Pagi yang cerah, tapi Mishi tak sempat menikmatinya karena dia harus buru-buru masuk ke kelas untuk melihat jawaban PR teman sebangkunya. Dia tak yakin dengan jawabannya sendiri yang dia kerjakan semalam. Dengan napas memburu dia menggoyang-goyangkan lengan Mentari, meminjam jawaban Mentari setengah memaksa. Mentari sendiri bukan teman yang pelit, lagipula dia memang sangat tahu Mishi itu lemah dipelajaran menghitung, tetapi jago untuk pelajaran yang lain.
"Makasih ya, ternyata jawabanku banyak yang beda. Aku benar-benar harus les nih."
"Sudah bilang orang tuamu?"
"Sudah semalam, mama mau mencarikan guru les. Moga aja cepet dapet."
"Eh, semalam kamu nggak nangis kan?"
"Nangis? Kok kamu tahu? Aku memang nangis gara-gara PR matematika ini. Aku sampai begadang buat ngerjain."
"Bukan itu, soal Kak Sky."
"Oh..."
Mishi terdiam, tangannya berhenti menulis. Dia menoleh pada Mentari lalu tersenyum, memamerkan lesung pipi kanannya. "Aku baik-baik saja."
"Harusnya Kak Sky behenti memposting tentang Kak Nissya. Pacarnya sekarang kan kamu, tapi dia bahkan nggak pernah memposting fotomu."
"Aku baik-baik saja, Tari. Yang Kak Sky cinta memang Kak Nissya wajar saja dia begitu."
"Kalau cintanya sama Kak Nissya terus ngapain pacaran sama kamu?"
"Jangan bahas yang berat-berat pagi-pagi deh, aku lagi ngoreksi PR dulu nih," balas Mishi mengalihkan pembicaraan.
Dia kembali sibuk dengan rumus-rumus yang bikin paginya buruk. Kapan dia bisa secerdas einsten? Mishi mengembuskan napas berkali-kali. Rasanya lega saat PR-nya sudah selesai dia koreksi dengan jawaban Mentari.
"Aku ke toilet dulu ya," seru Mishi yang tiba-tiba lari ke toilet. Susu dan air putih tadi pagi saat sarapan sudah ingin dikeluarkan.
Untung saja toiletnya tak antri, dia pun bisa melampiaskan hajatnya. Dia urung ke luar saat mendengar kasak-kusuk cewek-cewek yang tengah membicarakan Sky. Dia pun memilih diam di dalam, mendengarkan lebih jeli apa yang cewek-cewek itu bicarakan.
"Kak Sky tadi cakep banget yah. Ampun deh, bisa gitu ada cowok sesempurna itu. Mana setia banget sama pacarnya yang udah meninggal."
"Tapi kan dia udah punya pacar lagi."
"Halah, itu mah nggak bisa dihitung. Itu karena Mishi adik Kak Nissya aja. Malah aku denger-denger Kak Violet lagi deketin Kak Sky. Kalau saingannya Kak Violet aku mah apa atuh. Mending jadi penonton."
"Yah, kalau udah Kak Violet kita cuma bisa gigit jari."
Mishi pun duduk lemas di atas closet. Membayangkan Violet, kakak kelasnya yang merupakan siswi berprestasi, seorang putri pariwisata. Jika Violet bisa menggantikan Nissya di hati Sky, dia tak akan sanksi. Violet cewek yang sangat menarik.
***
From: Sky Angkasa
Kamu udah kelar?
To: Sky Angkasa
Sudah, Kak. Mishi tunggu di pohon beringin ya.
Mishi duduk di bawah pohon beringin, dekat parkiran mobil. Cuma di sana tempat rindang yang bisa jadi tempat menunggu yang nyaman. Sepi, sesekali angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya. Mishi memainkan kakinya, menendang kerikil-kerikil tak berdosa di sekitar kakinya. Telinganya terpasang headset, lagu Raisa mengalun berulang-ulang, sesekali dia bersenandung. Dia salah satu penggemar lagu-lagu Raisa yang helow melow. Hingga kedatangan Sky tak dia sadari, terlalu asyik dengan Raisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry
Teen FictionJadi pengganti bukan mau aku Walau kuakui aku menyukai pacar kakakku Tapi jadi pengganti itu tak pernah berarti Bagaimanapun yang dia lihat hanya kakakku bukan aku ~Mishi Bagaimanapun hanya dia yang kucinta Tapi aku sudah terlanjur janji Janji pada...