Chapter 8

149 16 2
                                    

Tibalah kami di depan gerbang sekolah. Woohyun segera memarkirkan mobil mewahnya itu di parkiran lalu bergegas turun dan membukakan pintu mobilnya untukku. Saat aku turun dari mobilnya, beberapa pasang mata antusias memperhatikanku. Tatapan itu. Tatapan iri yang dulu pernah aku berikan saat melihat Cheonsa berdekatan dengan Myungsoo Sunbae.

Tanpa berpikir panjang, Woohyun lantas menggandeng tanganku untuk masuk ke dalam kelas. Sama seperti di luar tadi, banyak mata yang melihat. Aku sungguh merasa tidak nyaman di hari pertamaku masuk sekolah bersama dengannya. Ia mungkin sudah terbiasa dengan pandangan-pandangan itu. Namun ini adalah yang pertama kalinya untukku. Akhirnya, kami berpisah di sebuah lorong. Woohyun naik keatas tangga lantai tiga, sedangkan aku terus berjalan lurus menuju kelasku di ujung lorong.

"Seohyun-ah, kau dan Woohyun Sunbae, berkencan?" Eunsang tiba-tiba datang menghampiriku selepas aku duduk dan menggantung tasku di samping meja.

"Kau tau dari mana? Aku bahkan belum menceritakannya."

"Apa kau tidak sadar, sudah menjadi kekasihnya siapa? Woohyun Sunbae adalah siswa yang paling terkenal di sekolah, semua gosip tentang dia pasti akan cepat beredarnya. Kau juga kemarin bolos bersama Woohyun Sunbae, kan?."

Luar biasa.

Belum lama Woohyun menyatakan perasaannya kepadaku. Namun beritanya sudah tersebar luas seperti ini. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya. Semoga kebaikan selalu bersama kami.

"Wah, lihat siapa ini. Sepertinya kau bahagia sekali menjadi kekasihnya Woohyun Sunbae?" Cheonsa tiba-tiba datang menghampiri kami.

Ah, nenek sihir itu lagi.

Tak ada sepatah katapun yang aku lontarkan untuk membalas pertanyaannya itu. Aku tahu, berkomunikasi dengannya hanya akan membuang waktuku dan membuat aku menjadi naik pitam. Diam bahkan lebih baik. Namun, karena merasa diabaikan, Cheonsa lantas menarik rambutku dengan sekuat tenaga.

"Kenapa kau bungkam? Tidak punya mulut?" Cheonsa terus menarik rambutku. Amarah ini, sungguh aku tidak bisa menahannya.

"Ada apa denganmu, Cheonsa? Memangnya ada masalah, kalau aku adalah kekasihnya Woohyun?" aku lantas berdiri dan menepis tangannya dari rambutku yang sudah mulai terlihat kusut. Aku terus memperdekat jarak pandang kami. Menatap matanya dengan penuh amarah.

Plakk!!!

Cheonsa tiba-tiba saja menampar pipi kananku. Ada rasa seperti terbakar di sana. Panas, perih. Emosiku semakin memuncak saat itu. Akhirnya, sekali lagi, kami berkelahi. Saling menarik rambut dan saling menampar. Eunsang mencoba untuk melerai perkelahian kami, namun Nari dan Rita terus memeganginya. Tidak ada satupun siswa yang berani melerai kami. Hingga selang beberapa lama, Han Seonsaeng-nim masuk kedalam kelas dan mencoba untuk melerai perkelahian kami.

"Kenapa kalian berkelahi lagi? Ini masih pagi!!!" Han Seonsaeng-nim terlihat begitu marah saat itu. Terlihat dari ucapannya yang ditinggikan.

"Sekarang, kalian berdua ikut saya!" Han Seonsaeng-nim berjalan keluar ruangan kelas kami menuju ruang olahraga.

Wajahnya terlihat begitu mengerikan pagi ini. Aura kegelapan seakan menyelimutiku saat menatap langsung kedua mata elangnya itu.

"Karena kalian sudah membuat keributan, sekarang juga kalian berdua harus mengepel lantai lapangan basket ini!" ujarnya dengan nada kesal. Lalu melemparkan dua buah alat pel kepadaku dan Cheonsa. Selepas itu, ia segera pergi kepinggir lapangan.

Dengan rasa sedikit kesal, aku lantas mengepel lantai lapangan basket yang luas ini bersama Cheonsa. Han Seonsaeng-nim masih saja memperhatikan kami dari deretan bangku penonton.

Saranghae, Oppa... (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang