Liburan musim panas telah di mulai. Entah bagaimana kabar Woohyun di sana. Sedikitpun ia tak memberikan kabar sama sekali.
Sudah menginjak hari ke tujuh setelah ia di seret paksa keluar dari rumahku oleh para pengawal eomma-nya. Aku sangat merindukannya. Hari-hariku terasa begitu hampa tanpa kehadirannya. Tidak lagi ada senyum dan tawa yang biasa ia berikan kepadaku. Entah apakah ia baik-baik saja di sana. Aku hanya berharap jika kebahagiaan akan selalu menyertainya. Semoga.
Matahari pagi telah bersinar dengan cerah. Namun aku masih ingin terus bergelut di atas ranjangku. Kedua kakiku seakan tidak memiliki tenaga untuk sekedar bangun dan membuka jendela kamarku. Kamarku terasa begitu gelap dan pengap. Hanya ada sedikit cahaya matahari yang masuk melewati celah-celah gorden.
Seperti biasa, eomma terus saja memanggilku untuk keluar kamar dan sarapan bersama. Namun tak kuhiraukan. Eomma akhirnya mendapatkan sebuah pekerjaan baru di sebuah restoran yang tidak terlalu besar sebagai pelayan.
Kasihan eomma. Karena aku, eomma harus bekerja seperti itu.
Pagi ini, aku ingin melewatinya dengan mengurung diriku di dalam kamar. Belajar terbiasa tanpa kehadiran Woohyun. Seharusnya, hari ini aku ada janji dengan Eunsang untuk ikut pergi berlibur ke villa keluarganya di pulau jeju. Ya, pulau yang sangat terkenal itu. Ingin rasanya aku kesana. Tapi, mood-ku sedang dalam kondisi yang kurang baik, dan akhirnya aku menolak ajakannya.
Seharusnya, di saat-saat seperti ini aku banyak menghabiskan waktuku di luar agar tidak merasa sedih. Tapi tubuhku menolak 100 persen. Rasanya begitu malas untuk menghabiskan waktu di luar. Tanpa Woohyun.
"Seohyun-ah, cepat keluar. Kau harus sarapan!"
Halmeoni masih terus memanggilku untuk segera keluar dari dalam kamar. Eomma sepertinya sudah pergi bekerja dan sekarang halmeoni yang tidak ada hentinya memanggilku.
Ah, tidak bisakah halmeoni sedikit mengerti. Aku sedang tidak ingin diganggu. Pagi yang sangat menjengkelkan.
Segera aku mengganti baju tidurku dengan celana selutut dan kaos putih yang agak kebesaran. Tidak lupa aku mengenakan sebuah jaket yang tidak terlalu tebal dan langsung pergi keluar tanpa menghiraukan sarapan yang sudah eomma siapkan sedari tadi.
Meskipun ini musim panas, namun angin berhembus cukup kencang hari ini. Karena aku membenci udara dingin, aku selalu mengenakan jaketku kemanapun aku pergi.
Akupun memacu sepeda tua merah muda milik halmeoni yang terparkir di garasi apartemen. Tidak lupa aku menggendong gitar kesayangan Woohyun yang ia titipkan kepadaku sewaktu ia akan pergi ke Amerika.
Aku hentikan sepedaku di dekat jembatan itu. Ya, jembatan yang biasa aku datangi dengan Woohyun. Aku terus menggendong gitar itu sambil terus berjalan menyusuri tepian sungai yang mengalir dengan deras.
Suasana pagi itu cukup ramai. Banyak orang yang berlalu lalang untuk sekedar berolahraga atau berfoto-foto. Sama seperti hari-hari biasanya. Hanya satu yang berbeda. Aku kini sendiri di sini. Tanpa Woohyun.
Semenjak perginya Woohyun, suasana jembatan ini hanya memberikan kesan kelabu untukku. Meski begitu, tak pernah seharipun aku tidak mengunjungi tempat ini. Datang dengan perasaan yang sama dan harapan yang sama kepada orang yang sama. Ya, aku terus berharap bahwa suatu saat ia pasti akan kembali ke tempat ini dan menemuiku. Hanya itu keinginanku saat ini dan alasan aku selalu mengunjungi jembatan ini.
Aku segera duduk di dekat sungai tersebut. Hanya sekedar meluruskan kedua kakiku yang sudah mulai lelah berjalan. Aku masih memeluk gitar itu.
Perlahan, aku membuka case gitar tersebut. Mengeluarkannya dan memandanginya dengan perasaan hampa. Mengelus lembut ukiran nama yang tertera di leher gitar tersebut. Ukiran namaku dan nama Woohyun. Ah, begitu banyak kenangan yang terbesit dalam ingatanku ketika aku melihat ukiran itu. Aku mulai merindunya. Merindukan suara indahnya ketika menyanyikan lagu cinta kami. Merindukan petikan senar-senar gitarnya. Merindukan tawanya. Merindukan hangat pelukannya. Merindukan semua yang ada pada dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saranghae, Oppa... (END)
Fanfiction[Cover by: @Arqha_] Aku ingin menjadi cahaya dalam hidupmu. Yang selalu menerangi jiwamu, ketika berbagai masalah datang menghadang. Mengurungmu dalam sebuah ruangan kecil tanpa jendela. Aku ingin menemanimu dengan cahaya kecilku. Menyelimutimu dari...