangkan eomma, asli orang Korea. Aku lahir dan besar di Indonesia. Jadi, mau bagaimanapun juga, aku lebih suka tinggal di Indonesia. Di Bandung tepatnya. Udara di sini sejuk, nyaman dan tidak terlalu ramai karena kendaraan. Wajar saja, aku tinggal di daerah pedesaan. Appa-ku adalah seorang pengusaha kebun Strawberry terbesar di daerah Lembang. Sedangkan eomma-ku adalah seorang sekretaris manager di sebuah perusaan Korea di daerah tersebut.

Setelah meninggalnya appa dua tahun lalu, kehidupan kami mulai mengalami banyak perubahan. Kebun appa yang luas, sudah tidak lagi beroprasi karena tidak ada yang bisa meng-handle. Eomma sama sekali tidak mengerti masalah perkebunan dan malah menjual semua perkebunan itu ke orang lain dan memaksaku untuk pindah ke kampung halamannya di Korea.

Aku pernah pergi ke sana, satu kali saat liburan sekolah. Kami pergi ke sana untuk mengunjungi halmeoni. Sayangnya, tempat tinggal halmeoni bukan di desa kecil seperti rumahku di Indonesia. Melainkan di sebuah pusat kota di Seoul. Meskipun kendaraan di sana tidak terlalu padat, namun Kota Seoul adalah kota yang sibuk. Setiap pagi, pasti ramai oleh orang yang berjalan kaki menuju sekolah atau kantor.

Aku benar-benar tidak mau tinggal di sana. Meskipun aku memang menguasai bahasa Korea, tapi pasti nantinya akan sulit untuk berbaur di kota sibuk seperti itu.

Oh, Tuhan. Kenapa semua harus berubah seperti ini?

“Seohyun-ah. Kau tau, kan bagaimana kehidupan kita sekarang? Tanpa appa-mu, semua terlihat sulit. Saat eomma bekerja, tidak ada orang yang akan memperhatikanmu di rumah. Setidaknya, di sana ada halmeoni yang akan memperhatikanmu.”

Ya, namaku Yoon Seohyun. Meskipun aku lahir di Indonesia, namun halaboji dari eomma-ku tetap keras kepala untuk memberikan nama yang berbau Korea seperti itu. Halaboji ingin memiliki seorang cucu yang akan memakai nama keluarga. Karena eomma adalah anak satu-satunya di keluarganya, dan akupun anak satu-satunya di keluargaku, jadi aku dengan terpaksa harus memakai nama itu.

Mendengar ungkapan eomma yang begitu mengiris hati, akhirnya akupun menyetujuinya. Aku akan memulai hidup baruku di Korea. Berbaur dengan lingkungan yang benar-benar baru, teman-teman baru, dan yang pasti, tidak ada appa di sana.

***

Minggu ketiga di bulan Januari. Aku akhirnya menginjakkan kedua kakiku di negri gingseng, Korea. Udara saat itu terasa sangat dingin. Jelas saja. Hari itu adalah musim salju. Aku merasa sangat tidak nyaman di sini. Di Bandung memang dingin. Tapi tidak pernah membuatku menggigil hebat seperti ini. Meskipun aku sudah memakai dua lapis jaket tebal, namun hempasan anginnya tetap saja menembus masuk kedalam tulangku.

Ah, begitu menjengkelkan dihari pertama aku di sini.

Eomma menggenggam tanganku erat menuju sebuah taksi yang sudah terjejer rapi di depan Bandara Internasional Incheon. Aku hanya bisa menurutinya saja. Aku sama sekali tidak tahu tempat ini. Terakhir kali aku ke sini, saat aku kelas 6 SD. Sekitar lima tahun yang lalu. Jelas sekali aku lupa tentang jalan yang dulu pernah aku lewati saat berkunjung ke rumah halmeoni.

Sejauh mata memandang, hanya ada salju yang terlihat. Ini adalah kali pertama aku melihat salju. Di Indonesia tidak ada salju. Karena Indonesia hanya memiliki dua musim. Yaitu musim hujan dan musim panas. Sedangkan di Korea, ada empat musim. Musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin. Seperti di Eropa. Meskipun Korea termasuk negara Asia sama seperti Indonesia. Aku berkunjung ke sini saat musim panas. Karena di Indonesia, semua sekolah memang diliburkan setelah ujian akhir semester.

Saranghae, Oppa... (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang