Part 15

170 5 1
                                    


Richard's POV

"Sebenarnya kita mau kemana?" Tanyaku pada gadis yang duduk di belakang boncenganku.

Ya, gadis itu terus saja mengoceh dan sesekali memberi arahan sedangkan aku hanya fokus mengendarai motor.

Tiba-tiba saja ditengah jalan ada seekoer kucing menyebrangi jalanan dengan berlari. Otomatis jariku menekan rem dengan cepat.

"Aawww...." Gadis dibelakangku menubruk punggungku.

"Maaf"

"Loe kalo ngerem bilang dong" Dia memukul pelan punggungku.

"Tiba-tiba saja ada kucing lewat."

"Tuh kucing juga ngapain lewat sih. Pasti nyerangnya main nyelonong aja. Dikira inu jalan punya nenek moyangnya apa?" Gadis itu terus saja mengomel. Padahal kan tidak ada masalah serius. Dia hanya menubruk punggungku dan tentu saja tidak ada luka serius.

"Kalau begitu pegangan yang erat" Ujarku.

Tak berapa lama, aku merasakan kedua tangan Chloe melingkar di pinggangku.

"Apa yang kau lakukan?" Tanyaku kaget.

"Pegangan yang erat tuan Richard" Ujarnya dengan nada bercanda. Pasti senyum jenakanya sedang terpampang di wajahnya.

"Kau kan bisa berpegangan pada boncengan dibelakang?"

"Loe pikir ga pegel apa pegangan disitu" Dia malah mengeratkan pelukannya lebih kencang pada pinggangku.

Aku lebih memilih tidak membalas perkataannya tadi dan fokus pada jalanan didepanku.

"Habis ini belok ya. Tempatnya di kanan jalan" Ujarnya.

Aku membelokan stang kawasaki Ninja ku.

"Berheti disini!"

Dan kita berdua berhenti didepan sebuah optik yang lumayan besar.

Kenapa Chloe ingin pergi ke optik? apa dia ingin memeriksakan matanya?

"Ayo cepetan turun" Suara itu menyadarkanku dari lamunanku.

Aku mengunci stang motorku dan segers mengikuti Chloe yang sudah berada di depan pintu optik.

"Penglihatanmu sudah bermasalah?" Tanyaku saat kami berdua sudah berada di dalam.

"Absolutely not." Lalu senyum jenakanya muncul. "Kau akan membeli kacamata baru"

Aku mengerutkan keningku.

"Aku tidak bawa uang"

Senyum jenakanya semakin lebar.

"Gue traktir. Anggap aja itu permintaan maaf gue karena gue deket-deket loe, Lionel jadi gebukin loe tadi" Ucapnya dengan raut menyesal.

Ingin aku membuka mulutku namun gadis itu mendahuluiku.

"Gue ga terima penolakan. Mending loe nurut aja sama gue" Dia menyeretku berjalan menuju etalase.

"Ada yang bisa saya bantu?" Seorang pria bertanya pada kami berdua.

Pria dihadapanku ini mungkin seumuran Uncle Sam.

"Saya mau cari kacamata baru buat pacar saya" Ujarnya santai.

Dia menyebutku apa? Pacar? Apa dia lupa meminum obatnya pagi ini?

"Teman" Jawabku meralat.

Seketika matanya mendelik kearahku dan meremas tanganku dengan kuat.

RICHARDWhere stories live. Discover now