Chapter 10

150 15 0
                                    


"Seohyun-ah, bangun. Hari ini kau tidak ke sekolah?"

Halmeoni terus mengetuk pintu kamarku. Benar. Ini sudah hari Senin. Aku benci hari ini. Ingin rasanya aku terus bergelut di atas ranjangku. Tubuhku terasa begitu lelah. Mataku terasa begitu perih dan terutama hatiku. Sakitnya masih belum hilang. Aku begitu malas untuk melangkahkan kakiku. Namun, aku harus ke sana. Bertemu dengan Woohyun dan memastikan keadaannya. Ya, hanya sekolah yang bisa mempertemukanku dengannya.

Kulangkahkan kakiku dengan sedikit lemas. Tubuhku benar-benar sedang dalam kondisi yang tidak enak. Namun demi Woohyun, aku harus segera ke sana dan menemuinya.

Pagi ini, langit terlihat tidak begitu baik. Mentari seakan malu menampakkan wajah bahagianya. Ia hanya bisa mengintip di balik awan gelap. Seperti hatiku yang kelabu kini.

Setibanya aku di sekolah, Myungsoo Sunbae datang bersama para member yang lain. Namun, tidak ada Woohyun di sana. Entah kemana ia saat ini. Kemana perginya si manusia es itu? Ada rasa kecewa di dalam hatiku saat ini.

"Untuk beberapa hari kedepan, Woohyun tidak boleh kemana-mana. Dia dikurung di kamar dan ponselnya disita eomma-nya." Sunggyu Sunbae merangkulku. Memberikan sedikit ketegaran untukku.

Tidak, kali ini aku tidak boleh menangis. Aku harus kuat. Aku tidak ingin menjadi yeoja yang lemah. Woohyun sedang dihukum saat ini. Aku harus selalu menguatkannya.

Mereka berenam segera pergi setelah menemaniku berjalan sampai ke dalam kelas. Aku duduk dengan perasaan sakit saat ini. Cheonsa dan kedua temannya datang menghampiriku.

"Jadi karenamu, Woohyun Sunbae dihukum? Yeoja bodoh dan menyedihkan. Kau hanya membawa kesialan untuk Woohyun Sunbae!" Cheonsa terus memakiku dengan ucapannya yang begitu menusukku. Entah apa sebenarnya yang ia inginkan dariku. Aku sudah menjauh dari Myungsoo Sunbae, sekarang apa lagi alasan dia menggangguku.

"Kau pura-pura tuli atau memang tuli?" Nari menggebrak mejaku. Namun aku masih berada di batas kesabaran. Aku sungguh tidak ingin berurusan dengannya saat ini. Hatiku masih merasa tidak enak atas apa yang terjadi dengan Woohyun. Sekarang, ketiga nenek sihir ini mencoba untuk memancing amarahku.

Amarahku mulai sulit untuk aku kendalikan saat Rita menarik rambutku. Membuatku jatuh hingga tersungkur kelantai.

Ah, lagi-lagi mereka membuat keributan denganku. Dengan sekuat tenaga aku bangkit dan mendorongnya hingga jatuh menabrak kursi. Tak terima sahabatnya terjatuh, Cheonsa melayangkan telapak tangannya tepat kearah pipi kiriku. Lagi-lagi ia berani menamparku. Di saat labil seperti ini, aku sungguh tidak bisa menahan emosiku. Aku membalas tamparannya dengan sekuat tenaga. Melampiaskan semua amarah yang saat ini tengah bersarang dihati.

"Jangan pernah menggangguku lagi! Aku peringatkan kalian."

Cheonsa masih belum mau menyerah. Ia segera bangkit dan terus menarik-narik rambutku. Begitupun aku yang kali ini tidak mau mengalah. Semua siswa mulai mengerubungi kami. Sama seperti biasa, tak ada satupun yang berani memisahkan kami.

Namun tiba-tiba Cheonsa jatuh tersungkur ke lantai. Ada Eunsang di sana. Ia berhasil mendorongnya jatuh. Kali ini, Eunsang berhasil menjatuhkan nenek sihir itu.

"Hentikan! Kalian berlima, ikut saya!"

Lagi. Han Seonsaeng-nim kembali memanggilku, Eunsang dan ketiga nenek sihir itu. Kali ini tidak ke ruang olahraga. Melainkan kesebuah ruangan, tempat di mana para guru biasanya meeting bersama. Ah, sepertinya kali ini hukuman akan menjadi semakin berat. Harusnya, aku tidak menggubris ocehan bodoh nenek sihir itu. Harusnya aku bisa menahan emosi. Kasihan Eunsang. Iapun harus ikut masuk keruangan ini karena membelaku.

Saranghae, Oppa... (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang