Ada hari, dimana kita dipaksa tersadar dari mimpi indah. Ada hari, dimana kita dipaksa untuk membuka mata terhadap kenyataan.
Ya, hari itu sudah datang. Entah bagaimana caranya. Aku tidak ingin menyalahkan siapapun. Kenyataannya, akulah yang salah karena lebih memilih bahagia di atas kebohongan. Tapi, ya sudah.
Saat itu, aku sedang melewati suatu cafe. Ada dua orang yang teramat familiar. Ya. Kamu dan dia.
Lihat? Bahkan dia tidak bicara padaku soal rencana pertemuan denganmu. Sudahlah, memang aku tidak dianggap.
Aku berusaha mendengarkan percakapan kalian, tanpa gerak-gerik yang mencurigakan.
Aku melihat dirinya. Sedang menatapmu dengan pandangan yang berbeda. Tatapan mata yang lembut. Berbeda saat bersamaku.
Lalu, kulihat dirimu.
Tampaknya kau masih ingin bersembunyi, masih ingin mengubur perasaan itu. Apa kau masih berminat membohongi hatimu? Membohongi perasaan sendiri tidak semudah itu.Aku masih berusaha mendengarkan.
"Tapi, aku gak mau bahas itu, Ra," kata dia saat kamu menanyakan perihal hubunganku dengannya.
Lihat kan betapa tidak pentingnya aku?
Oh, rupanya dia ingin membahas mengenai kisah kalian dua tahun lalu. Ah, kisah tidak usai itu ya. Rupanya, kisah itu belum kadaluarsa. Sepertinya kisahku dan dia lebih dulu kadaluarsa, ya. Atau memang sejak awal tidak ada satupun kisah yang menuliskan namaku dan dia? Entahlah. Tidak penting.
Kalian terus berbincang, kamu dengan tatapan menghindar, dan dia dengan... Oh tidak, bahkan dia masih terlihat memohon kepadamu.
Lihat kan betapa kuatnya perasaan dia untukmu?
"...tapi, Ra, aku gak bahagia sama dia. Aku gak bisa lupain kamu," kata dia sambil tersenyum memohon. Aku menyadari, ada ketulusan yang dalam di setiap kata yang dia ucapkan.
Aku memang hanya figuran. Aku memang tidak di harapkan.
Lihatlah, bahkan dia bilang dirinya tidak bahagia saat bersamaku.
"...aku gak bisa berhenti sayang sama kamu," dia terus menambahkan.
Menambahkan penjelasan tentang isi hatinya padamu sama saja menambah goresan luka di hatiku.
Lihat, kan? Sejak awal ia memang tidak memiliki perasaan untukku. Sejak awal memang hanya namamu yang berada di hatinya.
Kemudian aku mendengar sepatah kata terucap dari mulutmu.
"Lupain.. aku," begitu katamu. Sampai kapan kau mau membohongi perasaanmu sendiri? Sampai kapan kau terus-terusan menjaga perasaanku? Sudah tidak ada gunanya. Aku sudah tahu semuanya.
Aku tidak tahu apa yang dilakukannya selanjutnya--mungkin menahanmu yang mulai beranjak pergi--namun aku mendengar sesuatu terucap dari mulutnya. Sesuatu yang tajam bagai sembilu. Menancap di hatiku.
"Ra, i love you. Present tense."
Aku termangu.
Memang sejak awal, aku hanyalah figuran. Kamulah pemeran utamanya. Aku hanya penggantimu, meski tidak seutuhnya bisa menggantikanmu.Sejak awal, memang hanya namamu yang berada di hatinya. Memang untukmulah semua senyum itu, semua tatapan mata itu. Rasa sayang itu semuanya ditujukan padamu.
Lalu,
Apa yang tersisa untukku?
Oh, hanyalah sebuah kebohongan yang manis.Tidak apa.
Aku menyayanginya.Bukankah cinta tidak butuh alasan dan balasan?
:::
Gais ini belum habis loh. Cuma aku ngantuk jadi ini dulu yaa. Satu part lagi loh. Part terakhirnya besok aja ya💞
--btw vommentsnya jangan lupa
KAMU SEDANG MEMBACA
ASN #2 : Almost
Short StoryALFA SIERRA NOVEMBER #2 : ALMOST Tentang dia, dengan senyum dan pandangan mata teduh. Tentang kamu, yang terus bersembunyi. Tentang aku, yang tidak melihat kenyataan. [#161 in short story 04/07/2016] [#582 in short story 29/06/2016] --cover by oldmi...