13

5K 421 29
                                    

Selama hilang ingatan Mishi benar-benar berjuang keras. Bukan hanya tentang cintanya tapi juga sekolahnya. Bayangkan saja dia melupakan pelajaran apapun selama setahun. Jadi setiap sore dia sedikit demi sedikit mempelajarinya lagi bersama Bumi. Jika Bumi sibuk di kampus, ada Sky yang membantunya.

Semakin sering mereka berinteraksi tetap tak membuat ingatan Mishi kembali datang lagi. Sepertinya perkataan Bumi tentang otaknya yang kecil, benar. Karena kecil, sekalinya hilang dan kemasukkan memori baru maka memori lamanya tak akan kembali. Jadi Mishi mencoba kembali beradaptasi dengan segala hal yang baru. Menerima takdir dengan terus berusaha melangkah ke depan walau masa lalunya ada yang hilang.

Cinta untuk Bumi dulu memang terlupakan. Tapi sekarang, Mishi merasakah perasaan baru bersama Bumi. Nyaman. Bersama Sky dia merasakan hal berbeda. Sky yang sekarang lebih peka dan seperti kakak yang siap kapan pun menjaga adiknya. Itu yang Mishi rasakan untuk Sky.

"Ngelamunin apa?" tanya Mentari.

"Siapa yang ngelamun? Orang lagi merhatiin Kak Sky main basket. Minggu ini tuh terakhir kali aku bisa menikmati ini. Besok kelas tiga udah sibuk ujian dan kita mulai libur."

"Ngeles, orang jelas-jelas pandanganmu kosong. Kak Sky di mana kamu mandangnya ke mana."

"Ah, kamu."

"Kak Sky merhatiin kamu tuh?" ucap Mentari, menyikut lengan Mishi.

Mishi pun melambaikan tangannya pada Sky dan dibalas oleh Sky yang mendekat. Mishi memejamkan matanya mencoba merasakan tapi debaran itu hilang hanya menyisakan perasaan tenang.

"Hai, udah siap UTS?"

"Siap banget. Kan udah punya guru les dua sekaligus. Kak Sky siap buat ujian?"

"Yap."

"Kak Sky mau nerusin ke mana?"

"Ikut Papa."

"Ke Belanda?" seru Mishi kaget dan mendapat anggukan Sky.

Dia masih punya ingatan tentang orang tua Sky yang bekerja di kedutaan Indonesia di Belanda. Mishi tak menyangka akhirnya Sky mau ikut tinggal bersama orang tuanya. Karena seingat Mishi, Sky lebih suka tinggal dengan neneknya di sini.

"Lalu nenek?"

"Sudah ada sepupuku yang masuk SMA tahun ini akan nemenin."

Hening, mereka terdiam bahkan Mentari lebih memilih melirik Mishi yang terlihat bingung. Lalu tangan Sky terulur mengacak rambut Mishi.

"Takut kangen ya?"

Mishi mengangguk menjawab pertanyaan Sky.

"Kan ada Bumi."

"Apa Kak Sky nggak akan balik lagi?"

"Tergantung."

"Kenapa hari ini semua pada bilang tergantung sih?"

"Ya tergantung besok dapat kerjaan di mana."

"Jadi selama kuliah nggak akan balik Indonesia?"

"Pertanyaanmu macam mau ditinggal pacar," balas Sky lalu tersenyum tipis.

Mishi membayangkan Bumi, kalau Bumi yang mengatakan itu pasti akan terkekeh bahkan tertawa lebar.

Kenapa jadi keinget Kak Bumi?

***
Sudah lima belas menit Mishi menunggu Bumi menjemput. Hingga kerikil-kerikil tak berdosa di depannya sudah menjadi korban.

"Kasihan amat batunya ditendang-tendang."

I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang