Genggaman tangan eomma terus menguatkanku. Memberikan sebuah suntikan semangat yang terus mengalir di dalam darahku. Eomma sengaja mengambil cuti hari ini untuk pergi ke sekolah dan menghadiri acara rapat orang tua karena masalah besar yang aku buat kemarin.Dengan cepat, eomma mengemudikan mobil putih miliknya agar kami cepat tiba di sekolah.
Setelah eomma memarkirkan mobilnya, Eunsang dan eomma-nya datang menghampiri kami. Eomma-nya Eunsang terlihat kesal saat itu. Ia terus menarik lengan anaknya agar segera sampai di hadapan kami.
“Seohyun-ah, karena ulahmu. Anak saya menjadi pembuat onar di sekolah. Sebelum berteman denganmu, Eunsang tidak pernah menyerang temannya. Kau memang pembawa pengaruh yang buruk.” eomma-nya Eunsang tiba-tiba saja menampar pipi kiriku. Tepat di depan mata eomma-ku.
“Kalau anak anda tidak lemah seperti ini, anak saya tidak akan pernah membelanya dan tidak akan pernah mendapatkan masalah dengan teman yang lainnya.” merasa tidak terima, eomma menampar kembali pipi eomma-nya Eunsang dengan penuh tenaga. Eomma terlihat begitu kesal saat itu.
Aku dan Eunsang hanya bisa bungkam. Mencoba untuk memisahkan orang tua kami yang sedang bertengkar.
“Eomma, ini di sekolah. Jangan seperti ini. Ayo cepat masuk.” aku menarik lengan eomma dengan sekuat tenaga. Akhirnya eomma mau mengikutiku masuk ke dalam sekolah dan mencari di mana rapat itu akan diadakan.
Setelah eomma masuk kedalam ruang rapat, aku kembali kedalam ke lasku. Menunggu keputusan yang akan dibuat hari ini. Eunsang datang menghampiriku dengan wajah penuh penyesalan.
“Seohyun-ah, maafkan eomma-ku ya. Kau tidak apa-apa, kan?”
“Iya. Aku tidak apa-apa.”
Rapat berjalan begitu lama. Aku sama sekali tidak bisa memfokuskan pikiranku ke dalam pelajaran yang saat ini tengah dibahas. Pikiranku terasa begitu kacau. Seakan terbagi menjadi kepingan-kepingan kecil tak berbentuk.
***
Riuh suara para siswa mulai terdengar. Tepat saat jam istirahat, pengumuman telah dimuat di mading sekolah. Setelah aku amati dengan teliti, tidak ada siswa yang dikeluarkan, melainkan hanya harus mengikuti bimbingan selama satu minggu seusai pulang sekolah. Aku bisa menarik napasku dengan lega. Ada ketenangan di sana. Aku merasa begitu bahagia hari ini. Keberuntungan ternyata masih memihak kepadaku.
Eunsang memelukku dengan erat. Masalah ini nyatanya tidak akan pernah mengakhiri hubungan persahabatan kami. Meskipun eomma-ku dan eomma-nya Eunsang masih terlihat belum berdamai, namun kami akan selalu bersama sebagai sahabat.
“Kita harus berjanji, tidak akan pernah terlibat perkelahian lagi disekolah.” Eunsang mengacungkan jari kelingkingnya kearahku. Akupun menyambutnya dengan melingkarkan kelingku ke arah kelingkingnya. Saling berjanji untuk tidak lagi mengulang kesalahan yang sama.
Appa, hari ini aku terselamatkan. Sekolah tidak mengeluarkanku. Terima kasih, appa. Terima kasih atas segala kekuatan yang selalu appa berikan kepadaku. Meskipun appa sudah tidak ada di sini lagi bersamaku.
***
Konseling pertamaku. Ah, rasanya begitu menyebalkan. Aku harus menghabiskan waktuku di tempat bimbingan yang sempit ini bersama dengan Cheonsa dan kedua temannya. Untung saja ada Eunsang di sampingku. Kehadirannya sedikit mengobati rasa kesal yang bersarang di hati.
Han Seonsaeng-nim datang memberikan kami masing-masing sebuah buku. Memerintahkan kepada kami untuk menuliskan kalimat yang sama sampai buku tersebut terisi semuanya. ‘Saya tidak akan pernah berkelahi lagi di sekolah’. Hukuman macam apa ini? Aku sangat membencinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saranghae, Oppa... (END)
Fanfiction[Cover by: @Arqha_] Aku ingin menjadi cahaya dalam hidupmu. Yang selalu menerangi jiwamu, ketika berbagai masalah datang menghadang. Mengurungmu dalam sebuah ruangan kecil tanpa jendela. Aku ingin menemanimu dengan cahaya kecilku. Menyelimutimu dari...