Biasanya Sabtu adalah hari yang paling menyenangkan karena Mishi bisa bangun siang. Tapi tidak dengan Sabtu ini, Mishi dipaksa bangun oleh Sky tak ada hentinya. Mereka saling tarik menarik selimut.
"Mishi, bangun. Kamu ada les pagi ini kata Tante."
"Astaga, Kak Sky. Ngapain sih pagi-pagi udah di kamar Mishi. Mishi nggak mau bangun!" seru Mishi menarik selimut sampai kepalanya tertutupi.
"Mishi.... Apa perlu aku gendong ke kamar mandi?" bisik Sky.
Cuma sebuah bisikan tapi Mishi langsung duduk, cemberut pada Sky. Menggerutu kesal dan mendapat tawa keras dari Sky. Mishi pun jadi melongo melihat Sky yang tertawa lebar. Bahkan Mishi sampai meletakkan punggung tangannya di kening Sky.
"Kak Sky sehat?"
Sky terdiam, menggaruk lehernya, canggung. Dia heran sendiri kenapa bisa tertawa lebar hanya karena melihat rkspresi Mishi saat bangun tidur.
"Sana mandi, aku tunggu di bawah."
"Kak Sky itu pacarku kan bukan mamaku? Kenapa jadi kayak mama mama sih," gerutu Mishi saat ke kamar mandi. Menjejakkan kaki malas.
***
"Apa Mishi sudah siap?"
"Sebentar lagi dia turun. Mau ikut bergabung sarapan?"
"Apa dia baru bangun? Ah, bocah itu. Adikmu itu benar-benar pemalas."
"Dia bukan adikku."
Bumi mengerutkan kening tapi detik berikutnya dia mengangkat kedua bahunya tak peduli. Dia ikut duduk di meja makan tanpa menyentuh apapun. Hanya duduk menunggu Mishi.
Cewek yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Bumi memasang wajah siap memberikan ceramah karena sudah membuatnya menunggu sementara Sky mengulum senyum mendekati Mishi. Tangan Sky merapikan rambut Mishi yang sepertinya belum disisir.
"Kamu nggak sisiran?"
"Oh ya lupa, habis buru-buru."
"Bocah manja, cepat sarapan lalu kita belajar. Waktuku nggak banyak," seru Bumi menginterupsi gerakan Sky merapikan rambut Mishi.
"Sabar kenapa, Kak."
Mishi melirik Sky dan Bumi bergantian seraya menggigit rotinya tanpa minat. Belum selesai dengan sarapannya Sky sudah mengatakan akan pergi. Hal itu membuat Mishi makin nggak semangat pagi ini. Ditinggal berdua dengan Bumi saja, rasanya sedih. Memang ngajarnya bikin paham tapi model ngajarinnya macam militer. Galaknya bukan main di awal.
"Kakakmu pergi saja wajahmu kayak ditinggal pacar. Udah siap?"
"Ish.... Emang dia pacarku."
"What? Cowok lempeng tadi cowokmu? Mau gitu sama kamu?"
"Hina aja terus. Emang kenapa aku?"
"Heran aja. Cowok cool macam dia mau punya pacar malesan, bodoh lagi."
"Ih.... Kak Bumi gitu banget. Aku juga sadar kali kalau Kak Sky nggak akan mungkin suka aku."
"Nggak suka kok pacaran?"
"Terpaksa, puas?"
Bumi manggut-manggut walaupun nggak terlalu paham. Otak cerdasnya sulit mengartikan maksud dari ucapan Mishi. Cowok yang dia pikir kakaknya ternyata pacar. Pacar tapi diem aja malah ditinggal pergi berduaan dengannya. Ok, tadi cara Sky merapikan rambut Mishi memang berlebihan untuk ukuran kakak tapi kalau dilihat sebagai pacar rasanya aneh. Sebagai cowok dia akui Sky tipe cowok yang sepertinya tak banyak bicara dan cenderung pasif. Bukan tipe sepertinya yang aktif walau dia juga tak suka basa-basi. Dan kalau sampai Sky jadi pacar Mishi yang malesannya nggak ketulungan. Rasanya luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry
Teen FictionJadi pengganti bukan mau aku Walau kuakui aku menyukai pacar kakakku Tapi jadi pengganti itu tak pernah berarti Bagaimanapun yang dia lihat hanya kakakku bukan aku ~Mishi Bagaimanapun hanya dia yang kucinta Tapi aku sudah terlanjur janji Janji pada...