"Besok Sierra balik," ujarnya dengan penuh antusias. Oh, dia tidak perlu menjelaskan bahwa ia begitu antusias dengan kedatanganmu. Pandangan matanya saja sudah membuktikan.
"Iya. Dia bilang ke lo?" tanyaku sambil berusaha tersenyum dan menghindari nada sinis. Ya, aku tidak mau merusak kebahagiaannya.
Meskipun, aku tahu satu fakta menyakitkan.
Dia lebih menantikan orang yang belum ada di sampingnya daripada orang yang sudah dan selama ini selalu berada di sampingnya.
Entahlah, aku sakit hati. Namun aku tidak ingin berhenti.
"Enggak, gue tau dari temen," katanya agak kecewa. "Besok lo ikut jemput Sierra?"
Jadi dia juga berminat menjemputmu?
"Kurang tahu," jawabku dengan nada biasa saja, atau setidaknya kuharap begitu. "Mau nemenin mama belanja. Lo jemput dia?"
Dia terdiam sejenak, "Mungkin. Tapi kayaknya dia gak minat ketemu gue."
Aku terdiam. Merenungkan fakta bahwa cowok di sampingku ini memang benar-benar tidak bisa melepaskan sosok Sierra begitu saja.
"Lo masih suka sama dia, Al?"
Rasanya, aku sudah tahu jawabannya.Dia terdiam, menatapku dengan tatapan yang tidak dapat kuartikan, "Gak tau juga, Nov."
Lalu tatapannya kuartikan sebagai tatapan maaf. Maaf karena gue gak pernah serius sama lo, maaf karena gue masih sayang sama mantan gue, seharusnya itu yang ia katakan.
Karena selama ini, aku bukan siapa-siapa baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASN #2 : Almost
Short StoryALFA SIERRA NOVEMBER #2 : ALMOST Tentang dia, dengan senyum dan pandangan mata teduh. Tentang kamu, yang terus bersembunyi. Tentang aku, yang tidak melihat kenyataan. [#161 in short story 04/07/2016] [#582 in short story 29/06/2016] --cover by oldmi...