3

5.1K 582 20
                                    

"Kak, nanti pulang sekolah langsung pulang ya?"

"Oke," jawab Sky lalu mengunci mobilnya tanpa tanya alasan Mishi meminta pulang langsung. Mishi sendiri sudah terbiasa dengan sikap Sky yang seperti itu.

Di lorong mereka berpisah, Mishi belok ke kanan sementara Sky ke kiri. Lorong itu selalu mengingatkan Mishi bahwa antara dia dan Sky tak pernah bisa jadi satu tujuan. Mishi sempat menoleh ke belakang sebelum masuk ke kelasnya tapi sosok Sky yang tinggi sudah tak terlihat. Bahunya seketika melorot, sampai kapan pun Sky tak akan pernah melihatnya. Mishi meyakinkan dirinya sekali lagi untuk kuat.

Kelas masih terlihat sepi, hanya beberapa orang saja yang sudah datang. Mentari saja belum menampakkan batang hidungnya. Sendirilah Mishi duduk di kursinya, bertopang dagu. Tak ada PR matematika atu fisika jadi pagi ini Mishi punya waktu banyak untuk bersantai sebelum kelas dimulai.

Dia membuka komik yang baru dia beli. Terlalu asyik membaca sampai dia tak sadar sejak tadi Sky memanggilnya dengan mengetuk kaca jendela. Mishi baru menyadari sosok Sky saat Sky sudah duduk di sampingnya, menepuk bahunya.

"Astaga, Kak Sky ngagetin aja. Ada apa, Kak?"

"Kamu baca komik mulu kapan belajarnya?"

Mishi nyengir memamerkan deretan giginya. "Kak Sky ngapain ke sini?"

"Kamu aku line, aku telpon nggak direspon. Nanti pulangnya naik taksi ya? Maaf nggak bisa nganterin, aku mau ngerjain tugas bareng Violet."

Nama Violet muncul, sempat Mishi terdiam tapi ekspresi itu langsung berubah jadi senyuman. "Ok, Kak."

"Udah jangan baca komik mulu, simpen. Kalau Nissya masih ada kamu bakal dimarahin."

Nissya, bukan lagi Violet. Tapi tetap saja membuat hatinya teremas. Tapi dia bisa apa, cuma bisa senyum biar tak ada yang tahu hatinya sedang terluka.

Mishi memandang jauh ke luar jendela. Lapangan basket terlihat jelas. Dulu dia sering memperhatikan dari jauh sosok Sky di sana, kakak kelasnya yang cakep dan terkenal di kalangan cewek-cewek.

Ternyata bukan hanya dia yang suka memperhatikan, kakaknya pun sepertinya. Hanya saja kakaknya memiliki kesempatan mengenal Sky lebih besar, mereka satu kelas dan Nissya termasuk siswi teladan. Siapa yang tak akan senang dekat dengan kakaknya?

Lamunannya buyar saat ada getar pertanda pesan masuk ke dalam ponselnya. Dia mengerutkan kening membaca isi pesan line-nya.

From: Bumi Hadar
Langsung pulang
Aku nggak suka orang yang nggak tepat waktu

Bibir Mishi seketika mengerucut. Bagaimana bisa Bumi tahu ID Line-nya? Dan nada pesannya Bumi seolah-olah memerintahnya.

To: Bumi Hadar
Ok, moga aja langsung dapet taksi

From: Bumi Hadar
Bel bunyi lngsung keluar
Kutunggu di pintu gerbang

To: Bumi Hadar
Kak Bumi mau jemput aku?
Memang tahu sekolahku

Tak ada balasan lagi, hanya ada tanda pesan sudah dibaca tapi tak terbalas. Mishi kesal berasa pertanyaannya itu tak penting padahal sangat penting. Dia pun mengirimkan stiker sapi yang sedang ngupil karena dikacangin.

Tak butuh waktu lama Bumi langsung menghubungi Mishi.

"Apa?"

"Apanya yang apa, Kak?"

"Ck, ya sudah."

"Eh, Kak. Aku kan tadi nanya kenapa dicuekin?"

I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang