1.8

776 96 1
                                    

Hari itu, tepat tiga hari setelah kamu datang. Selama berhari-hari itulah, dia terlihat tidak fokus, terlihat mengkhawatirkan sesuatu.

Tidak. Sudah pasti bukan mengkhawatirkanku. Memangnya aku sepenting itu? Kurasa ia mengkhawatirkan sesuatu yang berkaitan denganmu. Tentu saja karena dirimu sepenting itu.

Tidak. Aku tidak iri. Hanya sakit hati. Sudah biasa.

"Kenapa, Al?"
Ya, aku masih berusaha menjadi seseorang yang pengertian. Walaupun aku tahu, tanpa perlu ia beri tahu, bahwa aku bukanlah nama pertama yang muncul di otaknya saat dia mendapat masalah. Namun, apa salahnya mencoba menjadi teman?

Dia hanya terdiam. Tanpa kata.

"Al, lo kayak gak jelas banget, deh," kataku. "Ada apa sih?"

"Nov," katanya tiba-tiba. "Bohong itu baik gak? Bohong yang manis gitu, buat bikin orang seneng."

Aku terdiam.
Bingung.
Bohong yang manis memang manis, seperti namanya. Manis di awal, pahit di akhir. Tapi, jujur juga terkadang menyakitkan. Entahlah.

Tapi, kalau ada kebohongan yang berkaitan dengan perasaannya kepadaku, boleh saja.

Misalnya, dia boleh bilang i love you berkali-kali padaku, walaupun tidak memiliki maksud demikian. Yah, setidaknya, ada sensasi aneh di tubuhku saat mendengarnya.

Kebahagiaan sesaat.
Padahal aku tahu itu bohong. Entahlah, mungkin aku terlalu buta? Tapi apa salahnya sih bahagia? Bahagia sesaat bukankah mengandung kata 'bahagia' juga? Bahagia di atas kebohongan juga memiliki kata 'bahagia' di dalamnya.

Akhirnya aku menjawab, "Rasanya boleh aja."

Ya. Karena itulah yang selama ini kamu lakukan.

ASN #2 : AlmostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang