"Selesai," ucap Bumi.
"Yeah.... Akhirnya bisa bernapas lega.
Bumi menjitak kepala Mishi. Setiap selesai les, ekspresi Mishi seolah baru saja ke luar dari penjara. Tak ada ekspresi senang saat belajar.
"Selalu saja Mishi dijitak," gerutu Mishi, merapikan buku-bukunya.
"Kak, jadi pacarku yah?"
"Hei, otak kecil. Pacarmu yang seperti robot itu mau kamu ke manakan?"
"Aku sudah mutusin dia kemarin. Habis aku suka sama guru lesku."
"Kamu pikir aku akan percaya gitu aja dibohongi muridku. Sudah aku pulang, Sabtu besok bangunlah pagi. Bosan aku membangunkanmu."
Bumi tertawa miris mengingat pertama kali Mishi mengajaknya pacaran. Diliriknya Mishi yang tengah menyantap makanannya.
Semakin lama memperhatikan Mishi lalu mendengar nama Sky, Bumi merasa sulit sekali untuk tersenyum seperti biasa. Akankah waktunya bersama Mishi memang telah habis? Kini Sky hadir lagi di ingatan Mishi. Dulu Mishi selalu menghindari Sky secara tiba-tiba tanpa Bumi tahu alasannya karena Mishi selalu menjawab Mishi melakukan karena mencitainya. Walau awalnya tak percaya tapi Bumi menikmati permainan itu. Apalagi saat dia melihat Sky tersakiti akibat ulah Mishi yang memeluknya tapi dia hanya diam saja. Bukan dia membenci Sky tapi dia tak suka melihat Mishi yang sering terlihat sedih saat bersama Sky. Kini ada rasa takut Mishi akan kembali pada Sky.
"Kenapa melamun, Kak?"
"Mishi, kalau kamu ingat lagi tolong ingatlah sampai detik kemarin kita bersama malam itu ya?" pinta Bumi, menggenggam kedua tangan Mishi yang masih memegang sendok.
"Memang kenapa Kak?"
"Karena aku nggak mau kamu balikan lagi dengan mantanmu."
Mishi mengangguk walau dalam hati dia sendiri ragu. Perasaannya masih memanggil nama Sky. Mishi memaksakan senyumnya walau hatinya bimbang. Dipeluknya Bumi mencoba menghilangkan ekspresi sedih di wajah Bumi. Dia ternyata masih sama, selalu berusaha membuat orang lain tersenyum walau hatinya hancur. Bodoh!
"Maka dari itu bersabarlah dan bantu Mishi ingat, Kak."
"Cepatlah ingat. Otakmu kan kecil bagaimana bisa gampang sekali kamu melupakanku."
"Berhentilah mengataiku otak kecil cowok sok yes."
"Kamu memang cewek otak kecilku, kok."
"Ih.... Ngeselin!"
***
Jalanan ramai sore ini, Bumi mengendarai motornya mengelilingi tempat-tempat di mana dia dan Mishi pernah singgahi. Mencoba mengembalikan ingatan Mishi yang hilang, mencoba mengais lagi ingatan Mishi tentangnya, tentang mereka.
Bumi melihat dengan senyumnya bahkan kadang terkekeh saat Mishi bereaksi berlebihan di salah satu tempat kenangan mereka. Terkadang dia juga kesal karena dari bibir Mishi selalu ke luar nama Sky. Tapi dia bisa apa, apalagi dia janji tak akan marah.
"Kak, sini deh. Ngapain sih berdiri terus macam pengawal? Katanya pacar," seru Mishi menarik tangan Bumi agar mendekat pada objek yang sedang dia amati.
"Lihat tuh kuda nilnya."
"Mirip kamu sukanya mager."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry
Teen FictionJadi pengganti bukan mau aku Walau kuakui aku menyukai pacar kakakku Tapi jadi pengganti itu tak pernah berarti Bagaimanapun yang dia lihat hanya kakakku bukan aku ~Mishi Bagaimanapun hanya dia yang kucinta Tapi aku sudah terlanjur janji Janji pada...