Chapter 2

230 16 1
                                    

Pict: Kim Myungsoo
♡♡♡


Saat jam istirahat tiba, aku bergegas pergi kekantin. Namun, langkahku seketika terhenti ketika melihat seseorang tengah jatuh tersungkur dihadapan tiga orang siswi yang aku tahu mereka semua adalah teman sekelasku. Aku merasa sangat aneh. Bagaimana bisa seseorang bersikap begitu kasar dengan teman sekelasnya sendiri. Yang lebih membuat aku heran adalah, teman-teman yang lain hanya bisa menyaksikan tanpa membantu. Apakah dikelas ini tidak mengenal solidaritas sesama teman? Akupun bergegas lari kesana dan melerai perkelahian itu.

Yak! ada apa ini? Kenapa kalian bertengkar seperti ini!” aku berusaha membantu siswi yang tersungkur itu untuk berdiri.

Yak, murid pindahan, jangan ikut campur dengan urusan orang lain! Kau mau mati?” salah satu dari mereka mendekat kearahku dan mendorong bahuku. Siswi itu memang terlihat lebih menonjol dibandingkan kedua temannya. Sepertinya dia adalah ketua geng yang sering mem-bully seperti di drama-drama Korea yang aku lihat di Televisi. Mengerikan!

“Apa salahnya, sampai kau tega berbuat seperti ini!” aku terus memberontak. Terus melindungi siswi itu.

Entah mengapa, aku masih saja tidak bisa merubah kebiasaanku untuk tidak terlibat dalam masalah orang lain. Mungkin ini adalah panggilan hati. Dari drama-drama Korea yang aku lihat, seseorang yang menolong orang lain yang sedang di-bully akan menjadi target bully berikutnya. Sedikit menakutkan memang. Tapi aku tidak takut. Dan tidak akan pernah takut.

“Kau sudah aku peringatkan! Lebih baik kau pergi dari sini!” siswi cantik itu terus saja mengarahkan telunjukknya ke arah wajahku. Aku menjadi semakin kesal dengan perbuatannya itu. Aku tidak akan pernah menyerah dengan mudah. Aku tidak takut dengannya.

Melihat ekspresiku yang semakin menantangnya, ia menjadi semakin marah dan mulai menarik rambut panjang yang dengan susah payah sudah aku kepang. Rasanya sakit sekaligus kesal. Akupun tidak mau kalah dengannya. Aku membalasnya dengan menarik rambutnya juga. Teman-teman yang lain hanya bisa menyaksikan dan tidak ada satupun yang berani melerai kami. Kedua temannya mulai ikut ambil bagian. Mereka berdua berusaha untuk memegangi kedua tanganku. Aku terus meronta. Berusaha untuk melepaskan diri dari mereka. Tapi mereka terlalu kuat untuk aku lawan. Dan,

Plak

Ia menamparku.

Pipiku terasa panas sekali. Tamparannya begitu keras. Aku yakin, ada gambaran tangannya di pipiku. Aku mulai merasa semakin marah. Aku injak kedua kaki siswi yang terus memegangi tanganku. Setelah mereka berdua merasa kesakitan, merekapun melepaskan pegangannya. Ini adalah kesempatan untukku membalas tamparan memalukan itu. Aku layangkan genggaman tanganku sekencang-kencangnya kearah wajah siswi yang tadi menamparku.

Jackpot

Aku mengenainya. Ia langsung tersungkur kelantai dengan darah yang mulai mewarnai sudut bibirnya.

Ia kembali berdiri dan membalasku dengan tinjunya. Akupun ikut tersungkur kelantai. Pipiku yang tadi terasa panas, kini berubah menjadi sakit yang cukup membuatku merasakan kalau ada darah yang keluar.

“Hentikan!” terdengar suara asing dari balik kerumunan teman-teman yang tengah serius menyaksikan perkelahian kami.

Aku sedikit terkejut mendengarnya dan menghentikan pukulanku yang nyaris saja mengenai hidung siswi cantik itu. Aku segera mendorongnya agar menjauh dariku. Sementara kedua temannya yang sedari tadi ada dibelakangku, kini sudah berpindah tempat dan berdiri di sampingnya.

Para siswa yang sedari tadi sibuk berkerumun mulai membuka jalan untuk seseorang yang tadi berteriak. Seorang siswa yang tampan dengan gayanya yang cool itu muncul dan berdiri tepat di sampingku. Siswa itu sepertinya ingin membelaku. Terlihat dari sorot matanya yang seolah mengatakan ‘Jangan cemas, pangeranmu datang menolong’. Seperti cerita yang ada di drama.

Saranghae, Oppa... (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang